Haiii! Ini FF DraMione pertama gue. Oke, gue tau kalo gua terlambat. Ini udah taun berapa dan gue baru buat /lupakan/. Pokoknya, enjoy+fav+follow+review ya!
Disclaimer : all Harry Potter charaters belongs to J.K. Rowling. Kecuali karakter ciptaan gue, keseluruhan plot/jalan cerita murni punya gue
Warning : OOC, gajeness, dramaness, typo(s) bertebaran, dan segala kekurangan lainnya
Rated : T. But 'lil bit M
Summary : Kematian Astoria Malfoy membuat Draco Malfoy sangat berkabung sekaligus kebingungan dengan sikap Scorpius yang semakin hari makin dingin dan tidak peduli pada kesehatannya akibat kematian ibunya. Ditengah-tengah kesedihan yang sedang melanda keluarga Malfoy, Hermione Granger datang kekehidupan Draco dan bersedia membantunya. Menjadi istri sekaligus ibu atas permintaan kedua senior Malfoy, Lucius dan Narcissa Malfoy.
Don't like don't read!
Chapter 1 : Kematian Astoria Malfoy
Astoria mengambil napas sebanyak apapun yang dia bisa sambil mengelus pelan kepala Scorpius yang sedang mengubur kepalanya dileher ibunya sambil menangis sesegukan.
"Scorp sayang, sudah cukup menangisnya." Ucap Astoria lembut sambil terus mengelus kepala Scorpius.
Daphne Greengrass sedang duduk didepan Astoria yang terbaring lemah dibangsal tempat tidur dengan keponakkan pertamanya yang berusia 4 tahun. Astoria tahu kenapa Daphne tidak menangis tersedu-sedu seperti Scorpius dan ibu mereka ataupun menangis tertahan seperti Hermione, Draco dan Narcissa. Air mata Daphne seperti sudah kering dan habis, sesedih atau sesakit hati apapun dirinya setelah Blaise Zabini mengkhianatinya. Tidak pernah ada air mata keluar dari sana sejak beberapa tahun yang lalu kecuali saat wanita itu sedang menguap lebar.
Astoria memeluk tubuh Scorpius dan menoleh pada Daphne, mencoba tersenyum walaupun terlihat gagal, terlihat seperti rintihan menahan sakit. "Daph, yang kutakut dan sedihkan bukanlah masalah aku akan mati dan menginggalkan dunia ini. Tapi," Astoria berhenti sebentar sambil mengecup puncak kepala putranya, air mata mulai mengalir dati pelupuk matanya, "tapi, yang kukhawatirkan adalah Savannah, dan Scorpius yang harus tumbuh tanpa ibu."
Daphne menggenggam tangan Astoria, mencoba menguatkan adiknya. "Kau hebat, Tori. Kau adalah istri, ibu, anak dan adik yang hebat. Kau harus kuat, aku tidak mau kehilanganmu. Kau harus kuat."
"Andai saja masih ada harapan. Dan, Hermione," panggil Astoria. Hermione berjalan mendekat. Gadis itu terisak. "Kau sahabat terbaik, Mione. Kau selalu yang paling berani dan hanya kau selalu melindungiku dari saat aku kelas lima." Ucap Astoria dengan suara serak.
Air mata Hermione jatuh. Dadanya sesak. Melihat sahabatnya sedang meregang nyawa dihadapannya benar-benar tidak normal.
"Jangan berpikir kalau sihir bisa menyembuhkanku sekarang, Hermy." Astoria terkekeh pelan. "Tapi, berjanjilah padaku, Mione. Berjanjilah untuk menjaga Scorpius, Savannah, dan juga... Draco."
Hermione mengangguk. "Akan ku jaga mereka, Tori." Hermione mendekatkan bibirnya ketelinga Astoria dan berbisik, "Pergilah kalau memang ini sudah waktunya. Aku tak sanggup melihatmu tersiksa seperti ini lagi, Tori."
"Belum bisa. Ada satu hal lagi." Astoria menoleh kearah kanan, ketempat Draco sedang berdiri dengan mata memerah. "Draco.."
Draco menggenggam tangan Astoria dan menaruh dagunya didahi wanita itu. Napas Astoria melemah, dia menarik napas sebanyak yang ia bisa dan menatap suaminya yang sedang terisak diatasnya.
"Draco.." Panggil Astoria lagi.
Draco mengangkat kepalanya, menatap istrinya. "Ya, Tori?"
"Aku mencintaimu. Selalu. Dan selamanya. Walaupun aku sudah tidak ada lagi nanti, kumohon biarkan aku tetap ada dihatimu yang paling dalam. Walaupun kau sudah menemukan wanita lain nantinya yang akan menjadi penggantiku." Ucap Astoria.
Draco menggeleng, "Aku lebih mencintaimu, Tori. Lebih dari yang kau tahu dan aku akan selalu mencintaimu. Kau akan tetap menjadi bagian paling berharga dalam hidupku. Dalam hatiku, kau akan selalu memiliki tempat spesial." Astoria kembali mencoba tersenyum, "Kupercayakan Scorpius dan Savy padamu.. Termasuk Hermione."
"Pasti, Love. Kulakukan yang terbaik untuk mereka." Jawabnya lembut.
"Dan Mum dan Mum Narcissa," Astoria mulai menarik napas, "terima kaih telah menjadi ibu dan ibu mertua terbaik didunia."
Napas Astoria tercekat. Dia menarik napas panjang, lalu membuangnya. Dan mengulang terus prosesnya itu. Astoria menggenggam kuat tangan Hermione. "Aku sayang padamu, Tori. Semoga kau tenang disana." Bisik Hermione.
Draco menggendong Scorpius dan membalikkan tubuhnya. Tak sanggup melihat istrinya sedang meregang nyawa disana.
Astoria menutup matanya perlahan, monitor disamping Daphne yang sedang terduduk kaku dengan wajah pucat itu mulai berbunyi tak beraturan. Cepat, lambat, cepat, lambat, cepat, lambat, dan kemudian...menghilang.
Suara tangisan Scorpius menghiasi ruangan yang sunyi itu. Suara memekakkan dari monitor itu membuat punggung Draco bergetar hebat.
Draco menangis. Scorpius menangis. Semua orang menangis kecuali Daphne yang masih terduduk kaku dan wajahnya masih pucat.
Scorpius masih terlalu kecil untuk melihat ibunya meninggal tepat didepan matanya dan ayahnya yang sedang terpuruk. Ditambah dengan bayi berumur satu hari bernama Savy yang kondisinya juga tidak sepenuhnya sehat akibat operasi sesar yang menyebabkan Astoria meninggal.
Draco masih saja menangis sementara Hermione sudah melepaskan genggaman tangannya pada tangan dingin Astoria dan menggendong Scorpius untuk menenangkan anak itu.
Keluarga itu hancur tanpa Astoria. Tak ada lagi sahabat, anak, adik, istri sekaligus ibu yang bisa menggantikan Astoria dihati mereka.
Ucapan Astoria kembali terngiang ditelinga Hermione. Tekad Hermione sudah bulat. Dia akan menjaga Savy dan Scorpius, termasuk Draco.
Apapun pengorbannya.
Feelnya dapet gak? Semoga aja dapet ya;) Jujur, gue gak bakat bulis adegan sedih dan gak tau nih FF bakal berhasil ato enggak. Yang pasti, ini FF bakal gue tamatin.
Jangan lupa review ya! Dan sampai ketemu dichapie 2:)
Love,
Merossa:)
