Seorang pria tampak tengah fokus menulis sesuatu di secarik kertas dan tampak banyak kertas-kertas lain yang menempel di dinding dengan tidak beraturan. Ia tampak tak terganggu dengan penerangan yang sangat minim maupun kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Kertas-kertas di dinding menunjukan huruf-huruf dan angka-angka yang tidak dimengerti. Seketika orang itu bangun dan tersenyum misterius. Dia menempelkan selembar kertas di salah satu sisi dinding lalu berjalan keluar seolah tidak ada yang terjadi.

.

.

.

KUROKO NO BASUKE

BY TADATOSHI FUJIMAKI

.

.

RATED : T

.

.

HAPPY READING :)


Aomine tengah bersama Kuroko di sebuah taman yang sangat indah. Pemuda dengan kulit tan itu bersenda gurau dengan sang surai baby blue,seakan dunia hanya milik mereka berdua dan tidak menghiraukan pandangan orang-orang yang lewat dan tengah memerhatikan mereka, sampai seseorang datang dan menyapa mereka berdua.

"Hey, sedang apa kalian disini?" Sapa Kagami sambil tersenyum, memandang ke arah mereka berdua.

Aomine membalas tersenyum, "Tak bisa melihat?"

Mereka bertiga terlihat sangat akrab, bersenda gurau layaknya saudara. Kagami adalah seorang lelaki dengan senyum yang menawan, dengan mata berwarna merah cerah dan karenanya, ia banyak dikejar-kejar oleh wanita yang jatuh hati padanya.

Aomine adalah seorang lelaki dengan sifat yang sangat baik, setia dan juga sangat tampan. Baginya, ia sangat bersyukur memiliki Kuroko sebagai kekasihnya.

"Sudah sore. Bagaimana kalau kita mampir dulu di bar dekat sini?" Tanya Kagami menghentikan lamunannya.

Melihat Aomine dan Kuroko mengangguk setuju, mereka bertiga pun pergi menuju bar itu. Kagami berjalan sambil melamun dan terdiam hingga ia melihat nama dari kafe tersebut. Pit Bar, pikirnya.

Aomine mengenggam erat tangan Kuroko, "Tampaknya bar ini bagus! Bagaimana menurutmu, Tetsu?"

"Bagus, kita akan menjalani malam yang sangat menyenangkan. Benar kan, Kagami-kun?" Tanya Kuroko.

"Ya, aku pikir itu bagus," Bagaimana bisa tidak?

Mereka menghabiskan waktu malamnya dengan gembira dan dipenuhi oleh canda tawa. Namun, Kagami tampak berbeda dari biasanya. Ia lebih pendiam dan tak banyak tertawa. Mungkin dia sedang ada masalah, pikir Aomine. Melihat raut di wajah Kagami, ia yakin apapun masalahnya pasti itu sulit. Karena tak biasanya Kagami tak tersenyum.

Lamunan Aomine terhenti ketika ponsel Kagami berbunyi, menandakan sang surai merah tersebut mendapatkan sebuah pesan.

"Itu dari siapa, Kagami-kun?" Tanya Kuroko penasaran.

"Biasa. Aku pulang dulu, ya! Mendadak, nih," Pamit Kagami sambil memakai jaketnya. Sebelum pergi, ia menepuk pundak kedua temannya, "Hati-hati, ya. Kalian jangan pulang terlalu malam."

Ia tersenyum dan berlalu begitu saja tanpa menoleh ke belakang lagi. Aomine dan Kuroko sempat bingung oleh perilaku temannya itu, namun mereka memilih untuk tidak menghiraukannya dan mulai bersenang-senang lagi.

Tak terasa sudah hampir jam dua belas malam dan mereka masih bersenang-senang di bar itu. Kuroko terkejut saat ponselnya berbunyi, menandakan bahwa ia mendapat sebuah pesan.

Aku selalu memperhatikan kalian dari kegelapan. jangan harap bisa bebas dariku.

-X

Ia terkejut membaca pesan itu, dan segera menunjukannya pada Aomine. Aomine mengerutkan keningnya saat memikirkan siapa yang mengirim pesan teror kepada pacarnya tersebut.

Esoknya, Kagami menemukan Aomine dan Kuroko sedang mengobrol di kantin pada saat istirahat makan siang. Ia berhenti sejenak saat melihat mereka, tetapi ia tetap menghampiri mereka.

"Ada apa, Kawan?" Tanya Kagami seraya tersenyum lagi dan duduk tepat di sebelah Aomine.

Aomine menoleh memandang Kagami dan menunduk, "Tak apa, kami hanya kelelahan karena kemarin malam. Oh, iya, bagaimana dengan malammu?"

"Tak buruk. Kedua orang tuaku mulai menjodohkanku dengan gadis yang tak kukenal. Tapi itu tak buruk," Ucap Kagami sambil meminum jus jeruknya.

"Itu bagus untukmu. Kau kan selama ini tak pernah berhubungan dengan seorang gadis. Malah kau tampak tak peduli dengan mereka," Canda Kuroko mencubit pelan lengan Kagami.

Kagami mulai tertawa, dan itulah sisi dirinya yang disukai dari para gadis. Ia sangat ceria dan selalu tersenyum, meskipun tampak hanya bersenang-senang tetapi ia sangat pintar dan disukai banyak guru. Ia memilih menjadi dirinya sendiri, dan bebas.

Tawa Kagami terhenti seketika, "Tapi kau tahu kalau aku sangat peduli padamu, Kuroko. Hingga aku takut kalau Aomine sampai cemburu,"

"Kau tau sendiri Aomine-kun tak pernah cemburu padamu, Kagami-kun," Tawa Kuroko.

"Kau sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri, Kagami. Tak mungkin aku cemburu padamu," timpal Aomine sambil bangkit dari duduknya "Lebih baik kita pergi ke kelas sekarang sebelum terlambat,"

Mereka pun berpisah dan menuju kelasnya masing-masing. Waktu dua jam terkesan sangat lama bagi mereka, hingga akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi.

Kagami mendekati Kuroko dan Aomine di dekat sebuah pohon tua sambil berlari dan terlihat sangat panik. Aomine yang memerhatikannya pun terlihat heran. Karena lagi-lagi itu adalah hal yang sangat jarang diperlihatkan oleh seorang Kagami.

"Aku mendapatkan sebuah pesan teror!" Serunya ketika akhirnya sampai dengan nafas yang terengah-engah.

"Teror?" tanya Aomine dan Kuroko bersamaan.

"Ya. Lihatlah ini!" Ujar Kagami dan menunjukan pada mereka pesan yang membuatnya begitu panik.

Kau pikir mereka tak akan sadar apa yang kau tutup-tutupi? Get a life, loser.

-X

"Apa maksud dari semua ini, Kagami?" tanya Aomine sambil menggaruk kepalanya, salah satu ciri khasnya ketika kebingungan.

Kagami menggerutu, "Kan kalau aku tahu juga, aku tak akan panik seperti ini,"

"Kagami-kun, aku juga mendapatkan pesan teror seperti ini dengan inisial dari pengirim yang sama," Kuroko mulai panik dan menunjukan pada Kagami pesan singkat yang diterimanya kemarin malam.

"Ayolah, mungkin itu hanya orang iseng atau mungkin itu fans rahasia kalian berdua. Ayo, kita pulang! Aku ingin tidur," Ucap Aomine asal-asalan dan berjalan duluan.

Kagami dan Kuroko hanya bisa saling menatap dan menghela napas panjang. Lalu mengikuti Aomine untuk pulang ke rumah.

Aomine kembali merangkul Kuroko dan mulai tertawa bersama. Kagami pun menggoda mereka berdua dan ikut tertawa bersama. Tak terasa, mereka telah sampai di komplek rumah mereka.

Rumah Aomine-lah yang paling dekat dengan portal masuk, lalu disusul Kagami dan yang terakhir Kuroko. Komplek itu terlihat sangat tertata dan rapi dengan hanya ada beberapa rumah di dalamnya, membuat siapa pun yang tinggal di komplek itu betah dan enggan untuk beranjak pergi.


Aomine tengah tertidur saat ia tiba tiba terbangun karena ponselnya berbunyi. Ia merutuk dalam hati ketika hendak mengambil ponsel biru tua miliknya tersebut.

Oh, lihat! Inilah Si Mr. Positive-Thinking! Apa kau bisa memberikanku formulir untuk menjadi fans-mu juga?

-X

"Apa maksudnya ini? Orang bodoh macam apa lagi sekarang?" Ujarnya kesal sambil menghembuskan nafas. Ia tak mengerti lagi mengapa ada orang yang begitu iseng melakukan ini semua.

Keesokannya, mereka bertiga sedang berkumpul di suatu restoran. Setelah memesan pesanan masing masing, mereka mulai berbincang seperti biasa. Lagi-lagi mereka dikagetkan dengan pesan masuk.

Mereka bertiga membuka ponselnya masing-masing. Tak diduga ternyata mereka mendapat isi pesan yang sama.

Lihat, berapa lama lagi kalian akan merasa aman? Nikmatilah waktu kalian selagi bisa.

-X

Mereka terlihat bingung dengan isi pesan kali ini. Tidak ada salah satu dari mereka yang mendapat petunjuk siapa pengirim pesan tersebut dan apa motif Si Pengirim mengirimkan pesan aneh itu.

Namun sekali lagi, mereka memilih untuk tidak menghiraukan pesan ini tepat ketika pesanan mereka datang. Mereka menghabiskan pesanan mereka dengan cepat dan kembali memesan hidangan penutup.

Hujan mulai turun saat mereka hendak pulang, namun Kuroko tidak ikut bersama mereka karena ia hendak pergi bersama salah seorang teman dekatnya.

Kagami pun memutuskan untuk berkunjung ke rumah Aomine untuk menyapa orang tua Aomine yang sudah dikenalnya sejak ia kecil. Saat mereka hendak berbelok di ujung jalan, langkah mereka terhenti sewaktu mendengar jeritan seseorang.

Mereka segera berlari menuju sumber suara tersebut dan menemukan Kuroko dengan muka pucat pasi dan menangis. Aomine dan Kagami berlari ke arahnya dan menanyakan apa yang terjadi.

Kuroko menunjuk satu gang kecil yang sepi tepat di depannya. Saat Aomine dan Kagami mengikuti arah dari tangan Kuroko, mereka menemukan sesosok mayat dengan kondisi yang sudah mengenaskan.

Kuroko masih terguncang dan Aomine berusaha menenangkannya. Kagami pun mencoba menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian ini. Polisi datang setengah jam kemudian bersama mobil ambulan. Para polisi berusaha menanyakan beberapa hal pada Kuroko, namun tampaknya tak berhasil karena Kuroko hanya terdiam dan terlihat seperti melihat ke arah lain.

Mereka diizinkan pulang setelah para polisi mengorek informasi sebanyak mungkin dari Aomine dan Kagami tentang korban tersebut. Setelah diteliti, mayat tersebut adalah seorang pria bernama Murasakibara Atsushi yang hendak ditemui oleh Kuroko dan di badannya terdapat tulisan 'try me'. Menurut kabar, ia telah menghilang dari rumahnya seminggu yang lalu.

Kuroko akhirnya diantar pulang oleh Aomine dan Kagami. Namun ia masih belum tenang hingga terpaksa Aomine meminjam dapur Kuroko untuk membuat coklat panas untuk mereka bertiga. Kagami pun masih mencoba menenangkan Kuroko dan mencoba membuatnya tersenyum lagi.

Setelah beberapa jam, usaha mereka pun akhirnya membuahkan hasil. Kuroko mulai tersenyum dan tertawa pada lelucon yang Kagami lontarkan. Aomine tersenyum lega dan ikut tertawa bersama mereka berdua.

Jam sudah menunjukan pukul delapan malam saat ponsel Kuroko berbunyi. Kebetulan Aomine-lah yang berada dekat dengan ponsel Kuroko, ia mengambilnya dan membacanya dalam hati.

Pertunjukan baru saja dimulai.

-X

.

.

.

TBC


Review, please! :3