Red Tulip and Beautiful Peony

.

Diclaimer: JK Rowling

.

WARNING! OOC, AU, TYPOS, EYD NGGA KARUAN, SONGFICT
(Semoga kalian ngga bosen baca FF DraMione Perdanaku! FF ini Kupersembahkan untuk oom Draco Malfoy yang bentar lagi Ulangtahun yang ke -34. Reviewnya Please, agar aku bisa perbaiki kesalahannya ;) )

HAPPY READING!

.

~Westlife-It's You~

"Dracoooo... cepat sayang, kita ditunggu dad dimobil!" teriak seorang wanita berpakaian pesta tengah memanggil anaknya yang dari tadi belum menampakkan batang hidungnya.

"iya mum, sebentar lagi" balas Draco dengan malas sambil merapikan dasinya yang sudah rapi. Jujur, Sebenarnya ia tak mau mengikuti pesta pernikahan bibinya, Bellatrix. Ia sangat bosan dengan kegiatan seperti , duduk sendiri, menjawab petanyaan yang membosankan dari keluarga keluarganya, dan terlebih lagi, harus berpesta topeng. Draco menghela nafas panjang.

Desakan ibunyalah, yang membuat Draco menurut untuk pergi ke pesta membosankan itu.

"Waahh.. Drakie kamu sungguh anak mum yang sangat tampan" ucap Narcissa memuji Draco, ketika Draco keluar dari kamarnya.

"mum. Aku bukan anak kecil lagi." Balas Draco dengan nada datar, kentara terlihat sekali ekspresi malasnya

"iya baiklah. Ayo jangan malas-malasan begitu, nanti tampannya luntur loh" jawab Narcissa sambil merangkul anak semata wayangnya tersebut. Draco memutar bola matanya, ibunya memang tidak berubah dari dulu. selalu menganggapnya jagoan kecil. huh

.

Dipesta pernikahan. . .

Draco dengan sendiri duduk di bangku sudut ruangan, tangannya menopang pipinya sambil memandangi orang berdansa topeng.

'huh, pesta yang sangat membosankan, berdansa dengan orang orang aneh, bertopeng tidak jelas' batin Draco dalam hati.

"maaf, apakah kau sendirian disini?kau nampaknya daritadi melamun" suara gadis itu memecahkan lamunan Draco, seketika ia menurunkan tangannya yang daritadi menopang pipi pucatnya.

"a-ah ya a-aku sendirian disini" ucap Draco terbata bata setelah terbangun dari lamunanya, ia belum sempat melihat wajah lawan bicaranya tadi,

"oh, aku juga. Menurutku aku pilih dirumah saja daripada menghadiri pesta ini. Kau tahu? Sangat membosankan jika akhirnya sendiri saja seperti orang bodoh" ucap gadis itu panjang lebar, sambil terkekeh pelan. Sekali lagi, Draco belum memandang wajah gadis itu, karena gadis itu duduk membelakangi Draco.

"ya kurasa begitu. mengapa kau tak ikut berdansa dengan mereka?" tanya Draco penasaran

"maaf sir, aku tak bisa berdansa" jawab gadis itu dan kemudian menoleh kehadapan Draco.

Dan sejurus kemudian, Mata hazelnya betatap langsung dengan mata kelabu milik Draco. Draco terbelalak seketika saat melihat gadis itu dan menelan ludah.

'sungguh mata dan bibir yang indah' gumam Draco melihat wajah gadis yang memberi tatapan indah.

Draco hanya bisa melihat mata cokelat madu dan bibir gadis itu saja. Seluruhnya tertutupi topeng dansa, tapi Draco yakin gadis ini sungguh cantik tanpa dilihat keseluruhan dari wajahnya.

Draco tersenyum memandang gadis itu, otaknya terasa berhenti berfikir sesuatu yang lain kecuali berfikir alangkah cantik gadis itu.

"sorry sir, are you okay? Dari tadi kau tersenyum sendiri?" ucap gadis itu seraya melambai lambaikan tangan putihnya dihadapan Draco.

"cantik" gumam Draco, suaranya tak tedengar oleh gadis itu lantaran suara bising terdengar jelas

"apa yang kau katakan tadi sir?"

"a-ah maaf nona, a-aku. Ah tak apa apa" jawab Draco, baru kali ini ia mendapati dirinya gugup jika berbicara dengan lawan jenis.

Jawaban Draco tadi membuat gadis itu tertawa geli. Draco memandangi gadis itu penuh tanda tanya,

"apa ada yang salah nona?"

"tidak tidak, kau hanya saja, sangat lucu sir. Sebegitu bosankah kau dengan pesta ini? Sampai-sampai lamunanmu panjang sekali?" jawab gadis cantik tersebut terkekeh sambil membetulkan posisi topengnya yang miring

Draco hanya tersenyum kecil mendengar ucapan gadis itu

"well nona, siapa namamu?" tanya Draco, seketika mengeluarkan tangannya

"namaku Hermione sir, Hermione Granger. Dan nama mu?" Jawab gadis itu seraya menyambut tangan Draco, tak lupa senyum manisnya terlukis di wajah gadis itu.

'Ya namanya Hermione, nama yang cantik, persis seperti orangnya' ucap Draco dalam hati

"aku Draco, Draco Lucius Malfoy. Ah aku tidak keberatan jika kau tidak memanggilku sir, aku belum terlalu tua untuk dipanggil seperti itu" ucap Draco dengan tawa kecil.

"okay sir. Oh maksudku Draco"

Obrolan berhenti seketika. Rasa kecanggungan mulai terasa saat diantara mereka, tak satupun yang berani mengeluarkan suara, baik Draco maupun Hermione. Mereka hanya duduk diam memandangi orang berdansa.

Draco's POV

Aduuh bagaimana ini, kenapa obrolan singkat mengesankan itu berhenti? Apa aku harus memulai percakapan kembali? Ya ya! Aku akan memulai duluan. Tapi apa yang ingin kukatakan? Sudah kah kau makan? Berapa gelas wine yang kau teguk? Ah jangan jangan. Aku tak mau menyinggung perasaannya, and well Apa aku harus mengajaknya dansa? Ah tidak, dansaku sangat buruk. Mana mungkin aku mengajaknya dansa. Ta-Tapi? Okay baiklah. You wish Draco!

Normal POV

"aa.." suara mereka berdua serempak ingin mengatakan sesuatu, tapi Hermione mengalah, ia mempersilahkan Draco duluan yang berbicara, tadinya jika Draco tak membuka suara juga, ia ingin pamit pergi pulang, namun Hermione melihat Draco yang ingin mengatakan sesuatu yang jauh lebih penting, Hermione mengurungkan niatnya.

"Hermione, maukah kau berdansa denganku?" pinta Draco dengan perasaan khawatir. Ya, dia khawatir jika Hermione menolak ajakannya. Keringat dingin bercucuran deras ditubuh Draco,ia sangat khawatir(benar benar gugup). Namun perasaan khawatirnya beralih ke perasaan senang seketika mendengar kata 'baiklah' dari Hermione.

Rasanya Draco ingin melompat lompat kegirangan mendapati gadis kesukaannya menuruti permintaan Draco. Ups! Keep your attitude Draco!

Dengan segera Draco merangkul Hermione menuju lantai dansa, dengan lagu nothing gonna change my love for you berkumandang mengawali dansa mereka.

The nights would seem so long,

with you i see forever

Oh, so clearly,

i might have been in love before

"kau tahu Hermione, matamu begitu indah. Aku menyadari itu, saat pertama kulihat dirimu" ungkap Draco, ia tak menyadari kata kata itu muncul begitu saja dari mulutnya.

Nampak lancang berkata begitu terhadap gadis yang baru ia kenal, namun tak dapat dipungkiri lagi, kalau hati sudah bicara.

"terima kasih Draco" jawab Hermione singkat.

Tubuh Hermione mengikuti irama musik, merangkuli pinggang Draco. Terlihat, Hermione menikmati sekali aLunan lagu yang diputarkan. Ia tak merasa tertekan ataupun merasa asing jika didekat Draco, aneh rasanya, ia tak dapat mendefinisikan keadaan yang sekarang ia alami.

I feel comfort with you, Draco. I swear,

.

"waah lihat anak kita Lucius, nampaknya ia menikmati sekali berdansa dengan gadis itu. baru kali ini aku melihat Draco berdansa dengan gadis lain. Kurasa ia menyukai gadis itu" ucap Narcissa kepada suaminya, Lucius, saat mereka kedapatan melihat Draco berdansa dengan khidmadnya dengan gadis lain. Narcissa dan Lucius hanya memandang tatapan bahagia terhadap Draco.

.

Hold me now

Touch me now

I dont wanna live without you

Draco menyatukan pandangan mata kelabunya dengan manik hazel milik Hermione.

'begitu cantik, makhluk tuhan satu ini' pikir Draco.

Sepertinya Draco tlah jatuh hati dengan gadis berambut coklat bergelombang ini. Ya, jatuh hati pada pandangan pertama. Draco ingin... ingin tetap bersamanya sampai kapanpun..

"ma-maaf Draco. A-aku a-aku harus pergi" ucap Hermione seketika, menjauhkan diri dari Draco, merasa terancam. Sejurus kemudian, Hermione berlari meninggalkan Draco. Draco terkejut dengan aksi Hermione yang mendadak mendorongnya kebelakang dan pergi. Tak mau kehilangan jejak, Draco mengejar Hermione keluar ruangan.

Ada apa yang terjadi? aku melukainya? Batin Draco terus bertanya. Dengan langkahnya yang panjang Draco mengejar Hermione yang entah kemana.

"Hermione, ada apa? Aku menyakitimu?" teriak Draco sambil berjalan cepat, memanggil Hermione agar berhenti. Hermione tak menggubrisnya ia tetap berjalan menuju mobilnya. Ia tak menghiraukan teriakan Draco.

Sial bagi Draco. Hermione telah pergi membawa mobil porsche merahnya. Memberikan tanda tanya besar terhadap gadis itu. Draco berdiri mematung memandangi porsche merah Hermione meninggalkan tempat, Hanya ekspresi frustasilah yang terlukis di wajah tampan Draco. Ia hanya bisa mengacak acak rambut pirang platina nya tersebut tanda kekesalannya.

Mengapa bisa terjadi? Apa yang dilihatnya tadi? Sehingga dia ketakutan begitu?. Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikiran Draco.

"Drakiee.." teriak seorang gadis berambut hitam sepunggung memanggil Draco,Draco tak menoleh karena Draco sudah tahu itu suara Astoria Greengrass, gadis yang mengincar dirinya agar bisa menjadi suaminya

"kau tak apa Drakie Poo sayang?" tanya Astoria prihatin, sambil meletakkan kedua tangannya di pipi Draco. Mengecek seolah tak tahu apa yang terjadi.

"enyahkan tangan kotormu dari wajahku Greengrass! Aku tak sudi, dipanggil dengan panggilan anehmu itu!" bentak Draco kasar dengan nada sarkastik. Draco memang tidak menyukai Astoria, baginya Astoria itu mencintai Draco bukan karena cinta, namun karena Draco bergelimangan harta, terlebih Astoria itu orangnya sangat manja. Alasan yang cukup untuk meyakinkan orang tuanya bahwa Astoria bukanlah jodoh yang tepat bagi Draco

"kau berkata apa barusan Draco?" ucap Lucius secara tiba tiba dari belakang, Draco memutar bola matanya sambil bergumam 'apa lagi sih'.

Lucius memang menginginkan Astoria sebagai menantunya, menurutnya Astoria jauh lebih baik dari gadis yang pernah mendekati Draco, Lucius menyukai Astoria karena Astoria orangnya cantik, pintar dan berpendidikan. Berpendidikan? Setahu Draco, Astoria sudah 7 tahun kuliah, namun tak pernah tamat.

"sekali lagi kubilang Greengrass, enyahkan tangan kotormu dari tanganku" ucap Draco sambil menarik tangannya dari rangkulan tangan Astoria.

"kau tak boleh berkata begitu pada calon istrimu Draco" balas Narcissa, berharap anaknya tak memanggil panggilan yang tak pantas pada anak temannya itu.

"apaaa? Calon istri, mum? Cuih memandangnya saja aku enggan apalagi memperistri seorang jalang sepertinya"

"cukup Draco! Minta maaf pada Astoria sekarang!" bentak Lucius, menunjuk nunjuk Astoria yang berdiri gemetar mendengarkan kata kata kasar dari Draco.

"maaf Greengrass" ucap Draco dengan seringai khas Malfoy, ia menjulurkan tangannya, namun sebelum tangan Astoria menyambutnya, ia sudah menarik tangannya lagi.

"ups maaf, nampaknya, aku akan alergi jika berjabat tangan denganmu, Greengrass" seringai Draco masih terpasang di wajahnya

"baiik, jika aku membuat tanganmu alergi! Setidaknya aku bersifat lebih sopan daripada wanita yang berdansa denganmu tadi. Sungguh tak tahu diri." Ungkap Astoria kesal setelah diperlakukan Draco dengan kasar. Senyum puas terpatri di bibir Astoria.

"tak usah bawa nama Hermione, aku tak sudi. Bibir kotormu menyebut namanya"

" And then, apakah kau yang menakutinya tadi sehingga dia pergi meninggalkanku?"

Suasana hening, keringat dingin bercucuran dari tubuh Astoria, ia tak berkutik, ia tak mungkin mengatakan hal yang akan merusak harganya sendiri, dihadapan Draco, dan calon mertuanya (dibaca : orangtuanya). Astoria terdiam sejenak, berfikir kata apa yang tepat untuk Draco supaya Draco mempercayai perkataannya.

"Tuduhan yang tak tahu kebenarannya mr. Malfoy. Jangan menuduhku sembarangan, persetan muda!" ucap Astoria. Raut mukanya berubah setelah mengucapkan kata kata yang menurutnya tak pantas jika mengatakan nya didepan calon mertuanya (dibaca : orangtua Draco).

Apa yang dikatakan Astoria tadi sangat tidak mencerminkan bahwa dia orang yang berpendidikan. Seperti yang diagung-agungkan dirinya dan Lucius.

'Matilah aku' raung Astoria menyesal.

"well, kurasa sudah cukup keributan disini. Maaf Astoria kurasa ucapanmu itu sangat tak pantas. Aku harap kau bisa menjaga ucapanmu sebelum kau menjadi menantuku" balas Lucius dengan tatapan tajam, tatapan yang menandakan 'kau-berkata-sesuatu-yang-tak-sepantasnya-kau-katakan.

"lihat dad! Sudah terlihat, betapa jalangnya wanita ini" seringai jahat kembali terlukis diwajah Draco,

'semakin ketahuan kau Greengrass! Aku akan menghabisimu' teriak Draco dalam relung hatinya bahagia.

"CUKUP DRACO!" teriak Narcissa tak mau mendengar kata apapun yang keluar dari mulut anaknya.

"ayo kita pergi" ucap Narcissa lagi seraya menarik lengan Draco untuk pergi meninggalkan Astoria sendirian.

Astoria mematung diam ditempat, ia tak menyadari dua kata itu berlalu saja di ucapannya. Astoria hanya berdiam dan menyeringai lebar.


tetap semangat! thank you very much yang rela ngorbanin waktunya buat baca fanfiction gaje aku+review ff aku :)) aku sayang kalian.. janganpernah bosen yah :* lets go to the next chapter ch 2!