Disclaimer:
Shigatsu wa Kimi no Uso © Naoshi Arakawa
Warning(s):
typo(s), flash fiction, monologue, spoiler (´• ω •`)
Anata no Egao
by Keumcchi
.
Hei, Arima Kousei-kun.
Sadarkah kau bahwa aku sudah lama menyukaimu?
Kau mungkin tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu.
Aku masih ingat hari itu, ketika wajahmu merona kemerahan, malu dengan seluruh tatapan mata yang tertuju padamu.
Aku masih ingat hari itu, ketika tubuhmu gemetar karena gugup, berjalan dengan kaku ke tengah panggung besar itu.
Tapi, aku masih ingat hari itu, ketika jari-jarimu menari di atas tuts hitam dan putih itu memainkan sebuah lagu yang indah. Melodi-melodi itu terlihat seperti pelangi, penuh warna.
Kala itu kau merebut seluruh perhatianku. Kau seperti bintang di langit malam yang memancarkan cahaya paling terang.
Sejak saat itu pula aku memutuskan berhenti bermain piano. Aku tidak mau memainkan alat musik yang sama sepertimu. Aku ingin memainkan alat musik berbeda, menjadi pemain biola yang sama hebatnya sepertimu.
Karena aku berharap suatu saat nanti dapat bermain bersamamu di panggung itu.
Hampir sepuluh tahun lamanya aku tidak pernah melihatmu lagi. Kau menghilang, angkat kaki dari dunia penuh melodi indah ini. Aku hanya dapat bertanya mengapa dan berujung pada tanya.
Namun, hari itu aku menemukanmu.
Pemuda tinggi bersurai hitam. Sebuah kacamata menggantung di hidungmu. Di sebuah taman bermain, di hari yang cerah.
Kau masih sama seperti dulu.
Melihatmu rasanya seperti mimpi! Aku sangat senang karena akhirnya menemukanmu kembali, sekaligus sebal padamu karena kejadian memalukan itu.
Hei, jangan kira aku melupakan kemesumanmu itu, Arima Kousei-kun.
Waktu itu kau menyanggahku dengan ketakutan, menganggap diriku adalah gadis yang kasar dan menyeramkan. Kau hanya tidak tahu, di balik kemarahanku itu sebenarnya aku benar-benar sangat bahagia.
Ada hari ketika aku melihatmu kembali tersenyum saat jari-jari panjangmu menari di atas tuts hitam dan putih. Namun, ada kalanya juga aku melihatmu tampak tertekan oleh masa lalu, sebuah kisah menyedihkan yang belakangan kusadari bahwa itulah penyebab mengapa kau berhenti menarikan jari-jarimu di atas tuts-tuts piano.
Demi melihat senyumanmu lagi, aku akan melakukan apa pun.
Kembali menarikmu untuk tenggelam dalam dunia penuh melodi indah ini. Memaksamu menjadi pengiringku di atas panggung. Berusaha membuatmu lupa dengan kesendirian yang selalu menghimpit dirimu.
Kau tidak sendiri, Arima-kun. Aku selalu ada di sini. Dan di atas panggung kita adalah satu.
Aku akan menjadi jarimu ketika kau tak sanggup menekan tuts-tuts itu. Menjadi matamu ketika kau tak sanggup membaca balok-balok nada. Bahkan menjadi pundakmu agar kau tetap tegar ketika masa lalu kembali menghantui dirimu.
Bukankah sudah kukatakan, demi melihat senyumanmu lagi, aku akan melakukan apa pun?
Walaupun aku tidak dapat bermain biola lagi.
Walaupun aku tidak dapat menggerakkan kaki ini lagi.
Sungguh. Aku akan melakukan apa pun demi melihat senyumanmu itu, Arima Kousei-kun.
Karena aku tahu, aku tidak akan dapat melihat senyumanmu lebih lama lagi.
.
.
Fin
.
.
A/N
Lagi nggak mood nulis, tapi pengen ngebaper. Yaudah deh sekalian ngebaperin Mbak Kaori aja. /dilindes
Ini bukannya ngelanjutin fic sebelah malah bikin flashfiction, hahahah. Yah, anggap saja sebagai selingan sebelum kembali mengisi fandom Vocaloid. Mau coba berkunjung ke fandom anime musim semi tahun ini dulu. xD
Fic sebelah masih proses pengeditan, doakan semoga saya nggak mager ngeditnya~ /desh
