Part One
Luhan diterima menjadi panitia HUT Kampus dan dia masuk di tim acara. Bukan inginnya, Baekhyun dan Kyungsoo yang memaksanya karena Luhan tidak pernah aktif di kegiatan kampus. Sebut saja Luhan mahasiswi kupu-kupu, kuliah lalu pulang. Luhan hanya tidak suka beradaptasi dengan lingkungan yang baru setiap dia mengikuti acara. Abaikan, yang penting sekarang dia sudah memulai kepanitiaan pertamanya, dan artinya dia harus membagi fokusnya dari kuliah, apalagi dia tim acara yang sibuknya sungguh bukan main. Sebenarnya dia tidak mendaftar di tim itu, tapi karena tim yang ia daftar -konsumsi- sudah penuh jadi dia terdampar disini.
Luhan bukan orang yang tidak suka menunggu sebenarnya, tapi demi apa ini sudah hampir lima jam. Ayolah dia punya kegiatan lain yang harus dilakukan, mengerjakan tugas dan tidur-tiduran misalnya, tapi laki-laki itu membuatnya menunggu tanpa melakukan apapun yang berguna. Luhan mendesah kesal dan bangkit meninggalkan ruangan sempit itu.
Sebenarnya jam 10 pagi ini di hari minggu. Catat itu. Sehun -partner tim acaranya- -tim acara hanya dua orang yang demi apa mengesalkan sekali- membuat janji yang memaksakan Luhan untuk pergi ke ruang kerjanya untuk membahas konsepan acara. Sehun adalah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas yang sibuk, memiliki ruangan sendiri yang sempit, dan dia membuat Luhan yang sabar menunggu menjadi tidak sabar lagi. Setidaknya beri Luhan kepastian kalau dia tidak bisa datang agar Luhan tidak melewatkan jam makan siangnya. Dan baru saja Luhan menutup pintu itu, Sehun datang dengan rambut dan muka yang berantakan, nafasnya juga tersengal. Luhan hanya meliriknya sekilas lalu berlalu, berjalan dengan santai, rautnya juga dingin.
"Hey, Luhan. Mau kemana?" Sehun segera berlari dan berjalan sejajar dengan Luhan.
"Makan siang." Jawab Luhan dengan nada datar dan pandangan lurus kedepan.
"Tapi ini kan udah jam 3 sore." Sehun mengatakannya dengan nada bingung. Luhan menghentikan langkahnya, diikuti Sehun dan menghadapkan tubuhnya kearah Sehun.
"Sehun, kamu bego ya? Kamu bikin aku nunggu lima jam, tanpa melakukan apapun, makan siangku lewat, nggak balas pesan, nggak jawab telfon, bikin aku keliatan kaya orang bego, dan kamu masih nggak sadar, astagaaa." Luhan mengucapkannya dengan nada kesal dan desahan panjaang diakhir sambil menghitung kesalahan sehun dengan jari.
"Heh? Jadi kamu nunggu aku?" Sehun malah terlihat bingung. "Lupakan!" Luhan kesal dan membalikkan badannya menjauhi sehun, menuju gerbang fakultas matematika.
"LUHAN! TUNGGU AKU! AYO MAKAN BARENG!" Sehun mengejar Luhan dan menarik tangan Luhan menuju kedai Jjajangmyeon di dekat fakultasnya.
"Sehun kenapa seenaknya sendiri, lepas, dasar bego." Luhan mencoba menarik tangannya sambil mengumpati Sehun tiada henti.
"Bibi, Jjajangmyeon 3 sama cola 2 ya, cepet nggak pakai lama, pacar saya ngambek kelaparan."
"Sehun bego, jangan percaya dia, Bi. Lepasin Sehun." Bibi penjualnya hanya tersenyum.
"Luhan, udah diem, dijaga omongannya, mending duduk disini." Sehun mendudukkan Luhan disalah satu kursi. "Tunggu pesenannya dateng dan aku mau jelasin yang sebenernya." Luhan diam dan mulai memperhatikan Sehun yang beraut wajah serius.
"Jelasin apaan?"
"Oke, maaf buat kamu nunggu, aku ada rapat mendadak pagi tadi jam 9, aku gak mungkin gak dateng secara aku ketuanya, hape ku ketinggalan di kos, terus aku baru inget kalau ada janji sama kamu waktu rapatnya udah selesai dan terus langsung mau nemuin kamu, tapi kamu udah mau pergi,. Maaf juga bikin makan siang kamu telat, jadi aku yang teraktir makannya." Sehun mengatakannya dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan raut wajah menyesal.
Luhan masih diam dan menatap mata sehun dalam. Sepertinya Sehun tidak bohong.
"Hhh." Luhan mendesah kesal. "Oke, nggak papa lupain. Udah aku maafin. Nggak usah biar aku bayar sendiri." Saat itu pesanan mereka datang, dan si Bibi tadi pergi dengan mengucapkan selamat makan.
"Enggak, biar aku yang bayar biar menebus kesalahan aku, jadi dua Jjajangmyeon buat kamu sama satu cola."
"Sehun, sebenernya aku alergi Jjajang, kamu makan sendiri aja ya, aku juga gak suka minuman bersoda, aku mau pesen nasi ayam sama es jeruk aja." Luhan mengatakannya dengan tenang lalu pergi memesan makanan, tidak memperdulikan muka Sehun yang cengo.
"What? LUHAN! You're so..." Sehun telat shocknya, Luhan baru saja kembali dengan makanannya baru shock.
"Telat, Sehun." Sehun heran kenapa Luhan sangat tenang dan tidak merasa bersalah, malah Luhan mulai makan dengan tenang.
"Luhan, ini 3 porsi, dan kamu bilang aku makan semua? Heey! Jangan makan dulu, kenapa kamu nggak bilang kalau alergi." Sehun ngotot sekali.
"Sehun, kalau makan nggak boleh sambil ngomong. Kamu sok tau sih. Diem. Makan aja cepetan. Nggak enak kalau udah dingin. Katanya sih gitu. Udah ah makan. Selamat makan." Sehun tambah heran kenapa Luhan bisa se-innocent itu. Jadi, Sehun harus menghabiskannya? 3 porsi? 2 cola?
.
.
"Jadi, Sehun? Ayo bahas konsepan acara sekalian biar udah terus aku mau pulang capek."
"Bentar Lu, kenyang banget, gila." Sehun menyurutkan bahunya dan menyenderkan kepalanya di kursi sambil mengelus-elus perutnya.
Jadi tadi akhirnya Sehun makan Jjajangmyeon nya, tapi dipertengahan mangkok kedua dia nggak kuat dan kasih semangkok Jjajangmyeon sama satu kola ke pengamen yang lewat. Daripada dibuang sayang. Dan dia masih makan Jjajangmyeon yang setengah mangkok dengan susah payah, colanya juga dia habisin. Sehun itu orang yang nggak bisa membuang apapaun sembarangan, sayang katanya, mubazir, jadinya ya gitu deh kalau terlalu sayang, kekeyangan.
"Makanya makan nggak usah banyak-banyak, secukupnya aja." Luhan sih cuek, malah sekarang dia lagi mainan hapenya, nggak peduli tuh Sehun yang hampir meledak perutnya.
"Bahas besok aja ya." Sehun memelas pada Luhan
"Nggak mau, sekarang, konsisten Sehun." Dan Luhan nggak mau hari minggunya nggak dapet apa-apa.
"Oke, tapi dikosku aja ya."
"Kenapa nggak disini aja? Mana sih kosmu?"
"Konsep tahun kemarin di hape ku. Deket kok belakang masjid kampus. Aku kan bawa motor."
"Ah elah, mager aku Hun. Emang cewek boleh masuk?"
"Dasar tukang mager. Boleh. Bebas. Aman tenang aja. Anaknya ibu kos juga cewek kok. Di ruang tamu. Aku jemput deh, aku ambil motor. Nanti pulang aku anterin."
"Ngebet banget sih, Hun. Yaudah deh sono ambil. Aku sih juga ogah masuk kamar kamu."
"Siap! Tunggu ya. Eh tapi kekeyangan, susah jalannya, duh pelan aja jalannya. Sabar ya." Sehun yang tadinya berdiri jadi duduk lagi.
"Nunggu lima jam aja aku sanggup. Udah sana ambil. Keburu mager lagi."
.
.
.
.
.
"Ribet banget sih jadi tim acara." Luhan mengeluh setelah berjam-jam mereka membahas konsep acara tahun lalu.
"Emang gitu, acara gede juga sih soalnya, kamu belum pernah ya?" Sehun mulai menutup laptopnya dan ikut menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Hmm. Pulang ah Hun, keburu tutup kosnya." Luhan bangkit dan merapikan barang-barangnya.
"Tutup jam berapa? Bentar ambil kunci motor." Sehun lari ke kamarnya, yang sepertinya pintunya ada tulisan nomor 7
"Jam 10 sih." Kata Luhan saat Sehun sudah kembali dengan kunci dan jaketnya.
"Baru jam 9, Lu. Sial. Udah buru-buru."
"Hahahaha." Luhan malah ketawa riang.
"Udah ah yuk, aku anterin. Mana kosmu?" Mereka berdua keluar ke parkiran.
"Blok E, nomor 47A. Deket, jalan aja aku ya?"
"Sok deh, udah aku anterin. Mau beli makan sekalian. Mampir dulu pertigaan ya beli makan. Yuk naik." Sehun udah siap dengan motornya, yang menurut Luhan sih nggak cocok, soalnya Sehun pakai motor matic. Harusnya Sehun naik motor yang gede yang cocok sama tinggi badan sama bodinya. Tapi toh Luhan diem aja dan tetep naik.
"Yaudah."
"Makan sana aja ya. Kamu juga laper kan?"
"Serah deh, yang penting jangan sampai kosku tutup."
.
.
"Yakin makan mie lagi, Hun?" Luhan yakin Sehun pecinta mie. Masalahnya Sehun sama dia sekarang lagi makan kwetiau di pertigaan dekat blok C.
"Luhan. Kalau makan nggak boleh sambil ngomong. Diem. Makan aja." Sehun meniru ucapan Luhan tadi siang.
Luhan hanya mendengus dan memakan kwetiau rebusnya setelah mengucapkan selamat makan.
Dan sekarang mereka kekeyangan, lagi.
"Bentar ah ya Lu, kenyang." Lagi-lagi sehun menyurutkan bahunya dan menyenderkan kepalanya ke kursi kebelakangnya
"Hm. Aku juga." Luhan mengikuti kegiatan Sehun. Mereka berdua memejamkan mata
"Luhan, kemarin kamu bilang kuliah jurusan Seni Musik ya?"
"Iya, napa?"
"Pinter nyanyi dong?"
"Nggak sebagus Whitney Huston"
"Bisa main alat musik?"
"Bisa."
"Apa?" Sehun mulai tertarik dan menegakkan badannya, mencodongkan badannya dan menaruh kedua tangannya diatas meja. Luhan membuka mata
"Gitar, piano, biola, drum. Baru itu." Luhan mengatakannya dengan menekuk jarinya, lagi.
"Drum? Seriously?" Sehun terkejut.
"Iya, napa?" Luhan cuek banget sih. Sekarang dia merem lagi.
"Nggak papa." Sehun terkejut. Sangat. Maksudnya, Luhan itu cewek anggun, menurut Sehun, sangat anggun malah, setiap mereka ketemu pakai dress, yah baru beberapa kali sih ketemu, terus rambutnya panjang digerai bergelombang dibawah, ngomongnya alus, yah kadang cuek sih, tapi tetep aja imejnya Luhan tuh cewek anggun yang gitu deh. Sehun bingung jelasinnya. Tapi iya sih, dia anak seni musik, pantes, tapi dia hebat ya bisa main alat musik. Jujur aja, sehun cuma bisa main gitar yang sekarang udah nggak pernah dia mainin lagi, gitarnya. Sehun malu? Enggak! Minder aja, masa kalah sama cewek. Tapi kan tiap orang beda-beda.
"Yuk Hun, pulang." Tiba-tiba Luhan sudah siap mau pulang.
"Ah, ayo ayo. Biar aku yang bayar, gantiin yang tadi siang."
"Aku punya uang. Bayar sendiri-sendiri aja. Nih, uangku, kamu yang ngasihin ke kasir." Luhan menyodorkan uangnya ke Sehun.
"Serah deh." Sehun nyerah juga, dia ambil uang Luhan. Luhan keras kepala sih. Dibayarin nggak mau.
"Yuk."
"Jangan lupa PRnya ya Lu, ntar kita ketemu harus udah ada gambaran. Kapan kita ketemu lagi?" Mereka sudah ada dijalan sekarang. Luhan boncenganya miring.
"Hm. Aku usahain. Sabar ya ngadepin aku. Aku belum berpengalaman soalnya. Susah nyatuin jadwal beda fakultas, Hun. Kaya gini aja besok-besok, weekend. Sabtu apa minggu gitu."
"Yaaa, sabar kok. Minggu aja. Sabtu banyak acara mendadak."
"Yaudah, asal jangan bikin aku nunggu lima jam lagi."
"Iyaaa, duh maaf dong, aku nggak ulangin deh, kalau mendadak nggak bisa aku kabarin."
"Hmm."
"Maafin kan?"
"Iya. Tadi sore juga udah ngomong."
"Wah, Luhan emang baik, kaya malaikat."
"Apaan sih, Hun. Lebay." Luhan memukul punggung Sehun dengan keras.
"Aaak. Yaak. Sakit. Cewek bukan sih?"
"Cewek lah, tulen."
cewek kok mukul keras banget gitu.
cowok kok dipukul gitu aja teriak.
itu acting.
Ngeles, Udah Hun, itu warna biru kosku."
Sehun menghentikan motornya tepat didepan rumah yang dimaksud Luhan. Luhan turun.
"Makasih ya, Hun. Hati-hati pulangnya."
"Ya, sama-sama Lu. Pulang dulu ya, jangan lupa mandi. Hehe."
"Ck, apaan. Harusnya jangan lupa mimpi indah. Eh?" Luhan terkejut dengan omongannya sendiri. Sehun juga, tapi dia langsung mengerti.
"Ooh gitu, yaudah jangan lupa mimpiin aku." Sehun mengakhirinya dengan senyum dan mengusak kepala Luhan dengan gemas.
"Sehun bego, udah sana pulang." Luhan menudukkan kepalanya, dan mengibas-ibaskan tangannya.
"Iya ini mau pulang, sana masuk, mandi terus tidur, mimpi indah "
"Bodo." Luhan masuk tanpa melihat Sehun lagi. Entah kenapa Luhan jadi kesal dan marah dan malu? Sehun yang melihat kelakuan Luhan hanya tertawa dan meninggalkan kos Luhan.
Luhan masuk ke kamar kosnya dan disuguhi pemandangan Baekhyun dan Kyungsoo yang memonopoli TVnya. Mereka nggak punya TV dikamar mereka. Dan mereka sedang menononton drama korea yang Luhan nggak tahu apa judulnya.
"Eh, Luhan sudah pulang, tapi kok mukanya merah, kenapa?" Sambut Kyungsoo dengan muka yang sangat polos.
"Iya, sakit ya?" Baekhyun menghampiri Luhan, tapi Luhan malah melompat kekasur, berbaring, telungkup, dan teriak.
"Kenapa sih?" Baekhyun dan Kyungsoo duduk disamping Luhan. Luhan bangkit, duduk bersila, menghadap teman-temannya.
"Kalian tahu? Sehun?"
"Ya, kenapa? Kamu habis ketemu dia kan?"
"Aaaaaaaa AKU MALU." Luhan teriak lagi dan telungkup lagi diatas bantal, mukanya.
"Ha?" Apa-apaan banget Luhan itu, nggak jelas, Baek dan Kyung hanya cengo. Tapi ini wajar, Luhan memang nggak bisa bercerita dengan benar, nggak pernah, pasti ceritanya nggantung, kalau nggak ya nggak jelas alurnya.
.
.
.
"Serius?! Beneran?!"
"Waaaaaah"
Itu reaksi Baekhyun dan Kyungsoo setelah memaksa Luhan bercerita dengan benar dan kali ini nggak menggantung dan sedikit beralur jelas.
"Aduuh, gimana ini aku malu banget." Mereka sedang duduk bersila bertiga berhadapan sambil makan kripik setan level 0 yang gak pedes. Soalnya besok hari senin dan mereka nggak mau mules waktu dikelas.
"Kayanya Sehun suka deh sama kamu." Baekhyun yang ngomong gitu. Santai banget sambil nyomot keripik
"Ah elah, nggak lah, gombal aja dia Lu, jangan percaya." Kyungsoo yang nggak setuju, geleng geleng.
"Iya sih, aku juga ngapain ya bilang gitu, ah dasar mulut." Luhan mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Mending kamu sikapnya biasa aja, ntar kalau ketemu Sehun biasa aja, anggep aja gak terjadi apa-apa."
"Bener kata Byun, Sehun pasti udah lupa kok, cuma gombalan biasa aja, tapi kok Sehun baik banget sih. Calon pacar yang baik tuh."
"Kok kamu nglantur sih, Kyung. Udah ah sana kalian pergi, Lulu cantik mau tidur."
ah elah, belum selesai dramanya, masa harus nonton tayang ulang terus sih. Baekhyun menggerutu
Lulu lelah, inceees. Luhan menyamankan posisinya dikasur dan mulai menggelar selimut.
"Ck, iyeee kita pergi deh." Kyungsoo sudah beranjak dan membawa gulingnya.
"Yuk kyung, jangan lupa mimpiin Sehun ya, Lu." Itu Baekhyun yang bilang sebelum menutup pintu kamar Luhan.
"BERISIK BYUN. SANA PERGI. JANGAN DIINGETIN LAGI!" Suara Luhan menggelegar sampai ke lantai 1 dan 3, bahkan sampai rumah sebelah mendengarnya. Tapi Luhan tidak peduli, pokoknya dia mau tidur. Dia capek banget hari ini.
.
.
.
.
Apalah, Luhan hanyalah seonggok daging dipojokan ruangan sempit yang Sehun tempati. Lelaki itu sedang membahas sesuatu yang tidak Luhan tahu dengan seniornya, cewek. Raut wajahnya serius sekali. Tapi ini sudah lebih dari 10 menit dan Luhan terburu-buru. Tidak juga sih, masih ada 1 jam sebelum janjinya dengan BaekKyung, tapi entah kenapa setiap berurusan dengan sehun dia jadi nggak sabaran. Hey, ini jadwal rutin tiap senin LuBaekKyung untuk spa bersama, ekhem, maklum cewek, jadi dia tidak boleh melanggar kode etik persahabatan yang telah terlaksana lebih dari 3 tahun itu.
"Ekhem." Luhan memutuskan untuk berdehem dan menyela. Dan itu menarik perhatian Sehun sama seniornya itu.
"Maaf, boleh minjem Sehun nggak, Kak? Bukannya nggak sopan, tapi tadi saya udah kesini duluan dan diskusi saya sama sehun belum selesai, kayanya diskusi kalian lebih lama, jadi biar saya selesaiin dulu diskusinya sama Sehun ya, nggak lama kok, soalnya ada janji lain habis ini. Gimana kak?" Tanya Luhan dengan sopan dan nada memohon. Sepertinya berhasil.
"Oke deh, dek...?"
"Luhan kak."
"Oke maaf ya Luhan, kenalin aku Xiumin, panggil aja Minseok." Jawab senior itu dengan senyum yang sangat manis. Luhan membalas jabatan tangannya.
"Ah iya kak Minseok, salam kenal."
"Kalau gitu aku nungguin diluar deh ya, keluar dulu Sehun."
"Ya kak, sebentar ya." Sehun menjawab setelah Minseok menutup pintu.
"Ayo terusin, Hun, aku ada janji habis ini." Kata Luhan yang udah duduk didepan sehun.
"Janji sama siapa?" Sehun malah OOT
"Sama temen. Ayo, jadi hari terakhir acaranya gimana? "
"Emh oke. Itu udah kok kaya gitu, acara puncaknya konser. Tapi mending kita konsul sama tim acara tahun lalu deh."
"Nggak masalah."
"Kamu yang konsul, ya? Kamu tau kan aku gimana?" Tanya sehun dengan muka memelas. Luhan memutar bola matanya jengah.
"Iya tahu aku. Orang sibuk. Biasa aja mukanya, Hun. Bikin merinding aja."
"Tuh kan, Luhan emang malaikat." Sehum tersenyum lebar.
"Berisik." Luhan menunduk, pipinya tiba-tiba panas banget, pasti merah.
"Hehe. Yaudah ini aku kasih nomernya. Namanya Abang Yifan sama Mbak Tao. Baik kok mereka, tenang aja. Diajak ketemu juga gampang." Sehun menyerahkan kertas berisi dua nomor telepon beserta namanya.
"Tahun lalu juga dua orang di tim acara?"
"Iya, maka dari itu kita panitianya juga nggak banyak banget, karena tahun lalu lebih sedikit panitianya tapi acaranya sukses, gitu." Jelas sehun sambil menerawang.
"Aku nggak tanya itu." Jawab Luhan datar.
"Serah, Han. Seraaaah. Nanti kamu hubungin aku ya mereka bisanya ketemu kapan."
"Kenapa emang?"
"Kalau aku bisa aku usahain dateng, kalau ngga bisa nanti kamu sms aku hasil konsulnya gimana."
"Siap Pak Ket!" Jawab luhan dengan posisi tangan hormat.
.
.
.
Luhan
Sehun?
Sehun
Iya Luhan?
Luhan
Aku udah whatsapp Mbak Tao. Dia bilangnya besok selasa bisa gitu.
Sehun
Yaudah selasa aja kalo gitu. Bang yifan gimana?
Luhan
Kamu bisa besok?
Kak Yifan nurut Mbak Tao katanya.
Sehun
Bisanya habis jam 4. Gimana?
Sehun
Luhan?
Sehun
Luhan? Jangan bilang kamu tidur
Sehun
luhaaaan?
Luhan
Berisik. Mbak Tao bilangnya jam 3 aja. Aku bisa jam segitu. Kamu nyusul deh.
Aku belum tidur, sumpah kamu berisik, sabar napa
Sehun
Hehe maaf. Yaudah nyusul kalo bisa. Dimana?
Luhan
Di foodcourt sebelah fakuktas ekonomi. Jangan pehape, mau dateng apa enggak?
Sehun
Judesnya ini orang. Iya tuan puteri yang cantik jelita, dateng kok dateng. Udah gih sana tidur, mimpiin aku ya
Luhan
Baru tau? Aku bukan tuan puteri, jangan molor. Siapa kamu ngatur-ngatur? Sudi amat.
Sehun
Udah tau kok. Shap! Aku koor mu loh. Nggak usah tsundere gitu deh.
Luhan
Kan Cuma koor. Sok tau banget sih, siapa juga yang tsundere.
Sehun
Oh jadinya mau lebih dari koor?
Luhan
Sehun
Nggak bales berarti iya
Sehun
Luhan? Tidur ya?
Sehun
Yaah, yaudah deh, selamat tidur partner
Sehun sialan. Luhan diam-diam tersenyum membaca pesan pesan dari Sehun. Ah, panas sekali rasanya, tapi hatinya sangat hangat. Dia belum tidur sebenarnya, tapi bingung mau bales apa lagi. Tapi dia akhirnya mengetikkan balasannya untuk Sehun dan menutupi dirinya dengan selimut dan tidur. Nggak 12ias tidur sih kayanya.
Luhan
Selamat tidur juga koor
.
.
.
.
