Hujan membasahi tubuh Juvia. Air matanya terus mengalir keluar. Dia pun mulai mengayun pelan ayunan yang tengah didudukinya, sekaligus pemberi secercah memori indah dikehidupan miliknya yang kelam itu.
Hujan begitu deras, begitu juga laju tangis Juvia.
'Gray-sama, maafkan Juvia... Maafkan Juvia karena telah menangis...' Batin Juvia seraya mencoba menahan tangis.
Beberapa saat setelah tenang, Juvia mulai beranjak pulang. Air matanya mulai mengering, dan hujan pun mulai berhenti. Seulas senyuman hangat terpampang dibibir mungilnya. Dia pun mengadah ke langit.
'Gray-sama, Juvia berhasil membuat pelangi pertama Juvia'
-At Fairy tail guild-
"Ah, okaeri, Juvia." Lucy berkata seraya membersihkan noda makanan yang berada dipipi Natsu.
"Tadaima" Senyum palsu terpampang di wajahku. Sungguh, aku benar-benar tidak ingin tersenyum sekarang. Jauh didalam lubuk hatiku, aku tau bahwa semua orang di fairy tail guild akan bisa membuatku tersenyum lagi. Tapi, orang yang membuatku terlepas dari memori masa lalunya tidak ada disini, kau tau? Alasan mengapa aku melanjutkan hidup telah hilang, kau tau?
Juvia merebahkan diri dikasur seraya melihat foto yang aku dan gray sama ambil ditaman Magnolia. Aku menahan tangis.
"Gray...-sama" Ucap Juvia lirih. Terlihat pelupuk matanya dipenuhi air mata.
'Jangan. Jangan sampai aku menangis.' Juvia segera menghapus air matanya.
"Aku tidak ingin menangis didepan teman-teman! Seperti yang Gray-sama bilang!"
Sehari lagi musim gugur tiba. Musim yang memiliku memori paling dalam bagi Juvia. Juvia merenung. Teman-temannya telah mengajaknya. Jujur, Juvia ingin, tapi takut. Tkut bila dia menitikkan air mata didepan teman-temannya lagi.
"Kalian duluan saja" Akhirnya, juvia membuat keputusan.
Keesokan harinya, jam 6.30 pagi, dimana semua orang masih tertidur, Juvia berangkat.
Angin musim gihir bertiup. Juvia memandang sayu makam orang tercinta. 'Gray-sama'.
"Nee, Gray-sama, aku berhasil membuat pelangi." Juvia menahan tangis.
"Teman-teman diguild telah menerimaku sepenuhnya, Gray-sama" Juvia mulai menitikan air mata.
"Juvia dapat bertahan, kau tau, Gray-sama?" Juvia menangis. Hujan deras pun mulai turun. Beberapa saat kemudian, Juvia melangkah pergi. Senyum sayunya terpampang.
"Gray-sama terima kasih banyak. Aku mencuntaimu selamanya"
