Chapter 1

Lolley & Tha : Fanfic kolaborasi pertama author di fandom Death Note. Mohon saran dan kritikan dari para senpai bila masih banyak kekurangan. Kami tidak terima flame, namun kami menerima review dan concrit yang mendidik.

Disclaimer: We don't own Death Note and its characters. Tsugumi Ohba and Takeshi Obata are owners of Death Note. Death Note Another Note belongs to Nisio Isin

Summary: Keputusan BB untuk mengirim L ke Jepang sudah bulat. L yang tidak bisa membantah ataupun menolak keputusan sepihak kakaknya, hanya bisa mematuhinya tanpa berkomentar apapun. Namun tanpa disangka-sangka, pertemuan singkat L dengan Light di markas besar kepolisian Kanto akan membawanya ke dalam dunia penuh warna yang sama sekali asing baginya. Akankah pertemuan ini menimbulkan benih-benih cinta di dalam hati L? Akahkah kehangatan hati Light mampu menembus kekokohan hati L?

Genre : Romance & Drama

Rated : T (rate dapat berubah kapan saja)

Pairing : LxLight, MattxLight, BBxNear, MelloxMatt

Warning : Shonen-Ai, Alternate Universe (AU), miss-typo, OOC.

Note : BB adalah detektif nomor satu di dunia, sedangkan L adalah adik kandung B.

Happy reading! ^.^

He is Mine

By

Lolley & Tha

OooooooOooooooO

Matahari hampir sepenuhnya tenggelam jauh di ufuk barat. Seberkas cahaya oranye keungu-unguan menghiasi cakrawala sore itu. Kepadatan arus lalu lintas tercipta di beberapa jalanan besar Kanto ketika memasuki jam pulang kantor. Udara hangat musim gugur yang mengisi atmosfir memberikan kenyamanan dan kehangatan bagi orang yang ada di sekitar tempatnya berhembus.

Terlihat seorang pemuda berparas tampan dengan sepasang mata berwarna madu yang nampak begitu indah sedang berjalan dengan santai tanpa memperdulikan keramaian di sekitarnya. Seulas senyum tipis merekah di bibir bak bunga sakura milik pemuda itu. Beberapa gadis yang berjalan di dekat pemuda tampan itu tampak menghentikan langkahnya dan menatap kagum akan pesonanya yang begitu memikat.

Dari seragam yang dikenakan pemuda tampan itu, dapat dipastikan kalau dia adalah seorang siswa SMU. Light Yagami, itulah sebaris nama yang tertulis pada tag name seragamnya. Light adalah seorang pemuda yang dapat dikategorikan sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling beruntung karena selain diberkati paras yang hampir mendekati kata sempurna, ia juga dianugrahi otak yang sangat genius hingga mendapat gelar sebagai 'pelajar terpintar se-Jepang'. Perbedaan yang sangat mencolok antara dirinya dengan remaja lainnya sama sekali tidak menjadi penghalang baginya, mengingat kemampuan Light yang sangat ahli dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya teman Light dan orang yang mengenal dirinya.

Mengenai asal-usul keluarganya, Light dibesarkan di dalam keluarga yang begitu harmonis dan terpelajar tentunya. Ayahnya, Soichiro Yagami, adalah seorang wakil kepala kepolisian di Kanto. Walaupun Soichiro termasuk tipe orang tua yang over protective, ia tetap menyayangi keluarga kecilnya melebihi rasa sayangnya pada dirinya sendiri. Sedangkan ibu Light, Sachiko, adalah seorang ibu rumah tangga. Ia begitu sabar dalam membesarkan, mengurus, dan mendidik kedua anaknya. Light juga memiliki seorang adik perempuan. Sayu Yagami, seorang gadis yang memiliki paras yang begitu cantik. Banyak pemuda tampan, termasuk teman Light sendiri yang tergila-gila dengan kecantikan Sayu.

Tanpa terasa, Light sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Rumah Light mungkin tidak sebesar ataupun semewah rumah-rumah yang ada di sekitarnya, namun di dalam rumah itu tersimpan kehangatan sebuah keluarga yang begitu manis.

"Aku pulang!" seru Light seraya menarik gagang pintu.

"Nii-san!" Sayu berlari menghampirinya. "Bagaimana sekolah hari ini, Nii-san? Apakah ada yang menarik?" tanyanya dengan mimik wajah penasaran.

Seulas senyum tersungging di bibir tipis Light. "Tak ada, Sayu-chan," jawabnya seraya melenggang masuk ke dalam rumah tanpa memedulikan adik kesayangannya itu. "Okaa-san, apakah otou-san akan pulang cepat hari ini?" tanyanya santai ketika melihat ibunya keluar dari dapur.

Wanita paruh baya itu pun menoleh ke arah putra sulungnya itu. "Sepertinya otou-san akan pulang terlambat karena akan ada tamu penting yang berkunjung ke markas penyelidikan hari ini. Kudengar tamu itu adik Beyond, si detektif nomor satu di dunia itu," tutur ibunya sembari menuangkan sup ke dalam mangkuk berhias ikan koi merah dengan bulatan hitam yang berada tepat di tengah kepalanya.

"Okaa-san masih mengingatnya, eh?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut pemuda tampan beriris mata karamel itu.

"Beyond? Tentu saja, Light. Beyond sebenarnya seorang anak yang baik, hanya saja kehidupannya tidak semulus dan seindah yang diketahui orang banyak," jelas Sachiko panjang lebar, sedangkan Light hanya tersenyum saat mengetahui kasih sayang ibunya pada psikopat gila itu sama sekali tidak berubah sedikitpun.

"Sayu-chan, bisakah kau ambilkan kotak nasi yang tadi ibu siapkan?" tanya wanita berparas cantik yang segera dijawab oleh sebuah anggukan dari Sayu. "Light, tolong antarkan ini untuk otou-san," perintahnya halus pada putra sulungnya ketika Sayu kembali dengan membawa sekotak nasi yang telah disiapkannya dari awal.

Light bangkit dari duduknya dan segera mengambil kotak nasi yang sudah terbungkus dengan tas kain bercorak ikan koi itu dari tangan adik bungsunya. "Aku akan segera kembali Okaa-san," pamitnya seraya berjalan pergi ke arah pintu.

"Hati-hati di jalan, Light!" seru ibunya, tepat sebelum Light menutup pintu.

OooooooOooooooO

"Selamat datang di Kanto, Watari-san dan L-kun," sapa wakil kepala kepolisian Kanto dengan ramah ketika pintu belakang limusin bercat hitam mengkilat itu terbuka dan menampakan kedua penumpang yang duduk di jok belakang mobil.

Sepasang mata onyx L menatap tepat ke arah sosok asing pria paruh baya yang baru saja menyapanya dengan sangat ramah. L hanya diam tanpa berniat menjawab sapaan ramah Soichiro. Bukannya berniat untuk sombong atau apa, namun L yang bisa dikatakan antipati dengan kata bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sedang kebingungan untuk memberi reaksi apa.

"Soichiro Yagami, lama tidak berjumpa denganmu. Semenjak kasus besar itu terselesaikan, jadwal Beyond menjadi semakin padat hingga saya tidak sempat berkunjung kemari," tutur Watari panjang lebar. Seulas senyum samar terukir di wajah keriput yang telah termakan usia itu, ketika melihat kecanggungan anak asuhnya yang tidak terbiasa dengan lingkungan asing.

"Kalau begitu, mari masuk! Tidak baik berlama-lama di luar," ajak Soichiro seraya menuntun kedua tamu istimewanya itu ke dalam markas.

"Ruangan ini tidak banyak mengalami perubahan sejak terakhir kali saya bertandang kemari bersama Beyond," komentar Watari sedikit bernostalgia dengan masa lalunya ketika memasuki gedung berfasilitas lengkap itu.

Setelah melewati beberapa lorong panjang yang ada di dalam gedung markas penyelidikan itu, mereka pun sampai di ruang penyelidikan utama. Ruangan ini berukuran tidak begitu luas, namun tetap terasa nyaman. Barang-barang yang ada di ruangan ini tertata sangat rapi, tanpa secuil sampah yang berserakan.

"Silahkan duduk, L-kun!" perintah Soichiro pada tamu istimewanya itu.

L hanya mengangguk dan melangkah mendekati sofa yang terletak di sudut ruangan itu, meninggalkan Watari dan Soichiro sendirian. Sepasang mata hitam Soichiro melebar, ketika melihat gaya duduk—lebih tepatnya jongkok—L yang sangat eksentrik itu.

"Dia mirip sekali dengan Beyond," komentar Soichiro tanpa mengalihkan perhatiannya dari L barang sedetik pun.

"Tentu saja, Soichiro. Kau harus terbiasa dengan L yang bernotabene lebih merepotkan dari si psikopat gila itu," tutur Watari dengan memasang tampang lugu, sedangkan Soichiro hanya menatapnya dengan pandangan kosong.

"Setidaknya kita tidak perlu takut akan dimutilasi oleh orang sinting macam Beyond," imbuh Mogi membeo. Sebuah seringaian penuh makna terpampang jelas di wajah tampan L, ketika mendengar ucapan Mogi.

Pintu ruangan itu terbuka. Semua orang yang ada di ruang itu menoleh pada sosok pemuda tampan yang sedang berdiri di ambang pintu, tidak terkecuali L Lawliet. Entah mengapa, jantung L berdetak begitu cepat dengan napas yang terasa berat ketika memandang tepat ke wajah pemuda berambut sewarna karamel itu.

"Maaf, telah mengganggu waktu kerja kalian!" ucap pemuda bermata hazelnut itu meminta maaf. Suaranya yang halus, terasa amat menenangkan di telinga L.

Sepasang mata onyx L menatap intens pemuda bermata karamel itu. Dapat dilihatnya pemuda tampan itu melenggang masuk dan mendekati Soichiro yang sedang berdiri di dekat dinding kaca bersama Watari.

"Ada apa, Light?" tanya Soichiro pada putra sulungnya itu.

"Okaa-san menyuruhku mengantarkan ini untuk Otou-san," jawab Light sekenanya.

Soichiro pun menerima bungkusan yang dibawa Light dengan penuh suka cita karena mendapat makan malam yang khusus dimasakan oleh Sachiko untuk dirinya. Belum sempat Soichiro memperkenalkan Light dengan kedua tamu istimewanya, Light sudah keburu pamit pulang.

Blam.

Pintu tertutup dan sosok Light menghilang. Sepasang mata onyx L pun kembali menatap kedua pria berumur yang tengah mengobrol itu dengan pandangan bosan.

Watari dan Soichiro berjalan mendekati L yang masih duduk—jongkok—di atas sofa dengan tenangnya. "Tuan L, Anda akan tinggal di kediaman keluarga Yagami-san selama beberapa bulan sesuai dengan perintah Tuan Beyond." Suara berat Watari menyadarkan L dari lamunannya.

L menatap tepat ke arah wajah Watari. Raut wajahnya terlihat begitu datar tanpa ekspresi seperti biasanya. "Terserah Anda saja," jawab pemuda bermata onyx itu lirih.

Watari yang mengerti kekecewaan L pada kakaknya, hanya bisa menghembuskan napas pelan. "Ini semua untuk kebaikan, Tuan. Percayalah!" bisiknya tepat di telinga tuan mudanya.

Sepasang mata L melebar, ketika mendengar ucapan Watari itu. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Watari akan berani berkata seperti itu padanya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya titip L, Yagami-san. Saya percaya sepenuhnya kepada Anda, sama seperti saat saya menitipkan Beyond dulu." Itulah serangkaian kalimat yang disampaikan Watari, sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan itu dan juga L bersama dengan petugas kepolisian lainnya.

L hanya bisa menatap pintu yang telah tertutup itu dengan pandangan sendu. 'Cih! Kenapa psikopat gila itu selalu saja menyulitkanku?' keluh L dalam hati sembari meratapi nasibnya sekarang.

OooooooOooooooO

"Aku pulang!" seru Soichiro sembari menarik gagang pintu.

"Otou-san!" seru Sayu seraya berhambur kepelukan ayahnya yang baru tiba di rumah. Kepala Sayu mendongak tepat ke wajah ayah kesayangannya itu dan menampakan sepasang mata karamelnya. "Aku amat merindukan Otou-san," ucap Sayu dengan polosnya. Anak bungsu Soichiro Yagami memang masih terlihat lugu dan polos, berbeda sekali dengan kakaknya.

Wajah kaku Soichiro melembut dengan sudut bibirnya tertarik beberapa millimeter, membentuk sebuah senyum tipis namun hangat. "Kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam. L-kun, mari masuk!" ajaknya, seraya melangkah ke dalam rumah.

"Beyond?" tanya Sachiko ragu-ragu, ketika melihat sosok mirip Beyond berdiri tepat di samping suami tercintanya. Namun sedetik kemudian, wanita yang masih menampakan kecantikannya itu menyadari bahwa sosok yang ada di hadapannya itu bukan Beyond. Hal itu dapat diketahui karena perbedaan warna mata yang begitu mencolok antara L dan Beyond. L memiliki iris mata berwarna hitam legam segelap malam, sedangkan Beyond memiliki iris mata berwarna merah menyala seperti darah.

"Perkenalkan, ini L, adik kandung Beyond. Ia akan tinggal di sini selama beberapa bulan ke depan," jelas Soichiro tenang sembari memperkenalkan tamu kehormatannya pada istri tercintanya.

Seulas senyum tersungging di bibir ranum Sachiko. "L-kun, selamat datang di kediaman keluarga Yagami," ucapnya ramah pada L yang sekarang menjadi tamu istimewanya juga.

"Arigatō," ucap L singkat dengan nada datarnya. Sebenarnya ia ingin bersikap lebih ramah pada wanita paruh baya itu, namun kekurangannya dalam hal bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya menjadi penghalang terbesar pemuda tampan itu.

"Dimana Light?" tanya Soichiro ketika menyadari ketidakberadaan putra sulung kebanggaannya itu.

"Mungkin, Nii-san sudah tidur. Hari ini Nii-san terlihat kusut sekali," jawab Sayu memberi penjelasan kepada ayahnya.

Soichiro menghela napas panjang. "L-kun, mulai sekarang Anda akan sekamar dengan Light karena rumah ini tidak memiliki kamar tambahan. Apa L-kun tidak keberatan?" tanya Soichiro ragu. Ia takut kalau tamu istimewanya tidak setuju dengan keputusannya ini.

Tiba-tiba bayangan sosok pemuda tampan bersurai sewarna madu berkelebatan di dalam ingatannya. Seulas senyum samar merekah di bibir pucat L. "Terserah Anda saja, Yagami-san." Suara bariton pemuda tampan itu terdengar begitu datar, namun tidak dingin maupun terkesan angkuh.

"Sayu, tolong antarkan L-kun ke kamar Light!" perintah Soichiro pada putri bungsunya yang segera dijawab oleh anggukan. Tanpa menunggu perintah, L berjalan mengikuti Sayu menuju kamar Light.

"Dia terlihat begitu mirip Beyond. Kalau tidak karena perbedaan iris mata mereka yang begitu mencolok, mungkin aku tidak akan bisa mengenali keduanya dengan mudah," komentar Sachiko panjang lebar ketika sosok L dan Sayu sudah meninggalkan ruang keluarga.

Soichiro hanya tersenyum lembut, ketika menanggapi komentar istri tercintanya itu. "Kuharap, kepribadian Light yang mudah bergaul bisa membuat L menjadi lebih terbuka dan semoga saja Light senang karena mendapat teman baru," ucap Soichiro dengan penuh harap. Pria paruh baya itu pun memeluk tubuh mungil istrinya dan berlanjutlah adegan romantis suami-istri yang sangat harmonis itu.

OooooooOooooooO

"L-san, ini kamar Nii-san. Kalau L-san membutuhkan sesuatu, L-san bisa bilang pada Sayu ataupun Light-san," jelas Sayu seramah mungkin, sembari memperlihatkan seulas senyum indahnya pada L tepat diakhir kalimatnya.

"Arigatō," jawab L lirih.

"Aku permisi dulu, L-san," pamit Sayu seraya melangkah pergi.

L pun segera membuka gagang pintu kamar pemuda tampan bernama Light yang baru ditemuinya beberapa jam yang lalu. Sepasang mata sewarna batu obsidiannya menjelajahi kamar bertemakan warna putih itu. Pemuda berkulit pucat itu pun melangkah masuk dan menutup daun pintu, setelah itu baru menguncinya.

Kamar ini mungkin tidak seluas dan semewah kamar L di Inggris, namun entah mengapa L merasa tenang berada di kamar ini. Meja belajar, kursi, buku, dan barang-barang lainnya, tertata rapi sesuai pada tempatnya. Pandangannya terhenti pada sesosok pemuda berambut karamel yang tengah terlelap di atas ranjang berukuran kingsize dengan selimut tebal menyelimuti tubuhnya hingga bahu dan hanya meninggalkan wajah tampannya saja yang terlihat.

Ragu-ragu, L melangkah mendekati ranjang itu dan duduk di sisi kiri ranjang karena sisi kanan ranjang ditempati oleh Light yang sedang terlelap. Sepasang mata gelap L mengamati wajah bak lukisan tanpa cacat Light dengan seksama. Jemari lentik L membelai lembut wajah itu, seolah tidak ingin melukainya.

Seulas senyum indah yang jarang diperlihatkannya pada orang lain, terpampang jelas di bibir pucat L. "Kau nampak lebih cantik daripada tampan jika saya amati dari jarak sedekat ini, Light-kun." Suara baritone pemuda bermata onyx itu terdengar begitu lembut.

Didasari oleh naluri, pemuda berkulit pucat itu pun mendekatkan wajahnya pada wajah Light dan menghapus jarak diantara mereka. Bibir keduanya bertemu. L mengecup bibir tipis Light dengan sangat lembut karena tidak ingin mengganggu mimpi indah pemuda tampan itu. Dijilatnya bibir tipis itu sekali, sebelum L mengakhiri ciumannya. L pun masuk ke dalam selimut yang di pakai Light dan berbaring di samping pemuda tampan itu, sembari tangan kirinya memeluk Light dengan lembut.

"Selamat malam, Light-kun…," bisiknya lembut tepat di telinga kanan Light. Kedua kelopak mata L tertutup, menyembunyikan sepasang mata onyx. Kesadarannya pun berangsur-angsur berkurang, sampai akhirnya L terlelap ke dalam mimpi indahnya dengan sebuah senyuman tercetak di bibir pucatnya.

OooooooOooooooO

Lolley & Tha : Thanks for reading our fic. We hope you like this story. Please, leave some review, concrit, or comment! Don't leave us flame, plz, orz.

To be Continue