Eh? Astaga!
.
.
.
Naruto hanya milik Kishimoto sensei, aku hanya meminjam karakternya saja.
Pairing: NaruHina
Genre: Romance and humor
.
.
.
"Oi teme! Apa benar kenalanmu itu akan datang?" seru Naruto tidak sabaran.
"Sabar dobe, masih kurang lima belas menit sebelum waktu pertemuan. Gadis itu pasti datang." balas Sasuke melirik jam tangan mahalnya.
Naruto tidak membalas Sasuke. Ia lebih memilih mengedarkan pandanganya pada di sekitar tempat yang ribut itu. Musik bergema dengan lantang namun jumlah orang di klub itu masih bisa dihitung dengan jari. Kalau bukan karena ajakan Sasuke yang ingin menemui kenalan dunia mayanya, Naruto akan lebih memilih tidur dari pada berada di tempat yang sebentar lagi akan dipenuhi dengan bau alkohol ini.
.
.
.
.
"Apa kau yakin ini tempatnya Sakura-chan?" tanya seorang gadis manis berwajah bak boneka porselen pada temannya yang berambut gulali imut.
"Benar ini tempatnya Hinata-chan. Ayo masuk." ajak Sakura setelah melihat ponselnya.
"Ta-tapi, apa tidak berbahaya? Lagi pula kau juga tidak mengenal pria itu bukan? Kita pulang saja." Hinata menghentikan jalannya.
"Sekarang memang belum, tapi sebentar lagi aku akan mengenalnya. Jangan berfikir negatif Hinata-chan, ini baru jam delapan. Klub malam akan ramai setelah jam sepuluh lebih." ujar Sakura mencoba membujuk Hinata. Namun melihat Hinata masih diam Sakura memilih trik selanjutnya.
"Atau, kalau kau tidak mau masuk aku sendiri yang akan menemuinya." ujar Sakura lagi karena tidak melihat adanya respon Hinata sambil melenggang masuk.
Hinata menatap pintu masuk klub malam itu dengan waspada. Jika saja bukan karena Sakura adalah sahabatnya ia tidak akan mau melangkahkan kaki masuk ke tempat yang menurutnya berbahaya itu untuk mengikuti Sakura.
.
.
.
.
"Mana minumanku?!" tanya Naruto gusar. Tengorokannya kering karena belum minum apapun sejak pulang kantor tadi.
"Oi dobe, sabarlah sedikit." balas Sasuke yang berkutat dengan ponselnya. Mengetik beberapa kata lalu tersenyum kecil. Sementara bartender menyajikan dua gelas yang isinya berwarna sama tapi berbeda.
"Terimakasih." ucap Naruto singkat kemudian menyambar gelas itu tanpa bertanya lebih dulu.
"Gadis itu sudah sampai." perkataan Sasuke membuat Naruto yang hampir menengguk minuman itu membatalkan niatnya.
"Mana teme?" safir Naruto berkeliling berupaya melihat orang yang Sasuke maksud.
"Masih diparkiran dobe. Katanya ia sedang membujuk temannya untuk masuk."
"Oh." Naruto berujar singkat dan melupakan minumannya.
.
.
.
.
"Kau mau aku menunggu di mana?" tanya Hinata menatap tempat remang-remang namun full musik itu. Memastikan bahwa tempat itu memang belum dipenuhi oleh orang-orang pecinta dunia malam.
"Di sana saja." Sakura menunjuk pojok kanan klub. Di sana ada sofa dan meja yang cukup tersembunyi.
Hinata mengangguk setuju dan kedua gadis itu berjalan santai menuju meja yang mereka mau. Beberapa orang menatap mereka aneh. Pasalnya karena kedua gadis itu mengenakan pakaian yang sangat sopan untuk sebuah klub malam. Sakura memakai dress pink selutut kemudian luarnya masih dibalut jaket pink kesayangannya. Sedangkan Hinata mengenakan rok span selutut, blaser putih dengan dalaman ungu pucat. Bisa dipastikan mereka berdua juga baru pulang kerja.
"Sebelum aku pergi kau pesanlah sesuatu dulu." tawar Sakura.
"Tidak usah Sakura-chan. Mungkin semua yang ada di sini mengandung alkohol." tolak Hinata.
"Ayolah, aku yang traktir." Sakura masih gigih menawarkan meskipun Hinata menolak. Sakura merasa tidak enak karena Hinata menunggunya tanpa apapun. Setidaknya segelas air putih bisa menemani Hinata.
"Bagaimana dengan coklat? Sekotak coklat pasti aman bukan?" saran Sakura. Hinata menimbang-nimbang tawaran Sakura. Di dalam tasnya ada jus jeruk botolan yang dibelinya tadi. Lagi pula kecil kemungkinan coklat mengandung kadar alkohol tinggi. Pasti kadarnya rendah ditambah lagi Hinata tidak ingin terlalu banyak berfikir sebab Sakura pasti akan terus memaksanya.
"Baiklah, itu saja."
"Oke akan ku belikan, tunggu sebentar ya." Sakura berujar riang lalu beranjak untuk membelikan sekotak coklat bagi Hinata. Semenit kemudian Sakura datang membawa pesanan Hinata.
"Terimakasih Sakura-chan." ujar Hinata sembari menerima coklat dari Sakura.
"Hm, sekarang aku pergi dulu. Sasuke pasti sudah menungguku." Sakura langsung pegi setelah mendapat anggukan setuju Hinata. Hinata bersikeras tidak mau ikut menemui kenalan Sakura. Ia hanya ingin menemani Sakura dan mengawasi lewat ponsel dan jika sampai Sakura tidak membalas pesannya Hinata akan langsung mencarinya dan menyeret Sakura dari tempat itu.
'Um, rasanya sedikit aneh. Apa karena coklat ini mengandung sedikit alkohol ya? Tapi rasanya enak.' batin Hinata sambil memakan sebutir coklat. Meski rasanya aneh Hinata tetap memakan coklatnya yang lain seolah sudah kecanduan. Hinata yang polos itu malangnya tidak tahu jika enam butir coklat sebesar telur puyuh dalam kotak itu mengandung alkohol yang cukup tinggi untuk membuat mabuk.
.
.
.
.
"Arghhh! Teme kenapa gadis itu lama sekali sih?!" seru Naruto tidak sabar.
"Yang punya janji itu aku dobe. Kenapa malah kau yang tidak sabaran?"
Naruto membalas perkataan jutek Sasuke dengan dengusan sebal. Kemudian tangannya meraih gelas yang tadi diletakkannya dan meminum isinya sekali teguk karena rasa haus kembali melandanya.
"Huek! Rasanya aneh sekali! Bukannya tadi aku minta soda?" Naruto mengeluh karena minuman itu bukannya meredakan rasa hausnya malah membuat tenggorokkannya serasa terbakar karena pahit.
"Apa? Aneh?" Sasuke yang terkejut mendengar keluhan Naruto langsung mengambil gelas yang masih berisi dan mencicipinya sedikit.
"Kau benar-benar bodoh dobe! Mestinya kau coba sedikit dulu bukan langsung menghabiskannya. Ini minumanmu yang kau minum tadi itu alkohol milikku."
"Apa?!" teriak Naruto lalu menyambar gelas di tangan Sasuke.
"Aku pesan minuman yang sama lagi." pinta Sasuke pada bartender. Sedang Naruto menengguk minuman yang seharusnya dengan lega.
"Kau benar teme. Aku juga pesan soda satu lagi." ujar Naruto meletakkan gelasnya kembali.
Drrtt... Drrtt...
Sasuke hampir menengguk minumannya yang baru ketika ponselnya bergetar. Refleks Sasuke meletakkan kembali minumannya di sebelah gelas Naruto yang juga sudah diisi.
"Dia sudah di sini dobe." kata Sasuke membaca deretan kata di ponselnya dengan senyuman kecil.
"Kali ini dia benar-benar sudah masuk kan?" Naruto bertanya ketus. Ia masih kesal karena gadis itu lama sekali. Perlahan Naruto mulai merasakan kepalanya berdenyut-denyut dan perasaannya mulai tidak karuan. Tentu saja ini karena efek minuman Sasuke yang kadar alkoholnya cukup tinggi diminumnnya tadi.
"Itu dia orangnya." Sasuke berdiri menyambut gadis berambut pink yang sedang melambaikan tangan padanya.
'Oh, ternyata gadis itu.' batin Naruto mengamati Sakura yang mendekat.
"Hai, aku Haruno Sakura." Sakura memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan.
"Uciha Sasuke." balas Sasuke menyambut tangan Sakura.
"Dobe, ini dia gadis itu." Sasuke menggeser badannya membiarkan Sakura melihat Naruto.
"Aku Haruno Sakura." Sakura memperkenalkan dirinya pada Naruto.
"Uzumaki Naruto." balas Naruto dengan senyuman lima jarinya. Sasuke mengernyitkan dahinya heran namun ditepisnya jauh-jauh pemikiran negatif tentang sahabatnya itu.
"Ayo duduk." Sasuke mempersilahkan Sakura duduk di sebelah kanannya.
"Mana temanmu?" tanya Sasuke basa-basi setelah Sakura duduk.
"Dia tidak mau ikut bergabung. Temanku itu pemalu, dia menungguku di meja yang ada di pojok." Sakura menunjuk arah meja Hinata yang tidak kelihatan.
Sasuke dan Sakura mulai asyik dengan obrolan ringan mereka dan melupakan Naruto. Sementara Naruto merasa kepalanya makin berat dan pusing. Inilah salah satu alasan Naruto benci tempat hiburan malam. Ia tidak tahan alkohol.
"Mungkin aku harus minum lagi, siapa tahu perasaanku membaik." batin Naruto lalu kembali mengangkat gelas secara asal dan menenggaknya. Ketika minuman itu masuk dengan mulus melalui kerongkongannya Naruto terkejut karena salah mengambil minuman lagi. Wajahnya sudah memerah dan perasaannya mulai melayang.
Naruto mulai mabuk.
.
.
.
.
.
"Rasanya benar-benar aneh." guman Hinata pada dirinya sendiri. Apa yang dikatakannya tidak menyurutkan niatnya untuk menghabiskan bulatan coklat terakhirnya lalu menengguk jus jeruk botolnya sampai tandas. Wajah Hinata juga mulai memerah dan perasaannya melayang. Sepertinya ia juga mulai mabuk.
"Mungkin aku kelelahan dan butuh tidur. Aku harus pulang." batin Hinata seraya mengambil ponsel dari tasnya dan mengetik pesan berupa permohonan maaf untuk Sakura karena tidak bisa menemaninya pulang akibat kepalanya sakit.
Setelah memastikan pesannya terkirim Hinata lalu membereskan tasnya dan berjalan menuju pintu dengan oleng.
.
.
.
.
.
Sementara itu kepala Naruto makin berdenyut-denyut tidak nyaman namun ia masih sadar.
"Teme, aku pulang. Kepalaku sakit."
"Ah? Kenapa ce..." ucapan Sasuke terputus karena melihat rona kemerahan di wajah tan Naruto.
"Kau kenapa dobe?"
"Maaf teme, aku menghabiskan minumanmu lagi." balas Naruto menyesal sementara Sasuke menatapnya khawatir. Sasuke tahu Naruto tidak kuat minum, makanya dua gelas bisa langsung membuatnya mabuk.
"Hm. Masalahnya kau bisa menyetir dalam kondisi ini?"
"Aku masih sadar kok teme." ujar Naruto meyakinkan.
"Aku pulang dulu, ne, Sakura." pamit Naruto pada Sakura yang sedang membalas pesan Hinata.
"Sasuke, temanku juga pulang. Apa sebentar kau bisa mengantarku?" tanya Sakura penuh harap ketika Naruto berlalu.
"Tentu saja." Sasuke masih menatap punggung Naruto yang mulai menjauh. Kekhawatirannya dibuang jauh-jauh. Sasuke lalu menghadap Sakura lagi dan memulai percakapan mereka yang tertunda.
.
.
.
.
Naruto sekuat tenaga menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh karena kepalanya pusing. Naruto tersenyum bangga ketika berhasil mencapai parkiran, sekarang ia hanya perlu mencari mobilnya. Naruto baru saja akan memulai pencariannya ketika seseorang menabraknya dari belakang menyebabkannya hampir tersungkur. Untung saja refleksnya masih bekerja sehingga Naruto bisa menjaga keseimbangannya da juga menangkap orang yang menabraknya. Sedangkan orang itu sudah pasrah karena tahu ia akan bercengkrama dengan aspal. Namun anehnya ia tidak terjatuh malah merasakan ada tangan yang menangkapnya.
.
.
.
Hinata berjalan dengan oleng. Bau alkohol mulai menguar dan menyebabkan pusing di kepalanya makin menjadi. Pandangannya berbayang karena rasa pusing. Saat mencapai parkiran Hinata tidak sengaja menabrak seseorang. Hinata menutup matanya pasrah akan terjatuh. Namun yang dirasakannya bukanlah dinginnya aspal. Melainkan tangan hangat yang kekar. Saat itulah Hinata membuka matanya.
.
.
.
.
Safir bertemu amyst. Pandangan mereka beradu cukup lama mengakibatkan rona di wajah mereka yang awalnya akibat alkohol makin memerah. Jantung mereka berdebar kencang. Tentu saja karena mereka masih setengah sadar.
Naruto menatap gadis berambut indigo dirangkulannya. Mata ungu pucatnya yang indah, kulit putih susunya, hidung mancung kecilnya, pipi tembem imutnya yang kemerahan, serta bibir mungilnya yang berwarna peach. Satu kata yang terfikir oleh Naruto. Cantik. Gadis ini sangat cantik.
Sementara Hinata turut memandang pria yang menangkapnya. Iris biru yang indah. Memancarkan ketegasan dan kehangatan. Tulang pipinya yang keras namun dengan pipi chubby. Pria ini sangat tampan dan juga mempesona.
Entah mengapa dan bagaimana, perlahan namun pasti kedua wajah mereka makin dekat menyisakan beberapa senti. Sedetik kemudian mereka saling tersenyum kemudian bibir mereka menyatu. Awalnya hanya menempel, namun Naruto mulai mengecup, menjilat, serta mengulum bibir Hinata. Membuat Hinata membalas perlakuan Naruto. Walaupun awalnya mereka masih kikuk namun beberapa detik kemudian ciuman mereka berubah menjadi ciuman panas.
Lucunya itu merupakan ciuman pertama bagi Naruto dan Hinata. Dan lebih lucunya mereka berciuman tanpa mengenal satu sama lain.
Ya, mereka tidak saling mengenal.
.
.
.
.
.
Hohoho!
Nana kembali lagi.
Pertama-tama Nana mohon maaf karena Small Bride belum bisa dilanjutkan. Alasannya cukup konyol sih. Nana malas membuat ulang karena itu akan berbeda dengan yang pertama. Ketikan pertama itu ada di lappy tapi lappyku masih sakit. Belum diobati. Tapi, tenang saja kok, Small Bride tidak akan berhenti di tengah jalan. Hanya saja updatenya lelet.
Ini masih prolognya.
Bagaimana menurut para readers yang budiman?
Masih kurang panjang?
Iya memang sengaja biar kalian penasaran. *ditimpuksendal
Yah, namanya juga prolog jadi pendek.
Di sini idenya berbeda dengan Small Bride yang polos. Di sini NaruHina lebih um, dewasa. Jadi, mereka sudah mengerti konsekuensi dari apa yang mereka perbuat.
Lemon?
Oh, rahasia...
Pokoknya ini beda. Tunggu saja kejutannya.
Akhir kata mohon tinggalkan review. Terserah mau kritik yang sepedas cabe atau saran yang sepanjang rambut Hinata (?). Pokoknya silahkan tinggalkan jejak untuk penyemangat Nana. Flame juga boleh. Berhubung Nana di duta juga sering kena flame jadi bisa dipastikan Nana tahan banting.
Nana permisi.
Salam,
Nana.
Spoler next chapter
"Ki-kita mau kemana tuan?"
"Jangan panggil aku tuan. Namaku Naruto nona."
"Eh? Astaga! A-apa yang telah kita lakukan?"
"Maaf mengganggu, tapi jangan berbuat mesum di sini tuan."
