Naruto © Masashi Kishimoto
I Want You Back !
Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura
Warning : Typo, EYD yang tidak tepat, tidak jelas, belibet dan sebagainya.
Dibutuhkan kritik dan saran dalam bentuk apapun, akan diterima dengan senang hati
.
.
.
Kini semuanya telah berbeda, tak lagi sama. Perubahan seseorang memiliki alasan tersendiri yang terkadang tak mampu untuk dipahami lebih dalam dan berujung salah sangka sehingga menimbulkan perbuatan diluar batas kewajaran. Seorang pemuda termenung diatas atap sekolah, pandangan oniks sekelam malam terarah pada gerbang masuk sekolah, dirinya tidak memperdulikan keramaian yang terjadi disekitarnya karena orang-orang yang menganggapnya sebagai teman mereka padahal ia sendiri belum tentu menganggap demikian.
Perempuan bersurai merah muda sepunggung turun dari porche berwarna emerald mengkilat seperti warna bola matanya. Berjalan dengan tenang menuju kelasnya tanpa memperdulikan berbagai bisik kekaguman dari murid laki – laki dan desis an iri dari murid perempuan. Iri dengan wajah juga tubuh proporsional sang gadis. Ia murid baru disini, baru kemarin masuk sekolah ini. Tentunya ia tak memiliki teman, lagi pula ia juga tak ingin menjalin hubungan berupa teman, sahabat ataupun kekasih karena hubungan itu membuatnya muak. Selama ia bisa ia akan menjalani waktu bersekolah dua tahun ini tanpa sebuah hubungan seperti itu. melakukan apapun sebisa mungkin seorang diri. Terserah orang lain menganggapnya aneh ia tak perduli, belajar dari pengalaman lalu adalah hal terbaik untuk hidupnya sekarang ini.
Itu yang ia inginkan sebenarnya tapi ia merasakan tatapan tajam dari seseorang, membuat tubuhnya bergetar sekaligus tak nyaman namun sekali lagi ia mencoba tak perduli. Tak kan pernah perduli, ia akan tetap pada pendiriannya. Tak ada hubungan apapun yang akan terjalin ditempat ini. Tak ada masa lalu yang kan terulang meski bagian dari masa lalunya berada ditempat yang tanpa sengaja berada ditempat yang sama dengan dirinya . Berulang kali ia menghindar dan berhasil. Kini ia tak dapat mengelak, memutuskan diri bahkan menyiapkan diri untuk kemungkinan yang terjadi karena ia tak ingin lagi jadi seorang pengecut yang selalu menghindar dari masalah. Selama tidak dalam satu ruangan yang sama berhari hari cuman satu hari saja itupun hanya dua jam, tidak akan menjadi masalah selama ia tak berdekatan dengannya. Kali ini ia memilih untuk menghadapinya.
Pemuda itu tetap dalam posisi yang sama seperti tadi. Netra oniks hitamnya menatap obyek dibawah sana dengan tubuh menegang dan bergetar terasa lemas namun ia masih sanggup berdiri. Tatapannya tajam tapi apabila ditelisik lebih jauh lagi tatapan itu bukan tatapan tajam yang menusuk melainkan tatapan rindu yang sangat dalam dengan penyesalan yang teramat besar dan luka yang mendalam. Ingin rasanya pemuda ini menangis, menjatuhkan air mata dari pelupuk matanya. Dalam ketidakberdayaannya ini ia juga ingin rasanya berlari kencang memeluk sosok itu, berlutut padanya meminta maaf berkali kali meski ia tahu itu tidak beguna dan tak mampu mengembalikan apa yang sudah dihancurkannya. Sungguh ia sangat ingin. Namun semuanya butuh waktu, kelegaan juga terpancar dari matanya ia lega bersyukur sosok itu tidak lagi menghindari dirinya. Meski… kenangan masa lalu akan selalu mengikuti.
Tingkah Sasuke yang tidak seperti biasanya membuat semua teman dekatnya heran, meski Sasuke pendiam ia tak pernah sekalipun melamun bahkan tanpa Sasuke sendiri sadari pun tatapan tajam khas dirinya itu hilang tergantikan dengan tatapan sendu yang entah lah seperti apa. tatapan itu sungguh berbeda. Sangat berbeda. Para perempuan pengagumnya yang berada ditempat yang sama pun dibuat heran sekaligus penasaran. Tidak ada salah satu dari mereka semua berani bertanya. Sasuke bukan orang yang akan langsung secara gamblang menceritakan masalahnya. Ia lebih memilih untuk menutup diri dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Jadi bertanya pun terasa percuma. Mereka memilih penasaran saja daripada terkena omongan tajam dari lidah pedas seorang Uchiha Sasuke apalagi sekarang kemungkinan besar dalam mood paling buruk.
.
.
.
Berjalan dikoridor sepulang sekolah seorang diri adalah hal biasa untuknya sejak dua tahun lalu, sekolah sudah sangat sepi sekali. Hanya ada beberapa siswa siswi yang mengikuti klub sesuai jadwal pada hari ini. Sakura sendiri ia belum menentukan klub mana yang akan diikutinya. Terasa cukup malas untuk mengikuti klub. Namun ini adalah hal wajib diikuti untuk semua murid disini. Hanya diberi waktu satu minggu untuk menentukannya. Masih tersisa empat hari lagi untuk mengambil keputusan dan diserahkan ke dewan kesiswaan. Sebelum itu hari ini ia akan melihat satu persatu klub, jika sesuai ia akan mengikutinya.
Earphone terpasang manis dikedua telinganya, volume cukup untuk tidak mendengar suara sekitarnya. Terus berjalan sampai dia berada didalam ruang klub melukis. Tidak seperti biasanya klub melukis disekolah ini lebih banyak peminatnya daripada klub melukis disekolahnya terdahulu. Ini terasa aneh. Sakura mengernyitkn kepalanya bingung. Sampai netranya menangkap satu obyek yang dikelilingi banyak siswi perempuan. Akhirnya Sakura sadar, para siswi itu tak berminat ikut klub melukis, alasan mereka masuk klub ini hanya karena ketua klubnya saja. Aneh. Itulah yang berada difikiran Sakura. Sang obyek para gadis itu kini menatapnya diiringi sebuah senyuman yang membuat perempuan disekitarnya menjerit senang penuh kekaguman namun tidak untuknya. Senyum itu aneh, palsu.
Lelaki itu perlahan menghampiri Sakura yang masih mengernyitkan dahi pertanda akibat rasa tak percayanya melihat tingkah para perempuan-perempuan itu, Sakura berdiri ditengah pintu dan masih menatap pemuda itu dan tidak menyadari jika pemuda yang dikerumuni para perempuan tadi telah berada tepat dihadapannya. "ada yang bisa dibantu nona ?"
Sakura tersentak mendengar suara baritone dihadapannya. Memandang jengah setengah malas pemuda itu, Sakura memilih berlalu meninggalkan sang pemuda. Merasa tidak tertarik dengan klub melukis yang menurutnya didalam klub tersebut hanya akan ada fansgirl yang tak tahu aturan, tidak mengutamakan klubnya melainkan mengutamakan untuk hanya sekedar memuja seorang laki-laki yang belum tentu sebagai laki-laki sejati. "tidak ada"
lelaki itu dibuat bingung akan tingkah Sakura. Pesonanya tidak terpengaruh pada perempuan bersurai merah muda itu membuatnya menyeringai. Entah apa arti dari seringaiannya itu. "menarik" gumamnya.
.
.
.
Terpampang dengan nyata tulisan dengan huruf capital semua tertulis 'KLUB KARATE' tepat didepan pintu. Baru membuka pintu itu saja, Sakura sudah menjadi pusat perhatian seluruh orang yang berlatih didalamnya. Tak banyak perempuan yang mengikuti klub karate, hanya ada beberapa saja. Laki-laki cukup mendominasi klub ini namun tak terlalu banyak minat tampaknya. Karena yang berlatih hanya sekitar sepuluh orang, enam orang laki-laki dan hanya empat orang perempuan saja. Sakura melangkah masuk kedalam klub, ada satu laki-laki dan satu perempuan menghampirinya. Sepertinya mereka memiliki bagian penting dalam klub ini.
"hn" lelaki bersurai coklat hanya bergumam ketika telah sampai berada dihadapan Sakura, membuat Sakura pusing dibuatnya. Meski gumaman itu familiar untuknya, tetap saja yang bergumam kini orang yang berbeda dan itu tak akan berpengaruh banyak untuk dirinya. Sakura tahu itu. Perempuan disamping lelaki itu tersenyum menangkap raut kebingungan Sakura.
"maaf, nona. Dia ketua klub disini. Orangnya memang seperti itu irit berbicara" laki-laki yang merupakan ketua klub karate mendengus mendengar penjelasan orang disampingnya mengenai dirinya. "aku TenTen wakilnya, sebenarnya ada apa nona? Kau murid baru?"
Baru bertatap muka, Sakura sudah tahu betul. Sudah benar-benar paham. Jika laki-laki yang menjabat sebagi ketua klub karate merupakan pemuda cool, cuek, dan tidak peka pada sekitarnya termasuk pada perasaan perempuan disampingnya. Sedangkan perempuan yang bernama TenTen itu gadis tomboy namun gamblang dalam berbicara, sikapnya mudah sekali ditebak meski dia tomboy, banyak riasan diwajahnya alias ia suka berdandan berlebih. Sakura cukup tahu jika gadis itu memiliki hati pada sang ketua. Sakura mendengus, ia benci laki-laki tidak peka dan perempuan terlalu gamblang dengan dandanan juga perhiasan yang terlalu berlebihan. Tapi apa daya klub ini hanya sedikit minat tidak terlalu ramai, ia juga pernah beberapa kali ikut klub karate jadi tak ada salahnya mencoba. Mengesampingkan ego karena belum tentu ada klub yang menarik minatnya lagi atau bisa dibilang klub yang cocok dengannya.
"ya, dan aku ingin masuk klub ini"
Tenten tersenyum dan laki-laki disampingnya terpaku sejenak sebelum kembali dalam posisi coolnya. "tentu kau bisa masuk dalam klub ini. Tapi persyaratan klub ini ketat loh.." ucap TenTen setengah bercanda tapi serius. Sayangnya Sakura tidak menanggapinya, terlalu malas.
"apa kau serius ingin masuk klub ini ?" laki-laki itu membuka suara, sebagai ketua ia sadar untuk lebih selektif menyeleksi orang baru yang ingin masuk klubnya.
"ya" laki-laki itu menatap mata Sakura yang juga menatapnya, mencoba mencari keraguan didalam sana tapi tidak ditemukannya yang didapatnya bukan tatapan ragu atau ketakutan seperti calon pendaftar klub yang lainnya melainkan keyakinan dan keseriusan juga emerald yang indah menenangkan. Dadanya bergemuruh. Jika biasanya para calon pendaftar klub karate lainnya akan kabur bila ditatap sedemikian rupa olehnya namun perempuan didepannya sama sekali tidak menunjukkan rasa ketakutan seperti ke Sembilan anggota klub lainnya yang telah resmi masuk kedalam klub."berikan dia fomulirnya TenTen" TenTen mendengar perintah dari sang ketua pun beranjak pergi untuk mengambil fomulir. "isi fomulirnya, dan temui aku besok disini sepulang sekolah untuk melakukan tes. Jika sesuai aku akan menandatangi formulir itu dan bisa kau serahkan pada dewan kesiswaan" Sakura hanya menganggukan kepala, tanda ia mengerti.
"aku mengerti" ketua klub itu membalikkan badan setelah mendengar jawaban Sakura. Sakura hanya menatap biasa punggung ketua klub karate dalam diam yang tanpa sengaja sikap laki-laki itu mengingatkannya pada seseorang. Sakura mengeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pikiran aneh yang hanya akan mengganggu pikirannya. Ketua klub karate secara mendadak menghentikan langkahnya ketika teringat sesuatu kemudian membalikkan setengah tubuhnya, pandangan didepan sana membuatnya mengernyit bingung akan tingkah Sakura, yang menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Perempuan itu jika dilihat cukup cuek,pendiam dan tak banyak bicara seperti dirinya. Namun ia tahu setelah menatap mata Sakura terdapat kerapuhan juga luka yang disembunyikan didalam sana. Entah apa? itu bukan urusannya namun ada sesuatu yang membuat jauh dilubuk hatinya paling dalam malah ingin tahu. Ia penasaran hal yang baru pertama kali dirasakannya pada orang lain.
"kau harus meminta persetujuan dari walimu untuk mengikuti klub ini. Izin itu penting pastikan itu asli" Sakura menghentikan gerakkan menggelengkan kepalanya saat mendengar suara baritone ketua klub karate kembali mengudara. Kemudian menatap sang ketua yang berada beberapa langkah cukup jauh didepannya.
"y-ya" ucap Sakura dengan suara terputus karena kaget atau pun karena malu. Tidak ada yang tahu yang pasti ia merasa malu sebenarnya. Sakura pun kembali pada sikap tenangnya. Sedangkan laki-laki itu ia kembali melatih para anggota klub karate lainnya lainnya.
Tak berapa lama TenTen kembali menghampiri Sakura dengan beberapa lembar kertas ditangannya. Senyum tak pernah terlepas dari wajahnya ketika menatap Sakura. "kau serius akan masuk klub ini?" Sakura hanya menganggukan kepalanya mengiyakan pertanyaan TenTen "baiklah kalau begitu, isi fomulir ini dan bawa saat tes. Pastikan sudah ada izin dari walimu, orang tua atau anggota keluargamu. Karena kita tak akan bertanggung jawab jika ada cedera atau luka padamu jika kau berhasil lolos kedalam klub ini" lanjut TenTen sembari menyerahkan fomulirnya pada Sakura.
"aku sudah tau"
"oh ya, siapa yang memberitahumu. Apakah ketua ?" sekali lagi Sakura hanya mengangguk sebagai jawaban. TenTen hanya tersenyum masam sekilas tapi tak luput dari penglihatan Sakura "siapa yang akan mengujimu?" rasa penasaran TenTen semakin bertambah saat tahu laki-laki yang disukainya yang juga merangkap menjabat sebagai ketua klub karate memberitahukan hal yang biasanya malas dilakukannya sendiri dan akan diwakilkan padanya. Tapi berbeda kali ini. laki-laki itu yang menjelaskan sendiri. TenTen penasaran seberapa panjang ketuanya berbicara pada perempuan dihadapannya kini. Pasalnya tak pernah sekalipun ketuanya berbicara panjang lebar baik pada teman-temannya maupun pada dirinya sendiri yang cukup lama dekat dengannya. Bahkan pada perempuan manapun tak akan pernah mau berbicara ia hanya sekedar mengeluarkan gumamannya. TenTen melirik laki-laki yang baru menjabat sebagai ketua klub diawal masuk sekolah tinggat dua terhitung sudah tiga bulan sekilas kemudian matanya menatap Sakura.
"aku tidak tahu. Dia hanya bilang untuk menemuinya sepulang sekolah disini untuk melakukan tes ?"
Wajah TenTen semakin masam mendengar jawaban dari Sakura. Sudah dipastikan jika ketuanya berbicara seperti itu pasti ketuanya sendiri yang akan menguji perempuan didepannya. Lagi lagi ini tak seperti biasanya. Biasanya ketuanya itu akan menyerahkan keputusan ini juga padanya untuk memilih sang penguji untuk anggota baru. Tapi kali ini.. tidak. Tenten menghela nafas mencoba menahan nyeri dihatinya. "ya sudah, semoga berhasil" setengah tidak ikhlas TenTen mengucapkan kata semangat serta do'a untuk Sakura.
Sakura yang melihat perubahan diwajah TenTen, bingung sendiri malah. Apa ada yang aneh dalam ucapannya tadi. Sakura rasa tidak. Mencoba tidak perduli Sakura berbalik pergi setelah mengucap terimah kasih yang dibalas anggukan kepala oleh TenTen. Berjalan dengan tenang berlalu tanpa menyadari dua pasang mata menatap kepergiannya dengan pandangan berbeda.
Tenten menatap punggung Sakura yang baru saja berlalu didepannya. Perempuan itu sangat cantik dengan rambut merah mudah sepunggungnya. Pikiran TenTen menerawang jauh, apa mungkin laki-laki yang disukainya menyukai perempuan seperti itu. TenTen mengusir pemikirannya itu dan kembali melihat laki-laki idamannya yang tengah mengawasi para anggota lain yang sedang berlatih dalam diam ia termenung sendiri.
.
.
.
Koridor sekolah tampak lengang, Sakura berjalan dikoridor seorang diri untuk pulang. Dia sudah mendapatkan satu klub yang cocok untuknya, tinggal tes saja besok. Semoga saja dapat diterima. Tak berhenti sampai disitu saja, Sakura harus mencari satu klub lagi sebagai syarat kewajiban sekolah ini minimal harus mengikuti dua klub ekstrakurikuler. Mungkin nanti setelah ia melakukan tes masuk ke klub karate.
Earphone kembali terpasang ditelinganya, setelah tadi ia lepas untuk mendaftar klub karate. Tidak mungkin bukan berbicara masih dengan menggunakan earphone. Sakura bukan orang bodoh. Di ujung sana, tanpa sengaja terlihat jelas oleh netranya. Sosok laki-laki yang sangat ia hindari. Tapi jika sudah begini mau berbalik arah pun tidak mungkin. Sosok itu kelihatannya juga melihat sosok Sakura terbukti dengan langkah kaki mereka yang sama-sama terhenti.
Tubuh Sakura gemetar, terasa sekali lemas. Bayangan masu lalu kembali terlintas dikepalanya. Ini buruk, sungguh buruk. Ia bisa kapan saja tumbang kalau harus seperti ini. Mengumpulkan banyak keberanian. Sakura menggenggam erat tali tas selempangnya, menutup matanya dan menarik nafas lalu menghembuskan secara perlahan. Kali ini ia harus bisa. Sakura melangkah secara perlahan, menatap lurus kedepan tanpa melirik ataupun menoleh. Langkahny melewati sosok itu tanpa harus menatapnya karena ia mencoba untuk tidak perduli lagi.
Sedang yang dilewati hanya diam terpaku. Membeku. Tidak bisa bergerak. Namun mata memandang sosok yang telah melewati dirinya. Ingin sekali berbicara, mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Apa yang selama ini ia pendam. Rindu itu, penyesalan itu, luka itu, sakit itu, dan kata maaf yang tersimpan. Rasanya sangat susah, lidah terasa kelu hanya untuk sekedar berkata. Kedua tangannya terkepal di masing-masing sisi tubuhnya , sesuatu tak kasat mata semakin menyakiti hatinya dan rasa bersalahnya tumbuh semakin besar.'shit ' umpatnya dalam hati.
.
.
.
Terimah kasih yang sudah mampir dan me review fict saya sebelumnya, baik yang me follow dan fav. Pokoknya terimah kasih banyak… Sayang kalian semuaa..
