Oh My Rival : A War Begins!
"Inuzuka Kiba, C-"
"Hyuuga Hinata, C+"
"Haruno Sakura, C"
Suara Kurenai-sensei yang sedang membacakan daftar nilai hasil ujian Biologi kemarin terdengar bagaikan alunan lagu nina bobo bagi Shikamaru. Kepala pria itu selalu terasa berat melawan gravitasi. Hingga akhirnya sempurna mendarat di meja di mana dia berbagi dengan Yamanaka Ino. Yup, Ino gadis paling cerewet dan merepotkan di dunia itu memang sengaja dipasangkan oleh guru mereka, sebuah ironi yang cantik. Ironi? Jelas! Shikamaru dan Ino memang pada dasarnya adalah teman dekat sedari kecil, namun untuk banyak hal mereka tidak ada cocok-cocoknya sehingga menimbulkan ide sang ibu guru untuk menyatukan perbedaan mereka dengan menempatkan mereka di meja yang sama.
"Dasar malas! Beraninya kau tidur! Bagaimana kalau Kurenai-sensei melihatmu. Aku pasti akan kena imbas dari kemalasanmu itu, kau tahu kan—" Belum lengkap celotehan panjang Ino jari telunjuk Shikamaru sudah menempel lembut di bibir ranum gadis itu. Yah, setidaknya cukup sukses membuat gadis manis itu berhenti berkicau. Dengan pose masih tertidur, dan arah kepala menghadap Ino, Shikamaru kembali melanjutkan tidurnya.
"Kau harus dengar berapa nilaiku." gumam Shikamaru pelan. Senyuman sinisnya tertangkap jelas oleh mata Ino. Benar saja! tak lama berucap sombong seperti itu, Kurenai-sensei menyatakan hal yang mendukung alibi seorang pemalas bernama Nara Shikamaru itu, "Dan, ini dia jawara kelas kita untuk kesekian kalinya. Sejujurnya jika bisa, aku ingin memberikan lima tanda plus pada nilainya. Beri tepuk tangan untuk Nara Shikamaru, dengan nilai terbaik seangkatan yaitu A+"
Ino melongo. Bagaimana mungkin ada nilai A plus? Apalagi bagi Kurenai-sensei yang terkenal pelit dengan nilai. Batin gadis itu mulai ricuh, Shikamaru mendapat nilai yang benar-benar sempurna. Lalu bagaimana dengan nilainya? Ah, jujur Ino paling benci pelajaran Biologi karena urusan hafal-menghafal-analis-analisis apalagi dengan gaya mengajar Kurenai-sensei yang tegas luar biasa—terlebih dia mengarang bebas saat ujian kemarin. Yakin sudah, nilai ujiannya hancur dalam mata pelajaran ini.
Dan…
"Sayangnya, untuk nilai terburuk jatuh pada Yamanaka Ino. Ah, karena nilaimu paling buruk, jadi aku harap Nara Shikamaru mampu mengajarmu untuk mengejar nilaimu yang terlalu hancur itu."
'Tamatlah sudah aku' gumam Ino lirih, seraya mengarahkan matanya ke arah Shikamaru yang sedang tersenyum mengejek kepadanya. Duh!
Hujan turun dengan frekuensi yang stabil sore itu berhasil membuat atmosfir ruangan perpustakaan menjadi membosankan. Waktu menunjukan lima sore, perpustakaan memang sudah tutup sepuluh menit yang lalu namun karena Shikamaru menginginkan keheningan untuk mengajar Ino sehingga waktu tutup adalah waktu yang dia pilih sebagai waktu yang tepat. Rak-rak tinggi itu, keheningan ini makin membuat Ino merasa bosan dan tidak fokus. Cuaca yang dingin membuat Ino menggenggam tangannya untuk mengusir kedinginan, kemudian sekilas menatap jendela sekolahnya berharap waktu cepat segera berlalu. Mata birunya terpejam rapat menikmati ritme hujan yang mendamaikan.
CTEK!
Refleks Ino mengelus puncak kepalanya yang habis kena lempar pensil kayu oleh seseorang di hadapannya, "Aduh, sakit!" Ino menggerutu. Mendengar gerutuan Ino, sang pelaku tanpa ada rasa berdosa malah berpindah tempat duduk, hingga sekarang tempat duduknya tepat di sebelah Ino.
"Sudah kubilang, jangan melamun dan dengarkan. Jangan buang waktu berhargaku dan dengarkan!" dengan nada yang sombong dan menyebalkan Shikamaru kembali bercuap-cuap melanjutkan materi yang menurut Ino bagaikan sebuah dongeng tepat pengantar tidur.
CTEK!
Kali ini jitakanlah yang mendarat di puncak kepala Ino. Shikamaru hanya memasang wajah flat dengan senyuman licik tak kalah datar menatap Ino dengan aura geram karena merasa tidak diperhatikan.
"Kubilang dengarkan dan perhatikan." Ino menghela nafas, menahan rasa kesalnya. Gadis itu berusaha fokus mendengar celotehan Shikamaru tentang bagaimana siklus kreb berlangsung, tentang bagaimana metabolisme lipid-protein-dan blablabla. Tanpa sadar, mata Ino mulai terasa berat. Suara baritone Shikamaru dan alunan hujan yang terdengar pelan dari luar maupun hembusan air conditioner tak kuasa membuatnya untuk fokus pada belajar.
"Oi, bodoh. Buka matamu, apa kau tidak malu nilaimu paling hancur?" gerutu Shikamaru sambil menepuk kepala Ino dengan buku. Ino terbangun karena merasa kepalanya ditepuk dengan buku tebal bernama biologi itu.
"AH! SHIKAMARU BODOH! Itu sakit tau!" ujar Ino sambil mendaratkan jitakan ke kepala Shikamaru. Namun sayang, Shikamaru tidak mau kalah dia kembali menjitak Ino hingga Ino tidak bisa membalasnya.
"Kalau aku bodoh kenapa aku dapat nilai terbaik di kelas dan kau yang terburuk? Cih mendokusai!"
"Mana peduli aku. Yang jelas, caramu menjelaskan itu sangat membosankan. Seolah kau tidak ada niat-niatnya untuk mengajariku,"
"Ckk, mendokuse onna! Kau cukup mendengar dan mencatat bukannya mengkritik." Shikamaru kemudian kembali melanjutkan materi kuliahnya untuk Ino. Dan ino? gadis itu geram bukan kepalang. Kepalanya menolak mengarah dan fokus pada ucapan-ucapan Shikamaru, dan berharap Shikamaru bergegas menyudahi kuliahnya.
"Kau melamun lagi? Pantas kau dicap jadi manusia paling bodoh di kelas oleh Kurenai-sensei" Ucapan Shikamaru mendelik kasar ke relung hati Ino. Benar memang, dia bodoh dalam urusan hafal-menghafal. Tapi setidaknya Ino tidak bodoh disemua mata pelajaran. Nilai sastranya sangat baik! Yap, Ino benci hafalan tapi Ino suka sastra. Lebih baik menghafal vocabulary baru atau istilah bahasa daripada menghafal anatomi makhluk hidup ataupun siklus metabolism yang ingin membuatnya muntah saking banyaknya materi yang harus dipahami dan dihapal.
Menarik nafas panjang, Ino yang temperamental mulai terpantik, "BAIKLAH! Aku tahu kau itu pintar, cerdas, dewa dan blablabla ala omong kosong pujian dari guru kesayanganmu itu. Sudahlah, aku bisa belajar sendiri, dan akan kubuktikan padamu aku akan mengalahkanmu pada ujian Biologi selanjutnya!" dengan mata yang sedikit berair karena menahan kesal, gadis cantik itu mulai beranjak berniat meninggalkan Shikamaru sendirian di perpustakaan.
Shikamaru menaikkan alis matanya, "Apa kau yakin? Mengalahkanku?" Ucapan dalam Shikamaru memaksa Ino menghentikan langkahnya.
"Iya! Aku akan mendapat nilai terbaik tanpa perlu ada bantuan darimu. Aku akan mengalahkanmu, Nara Shikamaru!" Shikamaru tertawa, dan Ino hanya menatap Shikamaru dengan tatapan tidak percaya. Setidaknya, Shikamaru itu adalah sahabat kecilnya. Tega sekali dia menertawakan Ino seperti itu.
Shikamaru menghela nafas, memandangi Ino dalam dengan senyuman yang tak tertebak, entah tulus ataupun sinis, "Kepercayaan diri yang berlebihan hanya akan berakibat kegagalan jika itu tanpa persiapan."
Ino tersenyum jengkel mendengar ucapan bijak Shikamaru.
Gadis itu terkekeh sinis. Menatap pria menyebalkan dihadapannya dengan jengkel. Melempar balik ucapan dari sang lawan, "Dan kesombongan hanya akan berakibat kegagalan karena itu akan membuat orang buta akan potensi orang lain." Dengan begitu Ino melangkah keluar, meninggalkan Shikamaru sendirian di perpustakaan yang sepi dan dingin.
Well, perang dimulai!
-TBC-
entahlah saudara-saudara, saya ngebuat ini kayanya udah berbulan2 yang lalu. masih cacat tapi pengen ngeramein arsip shikaino yang udah tenggelem, mohon saran dan kritik jika pembahasaan ataupun penulisan yang masih kurang baik :) ah satu lagi, karakter ceritanya emang dibuat rada OOC dan ceritanya AU.
semoga, saya konsisten untuk buat chapter2 berikutnya. kehadiran episode selanjutnya ditentukan oleh ada atau tidaknya feedback/review. ayo repiewpiew yo reader :)
longlive Shikaino! and longlive CSIF :')
