Mamori's Entries
Rated : T
Disclaimer : Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
Summary: Mamori Anezaki? Sosok lembut seperti malaikat. Bagaimana kalau seorang Mamori ternyata juga memiliki sisi lain? Inilah sisi lain dari Mamori di kehidupan sehari-harinya.
Entry 1
Hai. Namaku Mamori Anezaki. Oke, aku tahu perkenalan seperti ini agak membosankan, tetapi izinkan aku menempelkan fotoku di halaman selanjutnya agar aku bisa merasakan bahwa buku ini adalah buku milikku yang sebenarnya. Aku membeli buku ini di toko buku –oh, tentu saja. Mana mungkin aku menemukan buku ini di dalam ruang kelas, lalu mengambilnya dan menyobek-nyobek entri terakhir di buku ini, bukan? Buku ini terlalu tebal bagiku, bahkan aku ragu dapat menghabiskannya dengan seluruh curhatanku selama lima tahun kedepan. Kuharap, buku ini dapat menjadi tempat terakhirku untuk bercerita.
Entry 2
Tentangku? Aku hanya seorang gadis berambut auburn yang tinggal dengan kedua orang tuaku –akan kusertakan foto mereka di halaman selanjutnya, sepertinya akan menarik. Mataku biru, dan berarti aku adalah seorang blasteran. Tapi, aku lebih suka tinggal di sini, di Jepang. Jepang menarik di mataku.
Entry 3
Ibu pernah bertanya padaku, mengapa aku suka tinggal di Jepang. Singkat.
"Aku suka dengan semuanya, Bu. Itulah mengapa aku sangat ingin tinggal disini." See?
Entry 4
Aku bersekolah di SMU Deimon, dan aku punya adik laki-laki (Kalau hubungan dekat kami sejak kecil bisa dikatakan saudara, maka aku mengakuinya sebagai adikku.)bernama Sena Kobayakawa. Ia berambut cokelat tua, dan aku sangat menyayanginya! Dan, karena aku menyayanginya itulah, aku mengikuti langkahnya untuk masuk ke Deimon Devil Bats. Kau tahu? Pemimpinnya benar-benar seorang akuma!
"Kau betah untuk tetap di tim Deimon Devil Bats, Sena?" tanyaku ragu saat Sena dan aku tengah membereskan bola-bola amefuto yang berserakan di pinggir lapangan.
Sena mengangkat bahunya. "Lagipula, kita hanya manager disini, Mamo-nee."
Benar juga apa yang dikatakannya.
Entry 5
Betapa aku tak mempercayai ini, SI AKUMA ITU MENYURUH SENA UNTUK MENGANGKAT SEMUA PERALATAN AMEFUTO ITU DARI PINGGIR LAPANGAN KE RUANG KLUB! (Ok, aku tahu ini berlebihan, tapi aku tetap tidak terima.).Menyebalkan sekali tingkahnya itu. Mentang-mentang kapten jadi semaunya sendiri!
"Kau tidak apa-apa, kan, Sena?" tanyaku. "Mau kubantu?"
"Tak usah, Mamo-nee. Nanti Hiruma-san marah." Oh, aku lupa memberi tahu.
Nama si akuma itu adalah Hiruma Youichi. Dan kau tahu apa nama panggilannya?
The Commander From The Hell
"Tch."
Entry 6
Ruang klub sudah benar-benar sepi. Aku menyempatkan diri untuk melanjutkan menulis. Mungkin akan banyak sekali entry yang kutulis, dan itu semua membuatku tenang. Mengapa? Semua perasaanku mudah sekali teralir lewat goresan pena (Kecuali dengan gambar, aku sangat membenci semua hal tentang kata menggambar.).
Saat menulis, aku melihat-lihat sesekali saat Sena pulang. Ia pulang dengan rombongan tim yang tak kukenal. Aku baru dua hari disini, dan hal ini sudah membuatku kesal. Terutama dengan si akuma itu.
Aku ingin sekali menemani Sena berjalan ke rumahnya setiap waktu, namun apa daya semua tugas ini menumpuk.
Tugas, bukan tugas seperti yang diberikan oleh para guru di sekolah.
Melainkan?
Tugas menyapu, mengepel, membersihkan debu yang mengepul di klub, serta membeli permen karet di SonSon, lalu kembali lagi kemari.
Merepotkan.
Entry 7
"Kau mau permen karet rasa apa?" tanyaku ketus ke si akuma itu. "Kalau tak mau, aku pulang."
"Mint less sugar, manager sialan." Apa katanya tadi?
"Manager sialan, katamu? Bisa kau ucapkan sekali lagi?" tantangku. Ia menenteng senjata AK47 miliknya –yang bodohnya dibiarkan saja berkeliaran di SMU Deimon. Hanya ia yang membawa senjata ke SMU, dan aku yakin, ialah akuma yang benar-benar akuma.
"Kau pikir aku memasukkan sembarangan orang ke tim, huh? Jadi, kau mau mengaku bahwa telingamu itu tuli?" tanyanya balik. Menyebalkan.
Aku menghentakkan kakiku keras ke tanah, lalu berbalik meninggalkannya.
Lebih baik meninggalkannya saat kepalaku masih panas, daripada mengguyurnya dengan ember bekas air pel dan aku dipecat sekarang juga?
Entry 8
Aku tak bisa menerima semuanya, saat aku menulis ini, sekelebat memori semenit yang lalu datang begitu saja.
Aku ke SonSon, lalu membeli permen karet rasa mint tanpa gula pesanannya. Lalu, keluar.
Aku merasa biasa saja saat keluar. Kasir dengan ramah mengucapkan selamat tinggal padaku. Aku juga membalas senyumnya dengan senyum kecil. Tapi, semua berubah saat negara api menyerang –eh, maksudku, saat para berandalan itu menyerang (Bahasaku berubah menjadi sedikit melankolis semenjak menulis disini, huh? Tapi aku tak peduli.)…
"Mau apa?" tanyaku sarkastik. "Aku ingin cepat-cepat kembali. Waktuku tak banyak."
"Bermainlah dulu dengan kami, manis." Salah satu berandalan dengan codet di pipi kirinya menyentuh daguku, dan aku menepisnya kasar. "Woo, kau terlalu sombong, manis."
"So?" tanyaku balik. Aku ingin sekali memperlihatkan jurus-jurus silat yang kupelajari di Indonesia selama tiga tahun. "Kau mau menantangku?"
"Bila itu maumu." Ia menyerangku dari depan. Semua anak buahnya yang masih dalam pengaruh alkohol membekapku.
"Curang!" sahutku telak. Ku gigit telapak tangan itu sampai cairan darahnya keluar. Aku berlari dan berlari setelah itu, menandingi kecepatan lari si –umm, Hiruma yang berhasil kucatat hasil larinya tadi siang. Tch, bahkan aku menyebut namanya tadi.
Entry 9
"Minggir, berandalan-berandalan sialan kelas teri!" Disambung dengan suara kekehan setan, aku sangat mengenali siapa pemilik suara baritone ini. Ia menembakkan senjata AK47 miliknya kemana-mana, namun tak membuat berandalan bercodet di hadapanku diam. Ia menodongkan senjata revolver miliknya ke hadapanku.
"Jangan ganggu dia, berandalan sialan!" sahut si akuma. "Badannya tak bagus, rata. Semuanya rata. Wajahnya juga palsu, dagingnya pahit." Hei!
"Kau mau membantu atau mengejekku, keh, Hiruma!" sahutku. Sifat beringasku mulai keluar sekarang. "Kalau kau mau membantuku, jangan mengejekku."
"Huh, jangan sok, manager sialan. Baiklah, kita mulai ritualnya." Akuma merogoh sakunya, mengeluarkan buku tebal bersampul hitam bertuliskan Akuma Techou. Heh, tunggu dulu!
"Yamada Fujisaki, bagaimana kalau ibumu tahu kalau kau pernah menikahi dua orang gadis sekaligus, hm?" ancam akuma ke hadapan lelaki bercodet di depanku. Ia tercengang, namun langsung lari terbirit.
Dunia telah benar-benar terbalik. Hanya dengan ancaman, mereka berbalik meninggalkanku. Dan, aku menyempatkan diri untuk mengintip. Kau mau tahu apa isinya?
KOSONG!
Tak ada apa-apa. Dan kau tahu apa artinya?
Bagaimana bisa seorang akuma menghapal ancaman seluruh orang hanya dengan otaknya?
Entry 10
Well, aku sedikit mengagumi kepintarannya. Mungkin kebanyakan mengancam orang bisa membuat otak kita lebih cepat terangsang. Akan kucatat itu.
Ia berjalan denganku menuju SMU Deimon. Hening, tak ada yang mau bicara. Aku mengambil sebungkus permen karet dari saku rokku, lalu kuberikan pada si akuma itu, dengan ketus tentunya.
"Untukmu!" ketusku. Ia mengambilnya tanpa suara, lalu langsung membukanya. Ia berjalan denganku, tanpa melepaskan pacarnya yang ia tenteng kemana-mana.
Semua orang kini melihat ke arahku dan akuma penggila senjata ini. Oh, Tuhan.
Kami sampai di persimpangan antara rumahku dan SMU Deimon. Aku menunggu ia berjalan, dan akhirnya ia berjalan menuju jalan rumahku.
"Jangan salah paham, manager sialan, aku hanya ingin pergi ke tempat temanku disana." Keh, tidak salah dengar, akuma memanggil seseorang dengan sebutan teman?
Aku hanya manggut-manggut saja, mempertahankan wajah polos yang sedalam-dalamnya, untuk menghentikan emosi meluapku dalam hati.
Ia benar-benar mengesalkan.
Dan, kejutan apalagi yang akan ia bawa nanti? Entahlah, mungkin ia akan membawa Butaberus dan Cerberus ke rumahku?
Berhentilah berpikir gila, Mamori!
