A/N FF ini versi remake dari FF nya Arialieur senpai dengan judul 'Bloodthirst' (mau baca? Search aja unamenya 😅, recomended banget)

Meskipun remake, tidak sama 100% kok..

enjoy 😍

YAOI

Showki/and others

hyunwoo/kihyun/akiel/wonho/jooheeon/changkyun/hyungwon

typos/no eyd/badplot/OOC/etc

romance/fantasy

monsta x member belong to them self

Bloodthirst punya © Arialieur

this story belong to me

.

.

Semuanya akan terjadi,, kita hanya berjuang sampai Blue Moon terjadi. Kita tidak akan pernah kalah tanpa sempat berjuang. Bahkan jika perjuangan yang kita lakukan hanyalah percuma. Kita, kau dan aku akan menunggu saat Blue Moon itu benar-benar terjadi.

.

.

Blue Moon

slice 1

first impression

by Dhabum

enjoy

.

.

Bulan purnama.

Dengan anggun, Akiel berjalan dengan percaya diri di atas atap perumahan di kota Seoul. Seakan menganggap atap-atap itu adalah panggung cat walk, dengan bulan purnama utuh sebagai latarnya. Terlihat sangat cantik dan mempesona.

"Apa yang kau lihat?" Tanyanya pada satu sosok yang sedang mengamatinya dari kejauhan.

"Dirimu.." Jawab sosok itu. "Dengan latar bulan purnama utuh seperti itu kau terlihat sempurna.. Sangat cantik.. Kiel.." Imbuhnya.

"Hihi.. Secantik itukah aku?" Tanya Akiel.

"Sangat.. "

"Menurutmu berapa banyak yang bisa kupikat ya? Tapi kupikir dua saja cukup untuk kali ini kan?"

"Huh.. Napsu makanmu semakin banyak akhir-akhir ini sepertinya Kiel?"

"Biarkan saja.." Katanya acuh. Dengan gampang, Kiel melompat tinggi melewati 'beberapa atap rumah' menuju atap tempat di mana satu sosok yang sedari tadi menyauti omongannya. Dalam satu kali lompatan, Kiel sudah berdiri tepat di depan sosok tadi.

"Your Highness.." Sosok tadi menundukkan tubuhnya memberi hormat. Membuat Kiel memutar bola matanya lelah,,

"Cukup panggil aku Akiel.. Kau tau aku benci kalau kau memanggilku begitu.. Wonho-ah.." Katanya sambil membentangkan sepasang sayap hitam kelamnya dan terbang jauh, meninggalkan sosok bernama Wonho itu sendirian.

"Akiel.. " lirih Wonho sendu. Tak lama, Wonho membentangkan sepasang sayapnya. Terbang tinggi mengikuti Akiel, majikannya.


"Hyunwoo-yah.."

Merasa seseorang memanggil namanya, Hyunwoo menoleh. Mengalihkan perhatiannya pada satu orang pemuda yang berdiri sambil memegang sebuah baki dengan kedua tangannya.

"Menikmati bulan purnama?" Tanya pemuda tadi sambil meletakkan secangkir kopi hitam yang uapnya masih mengepul di atas meja kerjanya.

"Hm.. " gumamnya, sambil kembali memandang bulan purnama penuh dari jendelan kaca di ruang kerjanya. "Minhyuk-ah.."

"Ya?" Jawab Minhyuk.

"Ah tidak.. Lupakan saja.."

"Istirahatlah.. Kau terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini.. Lelaki dewasa sepertimu butuh hiburan. Cobalah pergi ke club malam, sekali-sekali sebenarnya tak masalah.."

"Hm.. Akan kufikirkan nanti..." Jawab Hyunwoo acuh.

Merasa kehadirannya tak diharapkan, pemuda tadi bergegas meninggalkan ruang kerja Hyunwoo.

Setelah kembali sendiri, Hyunwoo masih tak melepas pandangannya dari bulan purnama. Lama seperti itu, hingga ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar. Menandakan adanya panggilan masuk.

"Ya.."

"Hyunwoo-yah.. Kau harus melihat ini.."

Setelah mendengar penjelasan dari orang yang menghubunginya, Hyunwoo bergegas memakai mantel yang coklatnya dan pergi keluar menuju lokasi.

Selama dalam perjalanan, fikirannya terpecah antara berkonsentrasi pada jalanan kota Seoul yang tidak terlalu padat dan,

"Iblis.. apa benar-benar ada?" Tanyanya, entah pada siapa.

Sampai di lokasi, Hyunwoo segera memarkirkan mobilnya. Di sana banyak rekan kerjanya yang sudah memulai berbagai macam olah TKP.

"Ini laporan kasus-kasus sebelumnya?" Jooheon langsung saja memberikan sebuah kertas pada Hyunwoo yang baru keluar dari mobil hitamnya.

"Hm.. Berapa jumlah korbannya?" Tanya Hyunwoo sambil melihat berkas yang diberikan Jooheon. "Identitas korban?"

"Kim Jungsoo dan Park Sunwoo, dua-duanya adalah mantan narapidana kasus pemerkosaan yang baru dibebaskan.." Jelas Jooheon.

Hyunwoo bisa melihat jelas, dua mayat yang dengan bagian dada yang tercabik-cabik.

"Jantung pemuda bernama Kim Jungsoo sudah habis, sedang milik Park Sunwoo masih ada,, hanya saja..." Jooheon terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kalu begitu,, cepat bawa mereka ke tempat Changkyun.." Kata Hyunwoo sambil mendekati seorang ahli dari tim forensik yang terlihat sedang membereskan peralatannya. "Apa yang kau temukan?" Tanya Hyunwoo.

"Tak ada pak.. Tidak ada jejak satu pun.. Seperti biasa.. Mereka meninggalkan ini.." Sambil menyerahkan sehelai bulu besar aneh berwarna hitam pada Hyunwoo.

Hyunwoo membawa satu-satunya bukti yang ada si sana. Sehelai bulu aneh yang menyerupai bulu angsa, namun dengan ukuran yang jauh lebih besar.

Hyunwoo sudah ada di depan mobilnya, tangannya merogoh saku mantel coklat yang dia pakai, mengeluarkan sekotak rokok. Dan dengan gerak cekatannya, rokok itu sudah berada di antara bibirnya. Setelah membakar ujungnya, sebuah asap mengepul keluar, bersamaan dengan helaan nafas lelahnya.

Sambil menyesap rokok di tangannya, Hyunwoo kembali meneliti bulu di tangannya.

"Sebenarnya, kalian ini apa?" Tanyanya pelan, entah pada siapa.


."Dasar manusia tidak tau diuntung.. Bukankah seharusnya mereka berterimakasih kepada kita?" Sungut Akiel tidak suka.

"Begitulah.. Manusia memang makhluk yang rumit..." Jawab Wonho sambil mengelus surai kecoklatan Akiel.

"Hei.. Kau kan juga pernah menjadi manusia.." Akiel menatap Wonho dengan pandangan tidak sukanya, yang cukup menggemaskan untuk ukuran makhluk sepertinya.

"Yaa..." Wonho hanya bisa melemparkan senyum tipisnya pada Akiel yang sedang menatapnya penuh selidik.

"Huh.. Pantas saja kau juga sangat sulit dimengerti.." Akiel membuang nafasnya. Mengembalikan fokusnya pada sosok yang terlihat sedang menghisap rokok di tangannya dalam. "Ugh.. Aku lupa namanya.. Kurasa dulu kau pernah memberitahuku nama manusia itu.. Siapa? Son- Woo?" Tanya Akiel tidak yakin.

"Son Hyunwoo.." Jawab Wonho membenarkan.

"Ah iya.. Son Hyunwoo.." Lirih Akiel, sebuah senyum miring tergambar diwajahnya.

Hening kembali, membiarkan Akiel dan Wonho yang sedang terbang mengamati orang-orang yang sedang sibuk 'membereskan sisa makan malam mereka'.

"Mereka benar-benar bodoh.." Gumam Akiel.

"Kenapa kau selalu meninggalkan jejak?" Tanya Wonho.

"Karena mereka bodoh.." Setelah berkata seperti itu, Akiel mengepakkan sayapnya. Pergi menuju purnama penuh yang masih bersinar.


Changkyun yang baru saja selesai dengan perkerjaannya itu terlihat menghela nafasnya lelah sambil mengurut leher belakangnya yang terasa kaku. Begitu keluar dari ruang kerjanya, Changkyun bisa melihat sosok Lee Jooheon yang sedang terduduk dengan mata yang terpejam. Menunggunya mungkin.

Setelah memasukkan masker dan sarung tangan latexnya yang lupa dia buang tadi, Changkyun bergegas ke arah Jooheon.

"Hyung.. Hyung.. Jooheon hyung?! Bangunlah.." Changkyun menggoyang-goyangkan tubuh Jooheon pelan.

Sedikit terkejut saat ada orang yang mengguncangkan tubuhnya, membuat Jooheon terpaksa membuka matanya yang masih terasa berat.

"Changkyun-ah.." Gumam Jooheon. "Oh.. Im Changkyu?!" Kagetnya setelah sepenuhnya sadar.

"Sepertinya sangat melelahkan menjadi anggota kavaleri khusus.." Sindir Changkyun.

"Im Changkyun.. Kau cemburu?" Tanya Jooheon penuh selidik.

"Dalam mimpimu.. Kita sudah lama berakhir hyung.." Jawab Changkyun lelah.

"Baiklah-baiklah.. Aku datang bukan untuk mengganggumu.. Ini masalah mayat itu.." Jawab Jooheon, nadanya menjadi semakin serius.

"Ada dua berita baru.. Berita buruk dan berita yang sangat buruk.. Mana yang mau kau dengar lebih dulu hyung?" Tanya Changkyun.

Jooheon menelan ludahnya kasar. "Berita buruk..."

"Ada luka gigitan di leher Park Sunwoo.. Dan ada aku menemukan sample racun unik di luka itu.."

"Tunggu dulu, aku tak paham maksudmu.."

"Aku heran.. Kenapa dengan kemampuan otakmu yang lemah begini kau bisa menjadi anggota kavaleri khusus?" Tanya Changkyun terdengar tidak mengenakkan di telinga Jooheon.

"Bisa tidak sih kau langsung menjelaskannya saja tanpa harus menyindirku?"

"Hhh terserah saja.. Jika selama ini Akiel tidak pernah menyentuh tubuh korbannya.. Kali ini, Akiel meninggalkan bekas gigitan di leher Park Sunwoo.. Itu menandakan adanya pergerakan atau maksud lain dibalik tindakannya tadi.." Terang Changkyun.

Jooheon yang mendengar penjelasan Changkyun dengan seksama itu sontak melebarkan matanya. "Dan berita yang sangat buruk?"

"Aku menemukan sebuah sample di leher Park Sunwoo... Belum diidentifikasi secara pasti.. Tapi kemungkinan besar itu adalah racun.. Racun yang bisa mengubahmu menjadi salah satu dari mereka.. " jeda sebentar. "Tidak-tidak, meski penelitiannya belum selesai.. Aku yakin sekali kalau itu adalah.. Sebut saja demon poison.."


"Kiel.. Kukira kau akan mencobanya pada pemuda itu.." Tanya Wonho penasaran. Dia tidak mengira kalau Akiel benar-benar menghabiskan dua orang untuk makam malamnya.

"Hmm.. Kenapa ya.. Tadinya aku berfikir begitu.. Tapi bagaimana lagi.. Aku benar-benar kelaparan tadi.." Jawab Akiel senang sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Wonho. "Kenapa tubuhmu bisa sehangat ini?" Tanya Akiel.

"Mungkin.. Karena dulu aku juga seorang manusia.." Jawab Wonho lirih sambil mengelus rambut Akiel lembut. "Sudah.. Bertistirahatlah.." Wonho menepuk pelan punggung Akiel. Sayapnya membentang lebar, membungkus tubuhnya yang sedang mendekap Akiel erat-erat.


Hyunwoo masih di meja kerjanya. Jooheon yang ada di meja kerjanya sudah jatuh tertidur sedari tadi. Sambil membenarkan letak kacamatanya yang sempat melorot, Hyunwoo mulai kembali fokus pada perkamen tua di depannya.

Tulisan di atas perkamen tua itu sangat susah dibaca. Selain karena faktor umur kertas perkamen itu yang sudah terdiri dari banyak angka, juga bahasa yang digunakan dalam penulisan bahasanya menjadi masalah.

"Jooheon-ah..." Panggil Hyunwoo. Lama tak mendapat jawaban, Hyunwoo sedikit agak kasar menggebrak meja yang digunakan Jooheon untuk menumpu kepalanya. "Yaa!.. Lee Jooheon?!,,"

"Yya.. Yaa Hyung!" Jooheon berjingkat kaget. "Ugh.. Ada apa?" Tanyanya sambil menguap lebar.

"Carikan aku orang yang bisa membaca tulisan ini.."

Keesokan harinya, Jooheon bangun pagi-pagi sekali. Karena perintah Hyunwoo adalah mutlak, jadi dia tidak berani menundanya. Untung saja dia memiliki beberapa 'channel' yang bisa dimintai tolong. Hingga tak butuh waktu lama, dia mendapatkan seseorang yang dia cari.

Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Jooheon bergegas menuju ruang kerja Hyunwoo.

"Hyung.. Aku mendapatkan orangnya."

"Bawa dia masuk.." Kata Hyunwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang tengah dia baca.

Setelah Jooheon keluar dari ruangannya, sebuah langkah kaki yang ringan terdengar. Membuat Hyunwoo tanpa sadar menunggu-nunggu kedatangan orang itu.

Seorang pemuda manis dengan rambut coklat memasuki ruangan itu, tubuhnya tidak terlalu tinggi, posturnya juga proporsional, tidak gemuk dan tidak kurus. Satu kata menurutnya, sempurna.

'Huh.. Apa yang kupikirkan..' Batin Hyunwoo mencoba mengembalikan fokusnya. Saat mata pemuda itu menatap tepat ke arahnya, Hyunwoo menyadari satu desiran aneh di hatinya.

"Siapa namamu?" Tanya Hyunwoo penasaran.

"Yoo..." ragunya sejenak, "Yoo Kihyun imnida.." Jawab pemuda tadi.

'Suaranya indah..' Batin Hyunwoo.

Hm.. Jadi kau bisa membaca tulisan ini?" Hyunwoo mencoba untuk mengabaikan desiran aneh di hatinya.

"Hm... Entahlah.. Aku tidak mempelajari bidang Hieroglif secara khusus, tapi kedua orang tuaku adalah sejarawan dan ahli geologi.." Jawab Kihyun sambil mendekati meja Hyunwoo takut-takut.

'Sepertinya dia pemalu.. Lucu sekali..' Batin Hyunwoo yang membuatnya tersenyum tipis tanpa sadar.

"Eung..." Sambil meneliti perkamen tua di atas mejanya, Kihyun tanpa sadar mendengung lirih. Kebiasaannya saat sedang berfikir.

"Bagaimana?" Tanya Hyunwoo setelah cukup lama Kihyun meneliti perkamennya. "Berapa lama untuk melakukannya?"

"Eum.. Tiga minggu? Ah d-dua minggu sepertinya cukup.." Dan saat mereka bertemu tatap, Kihyun juga merasakan satu desiran aneh di sudut hatinya.

Kihyun sudah pergi, hingga sekarang Hyunwoo hanya seorang diri di ruang kerjanya. Sambil menikmati kopi hitam kesukaannya, pikirannya melayang pada apa yang disampaikan Jooheon semalam.

"Cih.. Demon poison.." Gumam Hyunwoo. Mereka bahkan belum bisa memastikan identitas apa atau siapa yang mereka kejar atau apa tujuan mereka dan kenapa mereka melakukannya, sekarang bahkan sudah muncul lagi masalah ini. Kentara sekali raut putus asa mendalam di mata Hyunwoo.

Sekarang ini pemerintah memang sedang melakukan berbagai upaya untuk menutupi berita 'pembantaian besar-besaran' ini dari media. Tapi sampai kapan mereka bisa melakukannya saat sudah banyak kelompok yang mulai menaruh curiga

Bisakah dia dan kelompoknya yang membentuk Squad Kavaleri Khusus melakukan tugas ini? Dan satu-satunya informasi hanya ada di perkamen tua yang di dapatkan oleh salah seorang anggota Kavaleri dalam ekspedisi khusus, yang bahkan dia harus menukar nyawanya untuk gulungan kertas tua itu.


Wonho sedang menunggu di sebuah atap bangunan tua lapuk sambil melihat orang-orang berlalu lalang dii bawahnya. Teriknya matahari membuat dia enggan bergerak dari tempatnya yang teduh. Dari kejauhan, dia bisa melihat Akiel yang mengepakkan sayapnya tanpa peduli jika orang-orang di bawah sana bisa melihat kehadirannya.

"Orang-orang bisa heboh melihatmu kalau begitu caramu terbang.." Lirih Wonho saat Akiel sudah mendarat dengan aman di depannya.

"Apa peduliku.. Toh mereka akan kumakan semua nantinya.." Jawab Akiel acuh. "Yah.. Jangan malas-malasan begini.. Ada pekerjaan yang harus di lakukan.."

"Apa?" Tanya Wonho tak mengerti.

"Perkamen itu,, Hyunwoo menemukan orang yang bisa membacanya.." Kata Akiel. "Ugh.. Aku sempat melupakan kalau si Hyunwoo memiliki perkamen itu.." Kata Kihyun sambil menatap Wonho tidak suka. "Ini semua gara-gara Hyungwon si bodoh itu.." Suungut Akiel kesal.

"Sudahlah.. Itu memang kesalahannku.. Jadi apa yang kau inginkan?" Tanya Wongo sambil mengacak rambut Akiel gemas.

Mendengar itu, Akiel kembali memamerkan senyum miringnya. "Habisi keluarga Yoo.. Semuanya.. Tanpa terkcual.."

.

.

To be Continue

200816

hallohhh '3')/

balik lagi bawa plot baru yeyyy..

padahal masi banyak yang belum dilanjut, tapi malah bawa plot baru Y.Y

maruk ya .-.?

mau gimana lagi.. Suka banget sihh sama ff nya ari senpai, jadi ngebet banget nulis versi ShowKi nya 😅

haaaaa

pokoknya gitu lahh

jaangan lupa review yaaa.. Jangan cuma fav atau follow story doang T.T apalagi cuma baca doang :'D

last, keep healthy bebe

sign, Dhabum