In Time With You

Summary: Mikan adalah seorang murid perempuan pemalu yang menyukai Natsume Hyuga, idola nomor satu di sekolahnya yang suka mempermainkan perempuan karena sebuah janji di masa lalu.

My first? Fanfic

Disclaimer : I Don't Own Gakuen Alice hehehe


"Hotaru, apakah kamu ada melihat Natsume hari ini?" mikan bertanya pada hotaru sambil membuka-buka buku pelajaran, matanya yang cantik ditutupi oleh sepasang kacamata besar dan bulat dan rambut coklatnya yang sepanjang diikat menjadi dua yang membuatnya terlihat seperti kutu buku.

"Mikan… aku harap kamu tidak…"

"Hari ini aku melihatnya di lorong kantin bersama dengan Ruka, teman baiknya bahkan saat dia berjalan aku dapat merasakan kharismanya yang sangat kuat Hotaru, dan juga saat dia mau-" ucapan mikan terpotong karena hotaru memukul kepalanya dengan model rancangan Baka-gun yang rusak

"Aduh!" Mikan mengerang kesakitan sambil mengelus kepalanya yang habis dipukul oleh Hotaru "kenapa kamu memukulku hotaru?" Mikan menatap hotaru sambil cemberut.

"Karena kamu berisik" Hotaru meletakkan kembali Baka-gun yang sudah selesai diperbaikinya "Aku sudah capek mendengar tentang Natsume terus setiap hari. Kalau kamu benar-benar menyukainya seharusnya kamu berbicara dengannya" Ujar Hotaru kesal karena sahabatnya itu selalu membicarakan Natsume di depannya.

Muka mikan memerah begitu mendengar kata 'menyukainya', Mikan memang menyukai Natsume dan sudah sejak dulu sekali sewaktu mereka kecil. Walau dia rasa Natsume sudah tidak mengingatnya lagi.

" Bu-bukan seperti itu kok Hotaru…" Mikan mencoba menutup wajahnya yang memerah dengan buku yang ada di tangannya . "Aku kan hanya-" Ucapan Mikan terpotong karena ada dua orang lelaki super keren sudah berada di belakangnya. Ya. mereka berdua adalah idola sekolah mereka, Natsume Hyuga dan Ruka Nogi.

Natsume yang berada di depan Ruka dan berada tepat di belakang Mikan menatapnya dengan tajam sebelum berkata "Minggir " dengan kasar.

MIkan yang tiba-tiba merasa Natsume ada di belakangnya hanya bisa membatu di tempatnya karena terkejut.

Natsume yang merasa terganggu karena perempuan di depannya sama sekali tidak mau bergerak dari tempatnya lalu memegang pundaknya dengan tangan kanannya untuk menggesernya. Namun Mikan yang sangat kaget karena Natsume memegang pundaknya tanpa sadar melempar buku yang ada di tangannya dan mengenai kepala Natsume yang membuatnya jatuh ke belakang. Untunglah ada Ruka yang menahannya karena kalau tidak dia pasti sudah menabrak meja.

Mikan yang baru menyadari apa yang dia lakukan langsung berteriak dengan keras sebelum mengambil tasnya dan berlari keluar kelas−meninggalkan Natsume dan teman-teman sekelasnya yang menatapnya dengan tidak percaya dan menuju ke rumahnya.

Dasar bodoh, dasar bodoh, dasar bodooooh Pikir Mikan sambil berlari dengan cepat menuju ke rumahnya.

Di sisi lain, Natsume yang sudah bangkit dan duduk di tempatnya terus berpikir tentang perempuan aneh yang baru saja melempar kepalanya dengan buku−yang mana meninggalkan bekas merah di keningnya dengan kesal. Apa-apaan perempuan aneh itu, lihat saja apa yang akan kulakukan untuk membalas hal ini. pikirnya dengan kesal. Walau begitu seulas senyum kecil muncul begitu memikirkan dia akan mempunyai seorang mainan baru.

Ruka yang berada duduk di samping sahabatnya itu tampaknya menyadari apa yang sahabatnya pikirkan dan menghela nafas. Sahabatnya itu pasti berpikir untuk membuat anak perempuan berambut coklat itu dalam masalah entah besar atau kecil seperti yang biasa dia lakukan pada orang yang membuatnya kesal.

Ruka menghela nafas sekali lagi lalu menatap langit melalui jendela. Dulu, sahabatnya adalah orang yang baik sampai kecelakaan itu terjadi.

Sewaktu itu dia dan Natsume baru berumur 7 tahun dan Natsume baru saja pulang dari liburan di Hokkaido. Orang tuanya tidak bisa ikut saat itu karena sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia hanya liburan sendiri saja. Ruka tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi. Yang dia tau adalah saat bertemu kembali dengan Natsume, dia sudah sangat berubah.


Malampun tiba. Mikan sedang menonton tv untuk membantu melupakan kejadian yang baru saja terjadi di sekolah. Dia mencoba mencari siaran tv yg bagus, tapi tidak ada. Karena itu dia memutuskan untuk mematikan tv dan tidur.

Tapi sekeras apapun usaha Mikan untuk tertidur, dia tetap saja terus memikirkan apa yang telah dia lakukan pada Natsume." Apa dia baik-baik saja? Apakah dia terluka? Apakah dia menyadari kalau akulah yang melempar buku itu? Bagaimana kalau dia membenciku? " Mikan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mau kalau Natsume membenciku. Aku harus segera meminta maaf besok." Dengan itu Mikanpun tertidur.


Mikan mencoba untuk mencari Natsume dan meminta maaf padanya, tetapi setiap kali dia berhasil menemukan Natsume, pasti selalu saja ada kerumunan wanita yang mengikutinya dan menghalangi Mikan untuk bertemu Natsume.

Mikan menghela nafas dan membaringkan pipinya ke mejanya yang dingin. "Bagaimana aku bisa meminta maaf jika menyentuhnya saja tidak bisa?"

"Hoi, apa yang sedang kamu lakukan ditempat dudukku?"

Mikan mengangkat kepala dan melihat Hotaru yang sudah mengarahkan Baka-gunnya kearah kepalanya. Mikan melihat sekelilingnya dan baru saja menyadari kalau dia sedang duduk di bangku Hotaru. Dia segera berdiri dan pindah ke tempat duduknya, membiarkan Hotaru yang melihatnya dengan bingung. Biasanya sahabatnya itu selalu dengan semangat menceritakan tentang Natsume yang membuat kepalanya hamper pecah dan tidak akan berhenti sebelum disuruh, tetapi sepanjang hari ini dia hanya duduk dengan tenang.

"Mikan." Tidak ada jawaban

"Hoi Mikan." Masih tidak ada jawaban

Hotaru yang mulai merasa kesal bersiap menembakkan baka-gunnya, tetapi berhenti karena memiliki ide lain. Hotaru mendekatkan mukanya ke telinga Mikan dan berbisik, "Natsume ada di depanmu Mikan."

Mikan yang mendengar itu langsung berteriak maaf sambil berdiri. Tidak sadar kalau mata semua anak di kelas memandangnya dan malah mencari-cari keberadaan Natsume.

Ketika Mikan sadar kalau sebenarnya tidak ada Natsume di kelas dan semua mata memandangnya mukanya memerah dengan malu dan menutupnya dengan buku. Dia menatap tajam Hotaru yang terlihat tidak peduli.

Mikan berbisik pada dengan pelan tapi cukup untuk bisa didengar mereka berdua. "Kenapa kamu melakukan itu Hotaru?"

"Karena kamu tidak menjawab panggilanku." Jawabnya tenang

"Tapi kamu kan tidak harus melakukan itu Hotaru." Mikan cemberut sambil mengencangkan pegangannya pada buku yang ada dipegangnya.

"Daripada itu lebih baik kamu meminta maaf padanya sekarang."

Mikan tambah cemberut begitu mengetahui bahwa sahabatnya mengetahui apa yang dia pikirkan. "Aku sudah mencobanya. Tapi…" Mikan membeku begitu mengingat kata sekarang dan mulai memutar kepalanya dengan pelan untuk melihat Natsume dan Ruka serta para pengikutnya sudah berada di belakangnya lagi.

Sial. Mikan memang berniat meminta maaf padanya tetapi tidak bersiap-siap jika Natsume akan muncul dengan tiba-tiba. Mikan menunduk dan mencoba mengatur nafas untuk mengatur degup jantungnya saat mereka mulai berjalan lebih dekat ke arahnya.

Ketika Natsume sudah tepat berada di belakangnya Mikan sudah menetapkan hatinya untuk meminta maaf. Mikan segera memutar badannya kea rah Natsume. Masih menunduk. Mikan bergumam dengan pelan. "Maaf." Dada mikan berdetak dengan cepat seiring dengan kata maaf. Bagaimana kalau Natsume tidak mau memaafkannya? Bagaimana jika dia masih marah?

"Kamu bilang apa?" sebelah alis Natsume terangkat. Sebenarnya dia dapat mendengar suara Mikan,tetapi merasa tidak puas dengan suaranya yang kecil.

"Maaf." Mikan memperbesar sedikit suaranya.

Masih tidak puas. "Apa?"

Mikan menarik nafas dan berteriak maaf sambil mengangkat kepalanya dengan keatas untuk melihat Natsume. Bukannya dapat melihat Natsume dengan lebih baik melainkan merasa sakit karena kepalanya menabrak dagu Natsume dengan keras−membuat Natsume sekali lagi terdorong kebelakang.

Mikan mengusap-usap bagian kepalanya yang mengenai dagu Natsume sambil terus berkata maaf, ketika Mikan mengangkat kepalanya untuk memastikan keadaan natsume dia melihat dagu Natsume memerah dan nafsu membunuh yang tinggi dari para fansnya sedangkan teman sekelasnya yang lain menatapnya sekali lagi dengan tidak percaya.

" Aku tidak percaya. Perempuan itu hebat sekali."

"Ini pertama kalinya aku melihat ada orang yang berani menyerang Natsume-sama. Apalagi seorang perempuan."

"Kudengar malah ini adalah kedua kalinya perempuan itu memukul Natsume-sama."

Muka Mikan memerah begitu mendengar ucapan teman-teman sekelasnya tanpa basa-basi lagi dia lari dari kelas setelah berteriak maaf sekali lagi pada Natsume yang menatap punggungnya yang segera menghilang dari balik pintu.

Sepertinya dia akan menjadi mainan yang tidak akan membosankan pikirnya sambil menyeringai dan berjalan menuju mejanya yang berjarak 2 bangku dari meja Mikan yang berarti berada di belakang Hotaru sementara para fansnya kembali ke kelasnya masing-masing. Dagunya tidak begitu terasa sakit lagi mengingat bahwa sebenarnya dagunya tidak terkena kepalanya secara langsung dan hanya terdorong saja.

Mikan yang berlari keluar kelas sama sekali tidak mengetahui kea rah mana dia berlari. Yang dia tau adalah semakin jauh dia berlari berarti semakin jauh jugalah dia dari Natsume yang kesakitan di kelas karena kebodohannya. Dia akhirnya berhenti berlari begitu tanpa sadar menabrak seorang perempuan berambut dan bermata hijau.

"Aduh." Perempuan berambut hijau itu mengerang kesakitan begitu jatuh ke lantai yang keras.

"Ah, maaf." Mikan mengulurkan tangannya untuk membantu perempuan itu berdiri tapi langsung ditampik dengan kasar olehnya.

"Kamu pikir kata maaf bisa menyelesaikannya?" Katanya sambil membersihkan seragamnya yang kotor karena jatuh. " dan lagi…" ucapannya terhenti begitu melihat Mikan. "Ah. Kamu kan orang yang kemarin melempar buku pada Natsume-sama dan yang melukai wajahnya tadi kan?" suaranya mulai terdengar meninggi. Menyeringai, perempuan itu memanggil 3 orang temannya yang berada tidak begitu jauh dari mereka dan membisikkan sesuatu pada mereka.

"Jadi dia perempuan itu?" Kata salah satu dari mereka.

"dasar perempuan tidak tau diri." Perempuan di sebelahnya menambahkan.

Mikan mulai merasakan akan terjadi sesuatu yang berbahaya dan bersiap untuk lari tetapi dihadang oleh perempuan berambut hijau tadi. "kamu pikir kamu bisa lari?"

Oh tidak