-Legs-
Main cast: Chanyeol&Baekhyun
Other cast: Wu Yifan, Oh Sehun, Lu Han.
Genre: Yaoi, Romance.
Note: mohon maaf jika jelek. Saya masih belajar.
Prologue
-Legs-
Chanyeol kecil tidak tahu apa yang salah darinya. Dia tidak mengerti apa titik salah ketika dia meminta mainan boneka, bukannya robot-robotan seperti temannya. Chanyeol ingin membeli peralatan make up anak-anak dan peralatan dapur plastik untuk mainannya, tapi ibunya malah menariknya ke rak yang bertuliskan 'mainan laki-laki'. Chanyeol juga tidak mengerti kenapa anak laki-laki sepertinya diharuskan membeli mainan dengan warna gelap dan kelam. Chanyeol tidak suka warna-warna seperti itu.
"Ibu, aku beli ini yah?" tanya Chanyeol kecil sambil membawa kotak Barbie Rapunzel yang sedang nge-trend pada saat itu. Ibu Chanyeol terlihat gelisah ketika Chanyeol mengatakan itu. Segera dia melihat ke kanan dan ke kiri, lalu mengambil Barbie di tangan Chanyeol. Lalu duduk bertumpu lutut di depan Chanyeol.
"Kita beli mobil-mobilan saja yah? Besok akan ibu belikan Barbienya." Kata ibu Chanyeol dengan senyumnya.
"Sungguh? Kalau sekarang beli mobil-mobilan, ibu akan membelikan Barbie ini?" chanyeol kecil terdengar antusias. Ibunya mengangguk, "dua boleh?" tawar Chanyeol kecil.
Sang ibu terdiam beberapa detik kemudian mengangguk lagi. Chanyeol dengan bahagia langsung mengambil mobilan apa saja yang ada disana lalu mengajak ibunya pulang. Selalu begitu, ibunya selalu berbohong dengan cara yang sama setiap kalinya.
Chanyeol kecil suka warna cerah. Sejak dia dipindahkan untuk tidur dikamarnya sendiri, dia sudah meminta orang tuanya untuk mengecat biru terang kamarnya. Atau kuning juga tidak apa-apa. Orang tuanya mengiyakannya pada saat itu dan Chanyeol terlihat senang bukan main. Tapi, ayah dan ibu Chanyeol malah mengecat kamar chanyeol dengan warna abu-abu. Dengan alasan, cat di tokonya habis. Hanya tinggal warna abu-abu saja. Dan chanyeol dengan kecewa harus merelakan kamarnya berwarna gelap.
Chanyeol kecil suka sekali dengan tumbuhan, jadi dia menanam bunga di taman bekalang rumahnya. Dia akan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan seharian penuh di taman untuk menanam dan merawat bunganya. Walau dia juga menyukai permainan laki-laki lainnya seperti sepak bola, tapi Chanyeol tidak pernah mau ikut bermain bersama teman-temannya. Tidak seperti kakak tirinya, Yifan, yang lebih suka bermain kejar-kejaran dan sepak bola sehingga membuat badannya bau keringat. Chanyeol benci bau keringat. Itulah kenapa Chanyeol kecil seringkali diledek banci oleh teman-temannya karena tidak mau bermain sepak bola. Tapi saat itu, Chanyeol tidak perduli. Beberapa teman perempuannya masih setia bermain dan makan siang bersama Chanyeol.
Chanyeol kecil tidak suka super hero. Dia menganggap super hero tidak pernah ada. Sama halnya dengan santa claus yang selalu diceritakan ibunya, dia tidak ada. Chanyeol melihat sendiri ibunya menaruh hadiah yang ibunya bilang adalah hadiah dari Santa. Chanyeol lebih menyukai menonton film Barbie dan acara menari. Chanyeol suka keindahan tubuh Barbie dan paras cantiknya. Anak laki-laki ini juga menyukai menari karena keindahan gerakannya. Entah itu tarian tradisional, ballet, atau modern dance seperti hip-hop, Chanyeol suka.
Ketika berumur 10 tahun, Ibu Chanyeol sepertinya sudah tidak ingin melarang anaknya lagi, jadi Chanyeol meminta ibunya untuk membawanya ke kelas tari. Dia mempelajari tari tradisional, setelah ibunya melarang untuk masuk kelas balet. Dia ingin di posisi perempuan, bukan di posisi laki-laki. Dan hal itu membuat petualangan Chanyeol yang tidak punya teman, dimulai.
"Dasar banci!"
"Laki-laki kok menari seperti perempuan!"
"Kamu jangan main dengannya, nanti kamu akan ketularan banci!"
"Chanyeol suka dengan laki-laki ya? Makanya kamu mau jadi perempuan!"
"Dasar menjijikkan!"
Dan Chanyeol akhirnya memilih untuk sendiri, daripada harus bertengkar dengan temannya. Itu tidak indah sama sekali.
Chanyeol remaja masih menyukai Barbie dan boneka ketimbang permainan game online yang sering dibicarakan teman-temannya. Chanyeol mulai membeli action figure dari beberapa anime yang bahkan dia tidak tau apa dari uang tabungannya sendiri. Kecintaan Chanyeol terhadap tumbuhan juga meningkat sehingga ibunya membuka toko bunga. Ini adalah satu-satunya kegiatan Chanyeol yang didukung penuh oleh ibu dan Ayahnya. Chanyeol juga masih menari, tapi dia sudah ditempatkan di posisi laki-laki. Itu karena puberty membuat tubuhnya menjulang semakin tinggi dan badannya semakin besar. Tapi dia tetap menari. Chanyeol remaja masih tidak punya teman. Tidak satupun. Dia hanya mengenal beberapa teman Yifan yang sering datang kerumah untuk bermain playstation. Chanyeol hanya menonton dan memakan snack, Chanyeol benci pertarungan dan perebutan kemenangan.
Chanyeol umur 18 tahun, masih menyukai Barbie dan action figure. Dia sudah lelah membeli boneka rillakuma karena kamarnya sudah penuh dan dia tidak tega untuk membuang atau memberikan bonekanya kepada orang lain. Chanyeol SMA masih bekerja di toko bunga milik ibunya. Dia juga masih menari, tapi tidak hanya tari tradisional, tapi juga hip-hop. Dia juga diajari menyanyi dan bermain music pengiring tari. Chanyeol memainkan drum dan gitar dan dia juga mempunyai suara yang bagus. Walaupun Chanyeol tidak terlalu menyukai suaranya yang terlalu berat, tapi itu membuat nada rendah dan tinggi dicapai dengan apik.
Chanyeol mulai membenci tubuhnya. Di usia 18 tahun, Chanyeol sudah setinggi 187cm. cukup tinggi untuk ukuran anak SMA sepertinya. Di usia 18 tahun inilah, tahun-tahun kemalasan Chanyeol. Dia tidak mau lagi lari pagi bersama Yifan atau melakukan pekerjaan berat lainnya. Itu dikarenakan sesuatu yang dinamakan otot. Otot-otot di badan Chanyeol mulai terbentuk dengan sendirinya. Chanyeol membenci itu. Otot membuat badannya tidak bagus lagi. Itu yang selalu dipercaya Chanyeol. Tapi ternyata, hanya dengan Chanyeol yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda gunung, otot-otot itu muncul di lengan dan betisnya. Chanyeol benar-benar membenci itu. Tapi, ada dua orang yang akhirnya mau berteman dengan Chanyeol. Itu membuatnya lebih baik.
Ada satu hal yang dibenci dari Chanyeol ketika dia memasuki kelas 2 SMA. Kenyataan bahwa dia mencintai permainan bola basket. Permainan dengan sekumpulan orang di tengah lapangan yang berebutan dan berlari kesana kemari untuk memperebutkan bola lalu dimasukkan ke ring. Di tahun pertamanya SMA, Chanyeol diajak teman Yifan untuk menonton pertandingan basket kakaknya itu. Di dalam ruangan gym tempat biasa dia melakukan pelajaran olahraga, disitulah dia melihat Yifan begitu menikmati permainannya. Yifan berlari dan melompat dengan sangat ringan dan itu merupakan pertama kali dalam hidupnya, dia menganggap olahraga berkeringat sebagai sesuatu yang indah. Jadi, disinilah dia sekarang. Di pertandingan basket pertamanya. Meski hanya latih tanding, tapi ini adalah kali pertama dia melawan tim basket dari sekolah lain.
Puk!
Tepukan di pundak Chanyeol menyadarkannya kembali ke alam nyata.
"Jangan gugup. Kita sudah berlatih dengan baik." Kata Yifan yang berdiri di samping Chanyeol. Mengenakan baju basket berwarna hitam dan merah dengan ban di tangan kanannya, menandakan bahwa dia adalah kapten dari tim basket ini.
"Siapa yang gugup? Aku?" tanya Chanyeol sambil menyingkirkan tangan kakaknya dari pundak kanannya.
"Oh, tidak. Hanya saja, tadi malam ada yang tidak bisa tidur dan malah pergi ke taman belakang untuk berkebun jam 3 pagi." Canda Yifan sambil tertawa geli melihat ekspresi terkejut adiknya, "Dan lihatlah, matamu saja sudah merah dilengkapi dengan kantung hitamnya."
Chanyeol mendengus lalu mengedarkan pandangannya ke bangku penonton. Chanyeol sungguh gugup sekali. Dia tidak akan bisa membayangkan jika dia kalah. Dilihatnya ada Ayah dan ibunya disana. Sesungguhnya Chanyeol tidak pernah bilang jika dia mengikuti tim basket. Tapi Yifan semalam membocorkan jika jam pulang Chanyeol yang telat itu bukan untuk belajar bersama temannya tapi untuk latihan basket. Dan diakhiri dengan Ayah dan Ibunya yang sangat antusias untuk melihat pertandingan pertama anak bungsunya dalam olah raga seperti ini.
Chanyeol dan Yifan adalah duo kombi yang pas dan mereka berakhir memenangkan dua set berturut-turut. Itu adalah dimana Chanyeol menyadari bahwa keindahan yang menghasilkan kepuasan seperti ini yang dia cari. Chanyeol sangat menikmati segala macam gerakannya di sepanjang pertandingan. Ketika dia men-dribble bola. Ketika dia berhasil melakukan lay-up. Ketika dunk-nya berhasil dengan baik. Ketika dia mengoper ke Yifan dan kakaknya mencetak three-point. Segalanya terlihat indah di mata Chanyeol.
Basket juga merubah kehidupan Chanyeol sedikit demi sedikit. Chanyeol mulai memiliki teman, walau hanya rekan satu timnya. Banyak perempuan yang menjadi fansnya dan menungguinya latihan hingga selesai, dilanjutkan dengan berebut memberikan air minum dan handuk.
Pertandingan selesai dengan sekolah Chanyeol menjadi juara. Ketika Chanyeol dan Yifan keluar dari dalam ruangan klubnya, Ayah dan ibu Chanyeol sudah menunggu dengan sekotak besar makanan yang disiapkan sejak pagi.
"Aku kan sudah bilang, ibu dan ayah bisa pulang terlebih dahulu dan menungguku dirumah." Kata Chanyeol mengambil alih kotak besar dari tangan sang Ibu. Ibunya hanya tersenyum dan mengucapkan selamat atas kemenangan mereka berdua.
"Biarkan saja. Ibu dan Ayah itu senang sekali karena kau mau ikut kegiatan laki-laki normal seperti ini." Kata Yifan berjalan di samping ayahnya.
"Jadi maksud Hyung, kegiatanku selama ini tidak normal, begitu?" Chanyeol langsung menyipitkan mata dan mengerutkan dahinya ke arah Yifan, membuat sang ayah dan kakak tertawa.
"Hahahaha tidak. Bukan begitu. Hanya saja kau biasanya menyukai segala hal yang berbau perempuan ini tiba-tiba ingin ikut basket. Aku saja sampai terjatuh dari kursiku dan terkilir ketika kau mengatakan ingin masuk tim basket. Kalau kau ingat."
Chanyeol mendengus dan mengadukan Yifan kepada sang ibu. Tapi ibunya malah tertawa dan memeluk anaknya satu persatu.
"Jadi, kau mau makan dimana? Ibu dan ayah akan menuruti permintaanmu kali ini." Kata Ayah Chanyeol ketika mereka sampai di tempat parkir mobil.
"Apa saja?" tanya Chanyeol sambil berhenti berjalan, menampakkan binar-binar matanya.
Sang ayah mengangguk, "Ya. Apa saja."
"Kalau begitu, aku ingin makan di rumah kaca belakang toko." Jawab Chanyeol sambil membuka pintu mobil. Lalu berbalik dan menunjukkan senyum 5 jarinya.
"Kenapa disana? Kita bisa ke taman atau ke manapun yang kamu mau." Jawab ayah Chanyeol.
"Bunga-bunga disana sedang dalam masanya berbunga. Ayah dan ibu pasti suka, walau aku tidak yakin dengan Yifan Hyung. Tapi aku ingin menunjukkannya pada kalian." Chanyeol langsung masuk ke dalam mobil.
Ayah dan ibunya mendesah. kepalang janji, akhirnya mereka menuju ke toko bunga mereka yang jaraknya sekitar 10 menit menggunakan mobil dari sekolah Chanyeol. Chanyeol bekerja di toko bunga ibunya bersama dengan Sehun, mahasiswa jurusan arsitektur lansekap semester 3. Sehun ada di jam pagi hingga sore dan Chanyeol akan berjaga sejak sore hingga tutup. Tapi terkadang Sehun juga akan menemani Chanyeol sampai toko tutup jika malas pulang ke apartemen murah yang disewanya di samping rumah Chanyeol.
Sesampainya di Toko Bunga mereka yang diberi nama 'Hana Flower', Chanyeol turun paling awal. Itu dikarenakan dia melihat ada sepeda gunug berwarna kuning dan sepeda gunung berwarna hijau. Itu artinya Sehun sedang ditemani pacarnya. Chanyeol berlari memasuki toko dengan senyum cerahnya.
"Luhan Hyuuuuuuuuuuuuung!" Teriak Chanyeol.
Sang pemilik nama langsung menoleh kaget. Selang beberapa detik, laki-laki bernama Luhan itu langsung berlari untuk menyambut pelukan Chanyeol. Sang kekasih hanya menghela nafas sambil terus memangkas bunga-bunga.
"Wah! Kau makin tinggi saja!" komentar Luhan.
"Tentu! Aku 187 sekarang. Hyung kapan sampai?" tanya Chanyeol lalu menoleh ke arah Sehun, "Ada ibu dan ayah, hyung. Kami mau makan di rumah kaca belakang."
Sehun dan Luhan sempat berpandang-pandangan sebentar sebelum Luhan berdehem. Sehun langsung membersihkan tangannya dengan mengelapnya ke apron yang dipakainya bekerja, berjalan keluar dan menyapa ayah dan ibu Chanyeol. Chanyeol hanya mengangkat bahu dan melanjutkan memeluk hyung kesayangannya itu.
"Aku baru tadi pagi sampai. Kudengar dari Sehun, kau sekarang jadi pemain basket?" tanya Luhan antusias dan mengajak Chanyeol untuk duduk.
"Iya. Aku baru saja selesai bertanding. Dan kami menang!" bangga Chanyeol.
Lonceng kecil tanda ada yang masuk ke dalam toko berbunyi. Ayah dan Ibu Chanyeol, serta Yifan dan Sehun masuk ke dalam toko sambil membawa tas olahraga Chanyeol dan kotak berisi makanan yang disiapkan ibu Chanyeol.
"Pantas saja, Chanyeol langsung berlari." Ibu Chanyeol menyapa Luhan.
"Ah, bibi. Selamat datang." Luhan menyalami Ibu Chanyeol, "Bibi makin cantik saja."
"Ini dia yang aku suka darimu. Pintar sekali membual. Tidak kau lihat keriput ini?" Ibu Chanyeol menunjukkan kulitnya yang mulai mengendur di sekitar pipi dan bawah matanya.
"Bibi masih tetap cantik walau kulitnya tidak kencang lagi. Aku bersungguh-sungguh." Kata Luhan sambil membuat gestur swear dengan tangannya.
"Hahaha, baiklah. Kalau begitu sekalian saja kau ikut makan bersama kami. Tutup tokonya Sehun!" perintah ibu Chanyeol yang langsung diangguki dan dikerjakan oleh Sehun.
Belum sempat Sehun mengunci pintu toko, pintu didorong dengan terburu-buru oleh seseorang. Seorang laki-laki dengan seragam sepak bola lengkap yang terengah-engah berdiri di depan pintu toko. Semua orang di sana spontan menoleh ke arahnya dan menunggu suara dari laki-laki itu sebelum Yifan berbicara.
"Maaf, tapi kami akan tutup."
"Kumohon… buatkan aku karangan kecil bunga mawar merah." Katanya dengan nafas terangah. Masih dengan badan yang membungkuk mengatur nafas.
"Tapi kami sudah mau tu.." ucapan Yifan terpotong, "Kumohon! Hanya sebentar saja." Anak laki laki itu merubah posisinya yang membungkuk menumpu tangannya pada lutut menjadi hormat.
"Biar aku saja. Sehun hyung dan Luhan Hyung bantu ibu menata meja saja di belakang. Ayah dan Yifan Hyung juga. Biar aku yang melayaninya sekaligus menutup pintu." Ucap Chanyeol sambil menarik apron kerjanya dan menuju ke arah laki-laki itu.
"Maaf. Silahkan duduk sebentar. Akan saya buatkan." Kata Chanyeol. Menyuruh laki-laki itu duduk, dan dia berbalik ke arah seikat besar bunga mawar dan mulai merakitnya menjadi buket bunga kecil. Sedangkan ibu, ayah, yifan, sehun dan luhan sudah ke rumah kaca terlebih dahulu. Laki-laki itu lalu menaruh bolanya dan duduk karena kelelahan berlari.
"Maaf menunggu. Bunganya sudah jadi. Untuk membayar bisa ikut saya ke meja kasir." Chanyeol tersenyum dan menuntun laki-laki itu untuk membayar di kasir.
Selesai membayar, laki-laki itu terlihat senang, membuat Chanyeol tersenyum. "Silahkan datang lagi." Kata Chanyeol ketika laki-laki itu berjalan ke arah pintu keluar.
Chanyeol memperhatikan tubuh itu. Tidak tinggi, tidak pendek juga. Mungkin tingginya sekitar 170cm. badannya ramping terlihat dari baju bola yang dikenakannya kebesaran. Celana pendeknya membuat kaki jenjangnya tampak hingga pahanya. Tapi betis itu langsung menarik perhatian Chanyeol. Betis yang tidak besar, tidak juga kecil. Dengan otot yang tidak berlebihan. Kaki itu mulus dari bulu dan bentuknya sangat indah. Chanyeol langsung menyukainya!
Bunyi lonceng kecil di pintu menyadarkan Chanyeol dari lamunannya. Laki-laki itu sudah keluar dari tokonya. Tanpa berfikir dua kali, Chanyeol berlari keluar toko, mengejar laki-laki itu.
"Tunggu!"
Laki-laki itu menoleh ke arah Chanyeol.
"Kapan kau akan datang lagi kesini?"
Laki laki itu terlihat bingung dengan pertanyaan Chanyeol.
"Apakah kau akan pulang lewat sini setiap hari?"
Laki-laki itu masih tidak bisa mencerna apa yang sedang dibicarakan Chanyeol.
"Namaku Chanyeol. Park Chanyeol. Kau?"
Laki-laki itu akhirnya tersenyum lalu membenarkan posisi berdirinya.
"Baekhyun. Byun Baekhyun."
Untuk pertama kali, Chanyeol dibuat tersenyum seperti idiot hanya karna mengetahui nama seseorang. Untuk pertama kali, Chanyeol dibuat tidak bisa tidur karena mendengar suara seseorang. Dan karena Byun Baekhyun, untuk pertama kali dalam hidupnya, Chanyeol merasakan cinta.
End of Prologue.
Thanks for reading. Continue? Yeah or nah?
Mohon untuk koreksinya. Mohon untuk memberi masukan baik soal jalan cerita dan penulisannya. Saya masih baru dan belum pintar jadi saya masih seneng untuk di kritik. Cheer me up! Review+favnya ditunggu. Me love you!
