LETS PLAY!

Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto

Original Story by Mrs YRA

.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT

DON'T LIKE, DON'T READ

NO FLAME, PLEASE!

.

WARNING:

OOC, ABAL-ABAL, TYPO, ANEH, GAJE, GAK SESUAI EYD, DLL

.

HAPPY READING

.

.

SAKURA POVS

"Haruno Sakura." Ucapku tersenyum manis saat memperkenalkan diri pada pria kaya-tampan yang sedang menjabat tanganku. Ia begitu tampan dalam balutan jas dan dasi hitam mahal yang menunjukkan status sosialnya di pesta ini. Ia begitu menawan dan seksi. Sayangnya, pria ini seperti buku terbuka untukku. Sangat mudah untuk dibaca. Ranjang adalah salah satunya.

Aku harus menahan seringaianku.

Pria itu membalas senyumanku dengan hangat menggoda dan sedikit dingin misterius dalam sunggingan bibirnya. Perpaduan yang sangat tidak lazim antara hangat dan dingin yang membuatku sedikit kurang nyaman. Matanya yang tajam terus menatap mataku seperti serigala lapar yang menemukan mangsanya.

Andai saja dia tahu, siapa yang menjadi mangsa.

"Uchiha Sasuke." Suara baritone itu akhirnya terdengar. Ia memperkenalkan diri dengan percaya diri yang tinggi dan kesombongan. Aku tersenyum sopan ketika mendengar namanya dan melepas jabatan tangan kami.

"Senang bertemu denganmu Mr Uchiha. Namamu sangat terkenal disini tuan." Aku tersenyum padanya.

Sasuke menyeringai sombong mendengar pujianku. "Begitupun denganku Nona Haruno. Senang bertemu denganmu." Ia tersenyum dan sedikit membungkuk. Lalu meminta tanganku dengan sopan dan menciumnya.

Aku tersenyum malu-malu seperti gadis bodoh untuknya. Dan dia begitu bangga dengan responku.

Menjijikkan.

Selanjutnya ia mengajakku untuk minum sampanye bersama dan aku menyutujuinya. Ia tak bercerita apapun mengenai dirinya. Sehingga aku tak dapat memerankan peranku dengan baik. Biasanya setiap pria yang sedang mencoba mendapatkanku selalu mempromosikan dirinya, bercerita tentang pencapaiannya yang sama sekali tak kupedulikan dan membuatku berpura-pura bersimpati, takjub, dan terpukau pada apapun dalam cerita bodoh yang ku dengar. Tapi, Sasuke berbeda. Dia hanya meminum minumannya dalam diam dan sesekali memujiku atau memuji pesta sialan ini.

Membosankan.

Sebelum aku kehabisan nafas karena tercekik kebosanan, aku dengan sopan undur diri darinya. "Aku harus undur diri, kurasa banyak yang ingin kau temui di pesta ini Mr Uchiha." Kulihat ekspresi Sasuke tak setuju dengan gagasanku. Ia ingin aku tetap di sini rupanya. "Begitupun aku. Beberapa klien penting hadir malam ini. Aku harus menyapa mereka bukan?" lanjutku. Membuat Sasuke urung untuk mengucapkan sesuatu.

"Oh Tentu saja Nona Haruno."

Aku tersenyum mendengar jawabannya. Senyuman manis yang selalu ku tunjukkan pada pria kaya-bodoh seperti Sasuke.

"Sebelum kau pergi Nona Haruno, bisakah kita berdua bertemu kembali?" tanyanya kemudian sebelum aku berbalik darinya.

Gotcha! Itu yang ku mau.

"Ku harap bukan pertemuan bisnis yang membosankan." Aku mengedipkan sebelah mataku dan memasang senyuman manis padanya sebagai tanda bahwa aku sangat menyetujui gagasannya.

"Yeah, pertemuan bisnis memang selalu membosankan Nona Haruno. Tapi, tentu saja bukan. Ini mungkin akan menyenangkan." Dia menyeringai sombong khas Uchiha. Aku berusaha untuk tidak memutar bola mataku di hadapannya.

"Kalau begitu kita harus segera bertemu dalam hal-hal yang menyenangkan." Ucapku sedikit menggodanya.

"Jika itu maumu Nona Haruno." Ia tersenyum penuh arti. "Kapan tepatnya? Bagaimanapun juga aku harus mengatur jadwal untuk bertemu denganmu." Lanjutnya dengan canda.

Aku tertawa kecil dengan guyonannya, "Kapan saja. Kau bisa menghubungiku."

"Aku sudah tidak sabar menghubungimu Nona Haruno." Ia mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Aku pun begitu." Kukedipkan sebelah mataku dengan anggun sebagai balasan dan berbalik meninggalkannya. Menyeringai penuh kemenangan.

Semoga keberuntungan menyertaiku.

….

Pagi ini aku menyesap Green Tea-ku untuk menenangkan diri dari mimpi buruk. Ini bahkan tidak bisa di bilang pagi hari. Langit masih gelap dan matahari belum muncul dari timur. Cahaya kemererahanpun bahkan belum terlihat di ujung sana. Aku memandang langit yang seperti jelaga hitam dengan hampa. Jiwaku begitu kosong, pikiranku begitu runyam, dan tubuhku telah lelah. Terlalu lelah. Satu lagi hari yang harus ku jalani sendirian. Iya, sendirian.

Sendirian seperti saudaraku. Selalu menemaniku. Tidak ada siapapun di sekelilingku selain aku dan kesendirianku. Tidak ada orang tua, tidak ada kakak maupun adik. Hanya ada kesendirian dan pria-priaku. Seperti telah diikat oleh benang takdir, kami selalu bersama. Berhubungan satu sama lain.

Bagaimana aku bisa sendirian? Itu adalah salah satu bagian favorit dari mimpi burukku karena selalu berputar berulang ulang setiap kali aku tidur. Bagian yang membuatku menjerit di tengah malam tanpa ada yang membangunkanku. Bagian yang membuatku perih dan menangis sendirian. Bagian yang membuatku begitu frustasi. Bagian yang hampir membuatku mati. Bagian yang tidak aku ingin ingat setiap aku membuka mata.

Aku tersenyum miris dengan kenyataan ini. Mimpi yang sama yang selalu menghantuiku. Dimana ketika aku membuka mata di suatu pagi di musim dingin yang gelap dan dingin, aku menemukan diriku mewarisi Haruno Corp. Mewarisi aset yang tak bisa kuhitung dengan jari-jari kecilku kala itu, dan menjadi topangan hidup ribuan orang yang bekerja sebagai karyawaan di Haruno Corp.

Ini hadiah? Bukan! Ini kutukan. Karena di pagi yang sama, di musim dingin yang sama. Aku menemukan orang tua dan kakakku terkapar tak sadarkan diri di lantai rumah. Mereka penuh luka dan bersimbah darah.

Dulu aku selalu menangis hingga tak bisa bernafas dengan benar mengingat semua ini. Tapi itu dulu sekali. Sekarang? Bahkan air mataku sudah terlalu kering untuk keluar. Hatiku sudah mengeras dengan semua yang telah terjadi padaku. Aku seperti manusia tanpa jiwa.

Dan siapakah pria-priaku? Aku menyeringai seperti orang gila setiap kali aku menanyakan ini pada diriku sendiri. Pria dan pria. Pria-pria yang berbeda. Pria-pria yang kumainkan, pria yang menjagaku agar tetap bertahan hidup.

Aku terus melamun seperti orang gila hingga Rin menyadarkanku. Ia menatapku cemas. Tapi aku mengatakan padanya bahwa aku baik-baik saja. Ku harap dia percaya. Karena aku tidak pernah baik-baik saja sejak berusia 9 tahun.

"Sebaiknya kau mandi dan bersiap ke kantor Sakura. Banyak meeting penting yang harus kau hadiri. Sarapan akan segera disiapkan." Ucapnya tegas diiringi senyuman hangat padaku. Rin adalah salah seorang yang menjagaku agar tetap hidup-normal layaknya manusia lain. Ia seperti ibu, dan kakak bagiku. Ia begitu tulus dan peduli padaku.

Aku menatap langit sebelum mengikuti instruksinya. Berapa lama aku melamun seorang diri di balkon ini? Langit yang telah membiru pun tak kusadari.

Aku berkali-kali membaca berkas-berkas yang berada di mejaku dengan penuh minat. Sesekali senyumku tersungging membaca rincian-rincian data yang ada di depan mataku. Ditambah sebuah email dan bunga makin membuat senyumku kian lebar.

Semua sesuai rencana, semua sesuai dengan apa yang ku inginkan. Aku tersenyum miring seperti orang sinting memikirkannya. Berkas-berkas, email, dan bunga seperti sebuah tiket lotre yang akan segera ku menangkan.

Uchiha Sasuke, memberiku sebuah email untuk makan malam membicarakan sebuah 'bisnis' penting denganku. Ia juga mengirimkan sebuket bunga mawar merah yang terlihat seperti gumpalan darah menjijikkan bagiku dan aku dengan ringan membuangnya ke tempat sampah.

To: Ms Sakura Haruno

From: Mr Sasuke Uchiha

Subject: tonight

Malam ini pukul 20.00 di Restoran Susano

Membicarakan beberapa proyek bisnis yang

sempat tertunda kemarin malam.

Terimakasih.

Sasuke Uchiha

Aku mendengus membaca email bodoh darinya dan sedikit bermain-main sebelum membalas dengan kata YA.

Mataku kembali membaca berkas-berkas kemenanganku yang berupa rincian lengkap siapa Sasuke Uchiha. Aku terus saja tersenyum menggumamkan nama orang bodoh sepertinya. Uchiha Sasuke, ia seorang pengusaha muda yg baru saja menunjukkan kesuksesannya memimpin perusahaan selama 5 tahun terakhir. Menggantikan posisi kakaknya yang telah berada di alam baka.

Sungguh tipikal pengusaha muda yang terlalu cepat sukses, dia terlalu sembrono dan bodoh dalam bermain. Dia tampan dan tentu saja begitu hot dimata banyak wanita. Mata hitamnya yang tajam pasti dengan mudah memikat wanita, tubuh bak porselen yang atletis begitu menggoda gairah, dan rambut raven berantakan seperti pantat ayam makin menambah pesonanya. Tidak heran jika dia termasuk dalam jajaran donjuan di negeri ini. Pesta seks, one night stand adalah bagian dari hidup brangseknya. Tak terhitung lagi wanita yang telah tidur diranjang bersamanya. Tak terhitung juga wanita yang telah sakit hati karenanya.

Kaya, Tampan, dan bodoh.

Dan dia ingin bermain denganku? Oh, Jangan bercanda!

Aku kembali tersenyum miring, lalu merobek dan meremas satu persatu kertas yang ada di tangan kiriku hingga habis sebelum membakarnya. Kertas –kertas yang berisi segalanya tentang Uchiha Sasuke. Kertas-kertas yang memberiku petunjuk tentang permainan ini. Kertas-kertas kemenanganku. Oh aku tak sabar untuk memulai permainan ini. Permainan yang kusukai dan permainan yang di gilai pria bodoh seperti Sasuke.

Lets play, Uchiha! Selamat datang dalam kehancuranmu.

SASUKE POVS

Siapa aku? Aku bukanlah siapapun. Hanyalah seorang Uchiha Sasuke. Aku memiliki segalanya. Kekuasaan, kekayaan, dan gadis-gadis menggilaiku. Mereka bahkan rela membuang harga diri demi mendapatkanku. Tapi, tak ada satupun yang mampu menghangatkan hatiku. Kehangatan mereka hanya berlaku di ranjang yang akan segera dingin seiring berjalannya waktu.

Uchiha, banyak orang mengatakan ini adalah sebuah nama keluarga besar yang melegenda dalam kerajaan bisnis di Jepang. Uchiha selalu menjadi perusahaan nomor satu di Jepang, menjadi pionir bisnis, menguasai pasar saham di Jepang. Uchiha, uchiha, dan uchiha. Orang-orang begitu menghormati nama Uchiha. Tetapi aku yang menyandang nama itu membuatku muak.

Dalam 27 tahun hidupku, aku bukanlah diriku. Hidup seperti robot, hidup dalam tuntutan dan aturan yang Ayahku buat agar aku menjadi nomor satu dalam segala hal. Seperti kerbau yang di cocok hidungnya, aku selalu menuruti tuntutan Ayahku. Lulus sekolah dengan nilai tertinggi dan sempurna, melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan menjadi lulusan terbaik, menjalankan perusahaan Uchiha Group dan mengusai pasaran di Jepang semuanya sudah kulakukan. Tapi, selalu ada tuntutan dan tuntutan yang datang silih berganti dari mulutnya setiap aku berhasil mengabulkan satu tuntutannya dan jika aku gagal maka ia akan mencaci makiku seakan aku hanyalah seonggok sampah, bukan darah dagingnya.

Ayah tak pernah mengerti aku, ia tak pernah memikirkan bagaimana perasaan anak-anaknya. Satu-satunya kasih sayang yang kumiliki adalah dari ibu dan kakakku. Sayangnya, sepuluh tahun yang lalu kakakku bunuh diri dan itu sempat membuatku terguncang. Hal yang paling membuatku muak dengan ayah adalah kenyataan bahwa ayahlah alasan kakakku mengakhiri hidupnya dan membuatku makin menderita. Sebagai puncak dari kemuakanku pada ayah, aku pergi meninggalkan rumah dan memutuskan untuk tinggal sendiri. Karena sendiri lebih baik daripada aku harus terus menerus seatap dengannya. Walau harus kuakui, keputusan ini sangat melukai hati ibu yang terus memintaku kembali ke rumah. Tapi aku tak mampu untuk mengabulkan permintaannya.

Kepalaku berdenyut keras. Benar-benar sakit memikirkan kenyataan ini, begitu juga hatiku yang kini telah sedingin es karena telah membeku. Terlalu banyak rasa sakit secara mental yang di berikan oleh ayahku. Sex, wanita, dan alkohol adalah satu-satunya jalan keluar yang kumiliki dari rasa frustasi yang makin menggerogoti jiwa dan pikiranku. Setiap malam kuhabiskan waktu untuk melupakan tuntutan-tuntutan ayahku dengan wanita, pesta sex, one night stand dan mabuk-mabukan. Dan pada siang hari aku berubah menjadi seorang pria arogan, sombong dan dingin.

"…ke"

"…suke."

"Sasuke." Suara seorang gadis blonde membuyarkan lamunanku. Aku tak ingat siapa nama gadis ini. Ia menggeliat dengan manja di sampingku. "Kau baik-baik saja Sasuke?" tanyanya sambil mencium rahangku. Dengan acuh, aku menepis ciumannya.

"Hn. Tidurlah kembali" ujarku seraya bangkit dan mulai mengenakan pakaianku.

"Kau akan kemana Sasuke?"

"Pulang." Ucapku dingin.

"Apa? Bahkan ini belum pagi! Dan aku meninggalkanku dalam keadaan seperti ini!" teriaknya. Sayangnya suara itu tak mampu menghentikanku.

Sasuke tetaplah Sasuke, brengsek seperti biasa. Ujarku dalam hati. Meninggalkan wanita telanjang untuk kepuasanku tanpa merasa berdosa. Bersalah pun tidak. Aku terus melangkahkan kakiku yang diiringi dengan sumpah serapah, makian, dan cacian dari mulut wanita yang telah aku nikmati.

Dua gelas kopi telah kuhabiskan sambil menunggu pagi agar tetap terjaga. Tidak ada yang aku lakukan selain menjaga mataku tetap terbuka dengan kopi dan dokumen-dokumen bisnis sialan. Sebenarnya aku sudah sangat lelah dan sangat membutuhkan istirahat. Tapi, beban di kepalaku seakan tak mengijinkan aku untuk menutup mata. Jika bukan karena ibuku, mungkin sudah bertahun-tahun lalu aku loncat dari penthohouse ini.

Lamunanku tergganggu dengan sebuah panggilan masuk yang tertera di layar handphone-ku.

"Ku harap kau memberiku kabar bagus dengan meneleponku sepagi ini." Ucapku begitu mengangkat telpon

"…"

"Yeah, gadis Haruno itu. Aku telah bertemu dengannya semalam."

"…"

"Sangat menarik." Aku mendengus mendengar informasi berharga ini. "Terimakasih infomu. Sangat membantu dalam permainan ini." Sambungku.

"…"

"Aku harus memainkannya bukan?"

"…"

"Tentu saja. Aku takkan menolak."

"…"

"Sedikit bantuan mungkin. Kirimkan sebuket mawar untuknya dengan namaku."

"…"

"Thanks." Ucapku mengakhiri telepon.

Jadi, si Haruno ini tertarik untuk bermain denganku? Berharap menghancurkanku? Oh, yang benar saja. Aku benar-benar tak tahu apa yang dipikirkan oleh wanita pink bodoh itu. Telah lama aku mendengar desas-desus kegilaannnya terhadap player-player kelas kakap sepertiku. Memacari mereka dan kemudian menghancurkan pria-pria itu. Mungkin dia memang telah berhasil mengacaukan hidup pria-pria brengsek di luar sana. Tapi aku? Aku bukanlah pria brengsek bodoh seperti korban-korbannya. Aku adalah Dewanya Brengsek.

Jika dia memang ingin bermain denganku, dengan senang hati aku akan menerimanya.

Lets play, Sakura! Kita lihat dengan siapa kau bermain kali ini.

.

.

TBC

.

.

Hello! MrsYRA kembali lagi dengan fic baru.

Maaf jika banyak typo yang bertebaran di sana sini, Jangan lupa untuk RnR ya.

Karena review akan memberi semangat untuk melanjutkan fic ini. No Flame pliss

terimakasih

MrsYRA