Konichiwa! Kali ini aku membuat FF Supranatural-Horror yang gaje ini! Entah bagi Readers ini bagus atau nggak, tapi semoga kalian menikmati saat membaca FF ini.

HAPPY READING!

FALLING BUTTERFLY

Tik. Tik. Tik.

Jam terus berjalan mengikuti aliran waktu. Detik demi detik sudah manusia menjalani kehidupannya di dunia. Di malam musim gugur yang sunyi pada zaman kepemimpinan sang Taiko, Hideyoshi Hashiba, disebuah desa terpencil, para penduduk tidak merasakan dinginnya malam atau sunyinya desa. Mereka berbondong-bondong mengejar sosok seorang pemuda yang terus berlari dari kejaran penduduk desa. Dia lari menjauh menyusuri pedalaman hutan, tanpa memedulikan kakinya yang berdarah atau seluruh tubuhnya yang terluka. Dia terluka akibat amukan penduduk desa. Amukan yang membara karena ia tidak mau mengikuti tradisi ritual desa. PENGORBANAN UNTUK ROH KUPU-KUPU.

Pengorbanan dimana mereka, para penduduk desa, mengorbankan seorang pemuda desa yang telah berusia 17 tahun setiap 10 tahun sekali. Mereka membakar sang pemuda tersebut dan menaburkan abunya diatas padang bunga untuk membangkitkan kembali sang Roh Kupu-kupu demi perlindungannya dari peperangan dan kemalangan.

Sang pemuda terus berlari ke dalam hutan. Namun tiba-tiba, pemuda itu tersandung sebuah batu dan jatuh terjungkal menuruni jurang. Seluruh tubuhnya terluka. Ia tak sanggup menahan rasa sakit dan kembali berlari dari kejaran penduduk desa. Penduduk desa semakin mendekat menghampirinya. Pemuda itu tak sanggup lagi. Ia pun kemudian menutup mata, pingsan dan membiarkan tubuh kurusnya dibawa oleh para penduduk desa. Ia juga tidak bisa berbuat apapun saat dirinya diikat dan siap untuk dimasukkan ke lubang yang penuh dengan api yang berkoba-kobar seolah ingin segera melalap habis tubuhnya.

` Pemuda itu juga tidak bisa berbuat apapun, ketika tubuhnya terlalap api dan abu tubuhnya yang seenaknya di taburkan di atas padang bunga. Dia hanya tahu, bahwa takdirnya sekarang adalah berubah menjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Roh Kupu-kupu Biru.


"Eeeh? Kasus Pembunuhan misterius?"

Di Rumah keluarga Mouri, atau tepatnya Rumah sekaligus Kantor Detektif Mouri, Hattori Heiji dan Toyama Kazuha dengan seenaknya masuk dan tanpa basa-basi menceritakan sebuah kasus. Disana, Mouri Ran dan Suzuki Sonoko hanya membeo serentak dengan sebelah alis terangkat.

Heiji dengan semangat membara mengangguk cepat. "Ya! Ini adalah sebuah kasus yang benar-benar janggal dan penuh misteri. Konon, tidak ada seorangpun yang bisa memecahkan kasus beruntun yang terjadi tiap sepuluh tahun sekali ini. Dan tahun ini adalah tepat 10 tahun setelah kasus pembunuhan kedua. Dan sekarang, besar kemungkinan kalau kasus itu akan terulang kembali di desa itu!"

"Tunggu sebentar," tiba-tiba, Kudo Shinichi menyela. "Tahun ini adalah 10 tahun setelah Kasus Kedua? Berarti sebelumnya ada Kasus seperti 10 tahun yang lalu itu?"

"Iya. Kliennya Heiji bilang, Ayahnya pernah melihat sendiri siluet si Pembunuh pada Kasus pertama. Katanya, wujud si Pembunuh sangat aneh. Dan Kasus 10 tahun yang lalu juga, si Klien melihat sendiri si Pembunuh. Dia berani bersumpah kalau wujud si Pembunuh memang sangat aneh dan persis sama dengan si Pembunuh yang dilihat Ayahnya di Kasus pertama." Jelas Kazuha. Wajahnya berubah pucat pasi karena takut.

"Memangnya, wujud si Pembunuh itu seperti apa? Setiap pembunuh juga sama saja kan? Sama-sama seorang manusia psikopat?" tanya Mouri Kogoro –ayah Ran- heran.

"Nggg... Heiji, kamu saja yang jelaskan." Celutuk Kazuha tiba-tiba, wajahnya berubah sangat pucat, lebih dari sekedar takut.

"Hei, aku juga mau jelaskan. Tapi kau tahu sendiri kan? Hal macam itu sangat tidak masuk akal!" balas Heiji datar.

"Tapi..."

"Daripada debat tidak jelas begitu, mending kalian berdua saja yang jelaskan!" pinta Sonoko tak sabar.

Heiji dan Kazuha saling pandang. Mereka sama-sama menarik nafas panjang dan berkata bersamaan. "Wujud Pembunuhnya adalah... Kupu-kupu."

"APA?!" teriak Ran, Sonoko dan Kogoro bebarengan. Sedangkan Shinichi hanya bisa membelalak kaget. "Hal semacam itu mana mungkin ada!" ujarnya kaget.

"Kami serius!" pekik Kazuha cemas. "Itulah yang Kliennya Heiji katakan! Dia berani membuat sketsa kejadian tempat itu, juga siluet Pembunuhnya. Jelas-jelas bentuknya itu memang seekor Kupu-kupu! Memang itu mustahil, tapi itulah kenyataannya!"

"Berarti Kasus ini memang aneh. Tak mungkin ada hal seperti itu." Ucap Kogoro serius. "Jadi, apa kalian akan menyelidiki tempat menakutkan begitu?"

"Tentu saja! Makanya aku kemari untuk mengajak Paman dan Kudo!" jawab Heiji berapi-api.

Shinichi hanya terdiam. Terbesit perasaan cemas dihatinya. Perasaan yang jarang sekali ia rasakan. Dia masih ingat salah satu kenangan yang paling tidak ingin ia ingat. Kenangan aneh tapi nyata yang entah bagaimana bisa dia alami. Tentang seekor Kupu-Kupu Biru. Walau ia bingung sendiri kenapa tiba-tiba dia ingat kenangan itu.

"Hattori," Panggil Shinichi lirih.

Heiji menoleh, ia memandang heran Shinichi yang terlihat berkeringat dingin. "Kenapa? Apa kau tertarik dengan kasus ini?"

"Sebelum itu, boleh aku bertanya satu hal?"

"Apa?"

"Dimana Kasus itu terjadi?"

` "Disebuah desa kecil di prefektur Karuizawa. Kalau tak salah, namanya Desa Aokiira."

Shinichi spontan terbelalak kaget, keringat dinginnya mengucur deras dipelipisnya. Dia akhirnya ingat jelas dengan masa lalunya sekarang. Masa lalunya yang mengerikan dan aneh tentang Kupu-kupu Biru. Dan kejadiannya benar-benar sama persis dengan Kasus misterius itu. Desa Aokiira. Desa Biru yang mematikan.

"Shinichi? Ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanya Ran cemas.

"Hattori, aku ikut. Aku juga tertarik dengan Kasus ini." Kata Shinichi serius, tanpa peduli dengan pertanyaan Ran.

Akan ku bongkar rahasia besar yang tersembunyi disana. Pasti!


Pukul 5 sore, Kogoro, Heiji, Kazuha, Ran dan Shinchi sudah sampai di Desa Aokiira. Mereka langsung saja disambut dengan suasana yang suram dan menakutkan disana. Dan keringat dingin masih belum berhenti mengucur diwajah Shinichi. Dia teringat semua kenangan mengerikannya disana. Kenangan tentang sosok Kupu-kupu Biru yang nyaris saja membunuhnya, walaupun dari alam bawah sadarnya.

"Kudo," panggil Heiji tiba-tiba.

Shinichi tersentak dan menoleh cepat ke arah Heiji yang memandangnya aneh. "Kenapa? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku? Atau ada yang mengganjal pikiranmu?" tanyanya.

Shinichi menggeleng pelan. "Bukan apa-apa. Aku hanya teringat kenangan lama yang sama sekali tidak ingin kuingat lagi."

"Kenangan lama yang sama sekali tidak ingin kau ingat lagi? Memang kau pernah datang ke tempat ini sebelumnya?"

Shinichi mengangguk. Dia memandang sekitarnya. Pepohonan yang masih menjulang tinggi dan sangat rindang. Dan pandangan Shinichi berhenti kearah sebuah jembatan tua yang berada sekitar semeter ke timur darinya. Jembatan itu masih ada disana...

"Hei, bocah detektif! Mau berdiri sampai kapan disana?! Ayo cepat jalan!" suara lantang Kogoro sukses membuyarkan lamunan Shinichi. Shinichi mengangguk dan berlari menyusul rombongannya.

Heiji memandang curiga Shinichi yang sudah berada disampingnya dan terus menoleh memandang Jembatan tua dengan wajah cemas. Dia mengerti benar ekspresi sahabat karibnya itu. Shinichi memang menyembunyikan sesuatu darinya. Tentang kenangan lamanya yang tidak ingin ia ingat lagi.

Setelah setengah jam berjalan, akhirnya mereka sampai di rumah klien Heiji, di sebuah rumah mewah yang cukup dekat dari pemukiman penduduk desa. Kogoro lalu memencet bel pintu. Dari dalam terdengar suara wanita yang menyahut dan suara langkah kaki yang berjalan mendekati pintu. Pintu besar itu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita cantik dengan rambut panjang ikal yang setengah basah dan ia mengenakan mantel mandi.

Wanita itu sukses membuat Kogoro merah padam dan Heiji terperangah. Pengecualian untuk Shinichi yang justru mengenal jelas wanita dihadapannya terbelalak kaget. "Bibi Kurenai?"

"Lho, Shinichi-kun kenapa ikut berada disini?" tanya Kurenai bingung. "Apa kamu kenalan Hattori-kun?"

"Lebih tepatnya, sa-ha-bat ka-rib. Aku mengajaknya kesini karena dia juga seorang detektif, sama denganku." Sahut Heiji, sambil seenaknya merangkul Shinichi.

"Oh. Kebetulan sekali, ya. Terakhir aku bertemu denganmu saat kamu masih kecil disini, bersama Yukiko, ya." Kurenai tertawa pelan. "Baiklah, silahkan masuk. Berhubung disini ada Detektif Mouri juga, saya akan jelaskan kembali kasus aneh itu."


Setelah beberapa menit menunggu, Kurenai akhirnya muncul dengan dress merah panjang yang longgar, dengan membawa enam cangkir teh hangat di atas nampan peraknya. Setelah menyajikan teh, Kurenai duduk di sofa tepat di depan Heiji dan lainnya. Dengan wajah serius, Kurenai mulai bercerita.

"Kasus aneh itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Saat itu pagi-pagi sekali, saya sedang pergi ke Kuil untuk sekedar berdoa pagi. Sesampainya disana, didekat pepohonan yang ada disana, saya melihat bayangan seseorang. Samar-samar saya mendengar dia seperti memekik pelan. saya tidak memedulikannya karena saya pikir itu bukan sesuatu yang penting. Tapi ternyata, saya salah." Kurenai menghela nafas berat. Dengan wajah sedih, dia kembali melanjutkan ceritanya. "Setelah berdoa dan hampir keluar dari bangunan Kuil, saya mendengar teriakan yang keras sekali. lalu saya berlari ke arah pepohonan tempat suara itu berasal. Disana, saya melihat seorang pria tua meninggal dengan tragis. Saat itu juga, saya melihat siluet Kupu-kupu yang terbang menjauh dari tempat saya berada. Walau hanya melihat siluetnya, tapi saya juga samar-samar melihat warnanya. Warna biru laut dengan bercak-bercak berwarna merah darah disayapnya, seolah itu adalah cipratan darah pria tua itu."

Kogoro dan Heiji sama-sama terdiam, berusaha mencerna cerita Kurenai yang memang tidak masuk akal tapi nyata. Sedangkan Ran dan Kazuha berteriak ketakutan dan berkeringat dingin. Dan Shinichi hanya memandang tajam Kurenai. Dia teringat lagi kenangannya. Jadi, benar dugaanku. Kupu-kupu biru yang waktu itu memang...

Tanpa Shinichi sadari, Heiji memandangnya dengan pandangan curiga. Heiji memang diam memandang Shinichi. Tapi sebenarnya dia mulai penasaran dan cemas pada sahabat karibnya itu. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Kudo? Kenangan lama apa yang tidak ingin kau ingat lagi tentang tempat ini? Kenapa kau memendamnya sendirian? Kenapa?