Seorang namja cantik dengan mata sembab terlihat duduk sambil menatap kosong kearah altar didepannya. Sementara seorang namja lain disebelahnya mengusap-usap surainya pelan.

"tidak apa-apa Luhan-ah."

Namja cantik yang dipanggil Luhan itu menoleh ke samping kanannya. Lalu menghembuskan nafas kasar bersamaan dengan matanya yang menyipit sinis. "tentu tidak apa-apa."

Namja yang menenangkannya tadi mencubit pipi gembilnya pelan. "ayolah! Adikku yang cantik tidak pantas menangisi namja bodoh sepertinya."

Luhan menggembungkan pipinya imut. "aku namja dan aku tampan, Zhoumi hyung!"

Namja yang dipanggil Zhoumi itu terkekeh. Adiknya yang menyebalkan telah kembali.

Luhan kembali memfokuskan pandangannya kearah depan. Bersamaan dengan terucapnya janji suci antara mantan kekasihnya dengan gadis lain yang sebenarnya tidak jauh lebih cantik dari Luhan.

"dia bahkan tidak lebih cantik dariku." Gerutu Luhan pelan.

Zhoumi yang berada disebelahnya berdecak pelan. "kau namja dan kau tampan, Lu."

"kau bilang tadi aku cantik!" Luhan menuding Zhoumi dengan suara yang bisa dibilang keras. Membuat tamu undangan sontak menoleh kearah dua bersaudara itu. Tidak terkecuali dua orang yang tengah berada di altar.

Sang pengantin pria tersenyum manis melihat tingkah mantan kekasihnya itu. Senyuman yang membuat mata rusa Luhan kembali berkaca-kaca.

"Sudahlah aku mau jalan-jalan!" katanya ketus lalu beranjak dari tempat duduknya. Mengabaikan teriakan Zhoumi yang memanggil namanya.

.

"namja bodoh! Apa sih yang dilihatnya dari wanita itu? Okelah dia kaya! Aku juga kaya! Dia cantik! Aku bahkan lebih cantik darinya!" Luhan berjalan tergesa-gesa sambil mengusap-usap airmatanya yang terus turun tidak mengenal situasi dan kondisi.

"tapi dia wanita." Desahnya pelan. Airmatanya lalu kembali turun seiring dengan semakin cepatnya langkah kakinya.

Luhan terus mengusap-usap matanya yang buram karena air mata. Mengabaikan kemana kakinya melangkah, beberapa kali ia bahkan tersandung. Sesekali ia mengumpati mantan kekasihnya itu dan beberapa kali juga mengumpati kakinya yang terus menerus tersandung.

Sampai akhirnya...

"KYAAAAAA!"

Teriakan melengking layaknya gadis-gadis yang hendak diperkosa meluncur dengan mulusnya dari bibir cherry mungil miliknya.

Luhan membuka matanya dan menyadari dirinya saat ini berada didalam sebuah.. lubang kelinci?

Luhan kembali merutuki dirinya yang tidak memperhatikan jalannya. Bagaimana dia bisa terperosok masuk kedalam lubang kelinci seperti ini?

Perlahan, ia mulai berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor karena terperosok tadi. Kepalanya menengadah keatas, berusaha mencari jalan naik. Namun, nihil. Jalan itu terlalu curam untuk dipanjat naik.

Mata rusanya kemudian mengedar memperhatikan keadaan di sekelilingnya sebelum akhirnya menyadari sesuatu. Kenapa lubang itu begitu luas? Apakah didalam tanah ada udara?

Lubang itu bahkan membentuk terowongan yang sepertinya jauh sekali. Mata rusanya melebar saat menangkap sesosok makhluk kecil yang mengintipinya dari balik tembok terowongan.

"hee.. heii.." Luhan baru akan menyapa sosok itu sesaat sebelum sosok itu mulai berlari menjauhinya dan memasuki terowongan.

Luhan menatap terowongan itu was-was. Bagaimana jika ada yang mengerikan didalam sana? Tapi jika dia tidak kesana dimana jalan keluarnya?

Akhirnya, mengabaikan segala pikiran anehnya, Luhan mulai berlari mengejar makhluk kecil yang berlari menjauhinya itu.

Luhan berhenti saat melihat sosok yang dikejarnya tadi ternyata adalah seekor... kelinci?

Seekor kelinci berwarna coklat, ukurannya setinggi pinggang Luhan saat berdiri, kelinci itu menatap Luhan dengan terkejut sampai kemudian memasuki pintu yang sepertinya merupakan ujung terowongan itu.

"Hei.. tunggu!" Luhan berteriak panik sambil menggedor-gedor pintu tempat menghilangnya kelinci tadi. Tangannya memutar kenop pintu tersebut, tetapi pintunya terkunci.

"eottohkae.." desahnya frustasi sambil mengusap wajahnya kasar. Naasnya adalah ponselnya tadi dititipkannya pada Zhoumi, jadi dia tidak bisa menghubungi kakaknya yang menyebalkan itu.

CRING

Sebuah suara mengganggu indera pendengarannya. Tidak jauh dari tempatnya terduduk, terdapat sebuah kunci berwarna emas. Dengan ragu, diambilnya kunci tersebut. Ia lalu berdiri dan memasukkan kunci itu ke lubang kunci di depannya.

KLIK

Luhan kemudian masuk ke dalam ruangan dibalik pintu itu. Tubuhnya sedikit berjengit kaget saat pintu dibelakangnya tiba-tiba terbanting menutup.

"MWOYAAA!" pekiknya kaget saat pintu itu sudah kembali terkunci dan Luhan semakin panik saat menyadari kuncinya berada diluar.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ruangan itu bercat putih susu dengan langit-langit yang berornamen kuno. Tidak ada yang aneh, kecuali kenyataan bahwa ruangan itu hampir saja kosong jika tidak ada meja kayu kuno yang berada di sudut ruangan.

Luhan meneguk ludahnya panik.

Ruangan.. apa ini?

~TBC~