My Dark Side

Disclaimer : Yamaha Corporation & Crypton Future Media

Warning : OOC, AU, dll ;-)

Sisi hitamku selalu muncul saat bulan purnama muncul. Aku tidak sadar kalau aku telah membunuh orang-orang di dekatku, dan ketika aku sadar orang tersebut sudah berada di pangkuanku tanpa nyawa lagi. Tanganku memegang pisau, dan pisau itu berlumuran darah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

Chapter 1 : Help Me!

Rin's PoV

Namaku Rin Kagamine, dan aku hidup di dalam sebuah lingkungan di Tokyo yang bisa dibilang baik dan punya penghasilan ekonomi keluarga yang baik. Aku punya keluarga yang menyayangiku, banyak teman dan seorang adik kembar. Tapi aku memiliki sebuah rahasia yang tidak bisa kuceritakan pada mereka. Aku... punya sisi hitam yang muncul dan merasuki tubuhku sejak beberapa tahun yang lalu.

"Tokyo, 10 Maret 2012. Sekali lagi muncul kembali seorang anak laki-laki yang menjadi korban pembunuhan yang sering terjadi pada tahun-tahun ini. Anak ini bernama Piko Utatane menurut keterangan terakhir sedang berjalan bersama teman masa kecilnya, Rin Kagamine. Tapi Rin tidak ditemukan di tempat kejadian. Korban kali ini juga mengalami luka yang sama, yaitu tusukan pisau pada bagian leher, dada, dan perut..." Berita dari radio itu terus bergema di kepalaku.

"Rin-chan, apa benar saat itu kamu sedang berjalan dengan Piko?" Pertanyaan Tou-san berhasil membuatku tersentak.

"Rin-chan?" Aku menoleh ke arah Tou-san dan berusaha tersenyum, senyuman palsuku.

"Saat itu aku sudah berpisah dengannya di depan gang. Aku tidak tahu apa-apa. Aku mau masuk ke kamar dulu, ya." Aku pun masuk ke kamar. Aku tahu Tou-san curiga padaku, tapi kalau aku menanggapi Tou-san akan semakin curiga. Aku pun tiduran di atas kasur dan memeluk bantal kesayanganku. Kadang aku merasa kalau memang lebih baik kalau aku meninggal saja.

"Halo, Rin-chan! Kenapa kamu menutup wajah manismu dengan bantal itu?" Aku kenal suara itu. Penyebab segala kekacauan ini sekaligus sisi gelapku, Rinto Kagamine.

"Diam, Rinto! Kau iblis! Kenapa harus Piko-kun?", teriakku pada sosok roh halus yang mirip denganku ini.

Dia masuk ke kamarku suatu malam beberapa tahun yang lalu dan berkata akan memberiku kejutan. Setelah itu aku tidak sadarkan diri dan ketika sadar, Teto Kasane, sahabat karibku tergeletak tidak bernyawa dengan luka yang sadis bagiku. Ketika itu Rinto muncul kembali dan tersenyum sambil berkata,

"Ini kejutannya, Rin-chan! Selamat! Kamu telah membunuh Teto-chan, ups! Bukan kau, tapi aku dengan meminjam tubuhmu!" Ketika itu aku menangis, tapi Rinto malah tertawa.

"Baka! Kalau kamu menangis, aku akan semakin senang! Kesenanganku adalah membunuh orang yang bisa membuatmu menangis saat kehilangan mereka." Aku tertegun. Jadi... ini semua adalah salahku? Teto menjadi korban karena ia sahabatku?

Saat ini aku sedang menatap tajam ke arah iblis yang sedang tersenyum di hadapanku. Kemarin dengan "sukses"-nya dia berhasil merasukiku dan membunuh Piko. Ini salahku, kenapa aku dengan santainya berjalan bersama Piko di malam bulan purnama, di mana Rinto akan menjadi lebih kuat dari biasanya. Aku hendak melempari Rinto dengan bantal, tapi Rinto mencegahku.

"Ah-ah! Aku ini roh, kau ingat? Memukulku dengan bantal akan sia-sia.", katanya sambil menggerakan telunjuknya dan tersenyum manis, tapi terpancar hawa jahat. Dia menatap mataku yang mulai berair.

"Hahaha! Lagi-lagi aku berhasil membuatmu menangis. Jadi, pemenang dari permainan ini adalah Rinto Kagamine!" Aku tidak tahan lagi! Aku menyerang Rinto, tapi dia sudah menghilang entah ke mana. Aku jatuh terjerembab ke lantai kamarku sambil menangis. Siapapun, tolong aku!

Esok paginya, aku dan Len, adik kembarku berangkat sekolah seperti biasa. Di tengah jalan kami bertemu salah seorang senpai kami, Kaito Shion.

"Ohaiyo, Kaito-senpai!", sapa kami bersamaan. Kaito-senpai membalas sapaan kami sambil tersenyum.

"Ohaiyo, Rin-chan, Len-kun." Ya. Senyumannya itulah yang telah membuatku menaruh suatu perasaan spesial padanya. Yah, kurasa aku jatuh cinta pada Kaito-senpai. Len melirikku dan tersenyum licik.

"Cieee... Barusan melihat angel's smile-nya Kaito-senpai, ya?" Len memang tahu kalau aku menyukai Kaito-senpai. Sampai gara-gara itu juga, dia rela melepas Kaiko, orang yang ia sukai sekaligus sepupu Kaito agar hubunganku dengan Kaito bisa berjalan lancar. Makanya, bagaimanapun caranya aku harus menjadikan Kaito pacarku.

Len's PoV

Ketika melihat senyuman Kaito-senpai, sebenarnya hal yang terlintas di pikiranku adalah Kaiko-chan. Aku memang menyukai Kaiko, tapi aku yakin kalau rasa sukaku ini tidak sebesar rasa cinta Rin pada Kaito-senpai. Lagipula aku ingin melihat Rin bahagia.

Tapi, sebenarnya tadi malam aku mengintip ke kamar Rin karena mendengarnya berteriak-teriak. Aku pikir mungkin dia terpukul karena Piko meninggal. Padahal itu pertemuan pertama mereka setelah 3 tahun tidak bertemu. Aku melihat Rin berteriak-teriak sambil memegang bantal di atas kepalanya. Saat dia terjatuh, sebenarnya aku ingin sekali menolongnya. Tapi kalau aku menghampirinya Rin akan marah karena aku sudah mengintip kamarnya sembarangan.

Saat melihat Rin menangis semalam, diam-diam aku ikut kecewa. Apa semua pengorbanan yang telah kuberikan padanya sia-sia? Aku melirik ke arah Rin yang saat ini sedang blushing. Dia memang benar-benar menyukai Kaito-senpai, ya.

"Rin-chan..."

"Doushite?"

"Apa semalam kamu menangis?" Rin terlihat terkejut mendengar pertanyaanku. Aku menatapnya, dan sepertinya Rin merasakan tatapanku. Dia menoleh dan tersenyum. Aku tahu senyumnya itu palsu, tapi aku memutuskan untuk diam.

"Ya, tapi sekarang sudah tidak apa-apa lagi." Lagi-lagi tatapannya itu memancarkan kepalsuan. Tolong, Rin. Kita ini saudara kembar dan kamu tidak perlu menyembunyikan apapun dariku! Rin hanya memiringkan kepalanya saat menatap mataku yang penuh harap. Sudahlah, lebih baik kami cepat-cepat berangkat ke sekolah.

Di depan kelas kami, tepatnya Rin langsung dikerumuni teman-teman sekelas. Kematian Piko yang baru datang dari Amerika memang sangat mengejutkan dan tidak disangka-sangka.

"Rin-chan, katanya kamu sedang bersama Piko-kun? Kok dia bisa meninggal?" Rin terdiam. Aku tahu dia tidak mau menjawab pertanyaan itu. Jadi aku menggantikannya menjawab.

"Saat itu Rin dan Piko sudah berpisah, jadi Rin tidak tahu apa-apa.", kataku sambil tersenyum semanis mungkin. Semua anak hanya mengeluarkan kata "o" dari mulut mereka dan membubarkan kerumunan itu. Untung saja mereka tidak tanya apa-apa lagi. Setelah itu aku dan Rin duduk di kursi kami. Kami duduk bersebelahan, entah karena apa. Yang pasti ini bukan kemauan kami.

Ketika Gakupo-sensei masuk ke dalam kelas, aku langsung menyilangkan tanganku di belakang kepalaku. Pelajaran dari Gakupo-sensei biasanya memang membosankan. Aku memang paling malas dengan pelajaran yang satu ini, IPS. Ketika Gakupo-sensei menyuruh semua anak mengumpulkan PR, aku langsung terlonjak kaget.

Kemarin aku terlalu sibuk memikirkan Rin sehingga lupa mengerjakan PR! Aku menoleh ke arah Rin. Sial! Dia sepertinya mengerjakan PR. Parahnya lagi, sepertinya hanya aku yang tidak mengerjakan PR kali ini. Langsung saja aku dihukum di luar kelas, untuk yang pertama kalinya dalam seumur hidup.

Di luar aku berdiri sambil bersandar pada tembok. Walaupun sebenarnya aku disuruh berdiri dengan satu kaki, tapi aku tidak mau melakukannya. Memangnya dia pikir tidak capek apa? Aku bersandar dengan tangan dilipat di belakang kepala. Kenapa ya, rasanya belakangan ini banyak teman-teman Rin yang meninggal. Bahkan Lenka Kagamine, sepupu kami juga terbunuh dengan cara yang sama.

Saat kepalaku sedang dipenuhi dengan berbagai macam pemikiran, Gakupo-sensei keluar kelas dan memergokiku sedang bersenderandi tembok. Langsung saja aku diberi hukuman tambahan, membersihkan WC. Sial! Kepala sedang pusing malah diberi banyak hukuman!

Saat aku sedang membersihkan WC yang terakhir, bel pulang berbunyi. Kenapa aku sial sekali hari ini, sih? Pasti di rumah nanti aku kena marah karena pulang terlambat. Tiba-tiba Kaito-senpai masuk ke dalam toilet dan melihatku sedang sibuk dengan hukumanku.

"Len?" Aku melihat wajah Kaito-senpai yang sepertinya sedang blushing.

"Kenapa dengan wajah Kaito-senpai?" Kaito-senpai memegang wajahnya dan tersenyum.

"Tadi Miku Hatsune dari kelas 1-A menyatakan perasaannya padaku. Sekarang kami sudah jadian." Aku terkejut. Ternyata sekarang Kaito-senpai dan Miku-senpai sudah berpacaran? Bagaimana perasaan Rin kalau dia mengetahui hal ini? Tiba-tiba Kaito-senpai mengambil kain pel dan mulai membantuku membersihkan WC yang super kotor ini.

"Tidak usah repot-repot, senpai!" Kaito-senpai hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa. Anggap saja kamu beruntung karena aku sedang merasa bahagia saat ini." Ternyata Kaito-senpai memang menyukai Miku-senpai. Jadi dari awal Rin memang sudah tidak punya harapan. Hatiku rasanya sakit sekali. Ternyata pengorbananku melepas Kaiko-chan sia-sia. Jangan sampai Rin tahu hal ini!

Setengah jam kemudian aku selesai dan segera pulang.

"Arigatou, Kaito-senpai! Sayonara!"

"Sayonara, Len!" Aku segera berlari ke kelas untuk mengambil tas. Ternyata di dalam masih ada Rin yang sedang menunggu seseorang. Apa orang itu aku?

"Rin?" Rin menoleh ke arahku dan berdiri sambil membawa tasnya.

"Aku sedang menunggu Kaito-senpai. Hari ini kuputuskan untuk menyatakan perasaanku padanya!", katanya yakin. Ketika mendengarnya aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi Rin sudah keluar kelas sambil membawa sepucuk surat. Aku segera menarik tangannya dan mengajaknya pulang.

"Rin, kamu lupa ya? Hari ini cemilannya kue jeruk loh! nanti kamu tidak kebagian." Mendengar kata "jeruk" wajah Rin langsung berseri-seri.

"Ya sudah, besok saja deh!" Sekarang gantian Rin yang menarik lenganku untuk cepat-cepat pulang. Sebenarnya aku juga tidak tahu cemilan hari ini apa, tapi kali ini aku berbohong karena situasinya gawat! Tapi pasti aku langsung dipukul Rin kalau cemilannya ternyata bukan kue jeruk. Ketika sampai di rumah, Kaa-san langsung berseru pada Rin.

"Rin-chaaan... coba tebak, apa cemilan hari ini?" Rin langsung tersenyum dan menjawab dengan yakin.

"Kue jeruk kesukaanku!" Kaa-san terlihat terkejut mendengar jawaban Rin.

"Kok tahu? Padahal rencananya kejutan." Rin tersenyum sambil melirikku.

"Jadi Len sudah membongkar kejutannya Kaa-san, yaaa...?" Aku langsung gugup. Aku harus bilang apa? Aku kan cuma nebak doang.

"A-aku cuma nebak aja kok." Rin dan Kaa-san hanya mengeluarkan kata "o" dari mulut mereka. Kami pun menyantap kue jeruk yang sangat enak bagi Rin, dan biasa saja bagiku. Semoga saja besok cemilannya kue pisang. Setelah itu kami masuk ke kamar kami masing-masing. Aku berbaring di kasur sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika Rin sampai tahu kalau Kaito-senpai sudah berpacaran. Karena terlalu banyak berpikir aku pun jadi ketiduran.

Rin's PoV

Sebenarnya aku merasa ada yang aneh dengan sikap Len barusan. Kenapa dia seperti tidak mau kalau aku menyatakan perasaanku? Padahal selama ini dia selalu mendukung hubunganku dengan Kaito-senpai. Aku merasa ada yang aneh. Tapi saat aku mengintip ke kamarnya dia sudah tertidur. Jadi aku keluar rumah sebentar untuk menemui Kaito-senpai. Aku kan hapal jalan menuju rumahnya!

Saat aku sampai di rumah Kaito-senpai, hari sudah gelap. Kaito-senpai membukakan pintu rumahnya dan mata kami langsung saling bertatapan. Senyumnya yang manis juga langsung merekah di bibirnya.

"Rin-chan, mencari siapa?"

"Ng... maukah senpai menemaniku berjalan-jalan sebentar?" Anggukkan Kaito-senpai saat itu telah "sukses" membuat hatiku berbunga-bunga. Akhirnya kesempatan ini muncul juga!

Kami berjalan berdua di malam yang dingin, biasanya selalu ada Len yang terlalu over protective padaku, tapi sekarang aku bisa berjalan berdua saja dengan orang yang kusukai! Aku mengajaknya ke sebuah tempat yang sepi agar tidak ada yang melihat kami, terutama aku yang akan menyatakan perasaanku.

"Doushite, Rin-chan?" Aku meneguk ludah dan mulai memberanikan diri untuk melakukannya.

"Su-su..." Tiba-tiba aku mendengar suara Rinto tertawa.

"Pinjam tubuhmu ya, Rin-chaaan..." Seketika itu juga aku tidak sadarkan diri.

Ryu's (Author) PoV

Rin tersenyum licik. Tentu saja itu bukan Rin, melainkan Rinto yang merasuki tubuh Rin. Kaito yang merasakan firasat buruk menatap Rin lekat-lekat.

"Kamu kenapa, Rin-chan?" Rin tertawa terkekeh-kekeh dan segera menyerang Kaito dengan mendorongnya sampai membentur tembok. Rin mencekik leher Kaito sampai Kaito tidak bisa bicara.

"R-Rin... Rin-chan..." Kaito hanya bisa memegangi tangan Rin yang masih mengelilingi lehernya. Rin mengambil pisau yang sudah disiapkan Rinto dan menusuk Kaito berkali-kali dengan pisau itu. Tubuh Kaito berlumuran darah dan darahnya bermuncratan ke mana-mana. Ketika itu tubuh Kaito yang sudah tidak bernyawa lagi jatuh ke tanah dengan tragis.

Saat itulah Rin tersadar dan segera melihat Kaito yang terbunuh dengan cara yang bisa dibilang sadis. Rin tidak mampu berkata-kata lagi. Kakinya yang lemas langsung terjatuh karena tidak sanggup berdiri lagi. Dia menatap tubuh Kaito yang dipenuhi tusukkan pisau. Tangannya memegang sebilah pisau yang berlumuran darah.

Rin mulai meneteskan air matanya dan berteriak memanggil Kaito. Dia melempar pisau itu menjauh dari dirinya dan ia segera memeluk Kaito.

Rin's PoV

Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan, tapi iblis Rinto itu benar-benar kejam! Aku segera memeluk tubuh Kaito-senpai erat sambil menangis.

"Su-suki... suki daisuki..." Aku membisikkan kata-kata itu di telinga Kaito-senpai. Seketika itu juga Rinto muncul dengan senyuman khas-nya, senyuman licik.

"Lagi-lagi akulah pemenang dari permainan ini ya, Rin-chan?" Aku tidak bisa mengampuni perbuatan Rinto kali ini. Dia telah merebut nyawa orang yang kucintai! Aku mengambil kembali pisau tadi dan melemparnya ke arah Rinto. Tapi seperti yang sudah semestinya, pisau itu menembus sosok Rinto tanpa melukainya.

"Ah-ah! Aku ini roh, kau ingat?" Aku benar-benar kesal! Dengan berlinang air mata aku terus memaki-maki Rinto. Aku tidak sanggup berdiri. Kakiku terlalu lemas.

"Sepertinya permainan malam ini sudah selesai, ya? Sayonara, Rin-chan!"

"Tunggu pengecut!" Tapi terlambat. Rinto sudah menghilang dan Kaito-senpai sudah meninggal. Aku menangis sambil berteriak,

"Siapapun, TOLONG AKU!"

To be Continued

Ryu : Yak, kita berjumpa lagi di A/N. Kukira A/N di cerita I Will Follow You adalah yang pertama dan terkahir...

Rin : Oi, author sadis! Kenapa aku dijadiin pembunuh sih?

Ryu : Lho? Kan bukan kamu yang bunuh, tapi Rinto. Kenapa kamu yang marah?

Rinto : Kalau gitu kenapa aku yang mesti jadi hantu?

Ryu : Yah, Gomen deh Rinto-kun... aku lagi krisis tokoh nih...

Len : Terus, kenapa aku dibikin suka sama Kaiko? Aku kan suka sama... gak jadi deh.

Ryu : Gomen juga deh, Len-kun... kan udah dibilangin kalau aku lagi krisis tokoh. Oke, sampai jumpa di Chapter 2. Seperti biasa... (dibekep Len)

Len : Biar aku aja! Boleh minta Review? (smile )

Ryu : Huah! Tega kamu, Len! Aku gak bisa napas tau!