Halooooo :D

Lagi-lagi ime buat fik SasuSaku untuk pemanasan hehe. Ide fik ini muncul pas ime lagi ujian praktek, makanya langsung ketik hehehe. Tapi tenaang.. Fik ime yang lainnya gak bakal di telantarin kok beuhehehe.

So,

Happy Reading !

Masashi Kishimoto is owner of Naruto.

Warning! : This story were full of OCC, miss Typo, and many of gajeless *?*

SASUSAKU!

.

.

"Pasti terlambat!" pekik seorang gadis. Gadis ini berlari begitu cepat, seakan tidak ingin kehilangan waktu walau sedetik.

Gadis ini berlari sambil membawa ransel kecil berwarna hitam pekat miliknya. Dan di ransel tersebut terdapat gantungan kunci yang bertuliskan 'Sakura' .

Haruno Sakura. Itulah nama gadis tersebut. Gadis ini memiliki rambut soft pink panjang yang sekarang dikuncirnya tinggi-tinggi beserta poninya, sehingga dahinya yang agak lebar terpampang jelas. Tetapi itu malah membuatnya terlihat seperti barbie. Tubuhnya tidak terlalu tinggi. Kulitnya putih bersih tanpa lecet sedikitpun.

Gantungan kunci yang bertuliskan nama panggilannya itu bergoyang-goyang ketika gadis itu masih berlari kencang.

"Sialan! Inilah gara-garanya jam mati masih dipajang di kamar!" Sakura hanya mengeluh dalam hatinya dan tetap berlari menuju sekolahnya yang tinggal beberapa puluh meter di depannya.

"WELCOME TO KONOHA JUNIOR HIGH SCHOOL" itulah kalimat yang terpampang megah di atas gerbang sekolahnya.

Sakura bersekolah di Konoha Junior High School atau bahasa Indonesianya adalah SMP Konoha. Sekolah ini pun sama seperti sekolah lainnya, cuman bedanya sekolah ini memiliki bagunan yang bagus dan lebih elit. Sehingga banyak anak-anak yang sudah lulus SD berlomba untuk memasuki sekolah ini. Tapi namanya saja sekolahan. Pasti ada murid yang tidak beres dan perlu dididik secara intensif. Tetapi dengan keberadaan murid seperti itulah sekolah menjadi berwarna, iyakan?

Teeeett Teeett Teeett Teeett.

Terdengar bunyi bel melengking tinggi di gendang telinga. Belnya ditekan empat kali, artinya kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.

"TUNGGUU!" teriak Sakura kencang-kencang sambil tetap berlari. Sepertinya keberuntungan enggan berpihak padanya. Padahal jarak Sakura dengan gerbang hanya tinggal tiga puluhan meter lagi, tapi bel keburu berbunyi.

Murid-murid yang masih berada di luar gerbang langsung masuk dengan tergesa-gesa. Sampai-sampai ada yang hampir terjepit di pintu gerbang saat pintu gerbang itu hendak di tutup. Memang Pak Satpam di sekolah ini termasuk killer, dan tak pandang bulu. Beliau selalu disiplin. Beliau tidak pernah membuka gerbang pada siapapun yang terlambat, termasuk para guru.

"Paman! Bukakan dong!" seru Sakura sambil menggoyang-goyangkan gerbang sekolahnya yang sudah tertutup. Tapi nihil, yang diajak bicara malah tidak menyahut dan dengan santai sang satpam meneguk segelas kopinya.

Sakura terus-terusan merengek pada satpam kejam tersebut. Sampai pada akhirnya Sakura pun menyerah.

"Cih, sialan." Sakura langsung berlari meninggalkan gerbang sekolahnya.

Sakura tidak kehabisan akal, dia memilih untuk memanjat gerbang bagian belakang sekolahnya yang tidak dijaga, karena sudah tidak digunakan untuk keluar masuk lagi.

Dengan susah payah Sakura memanjat gerbang yang cukup tinggi itu, kakinya saja sedikit tergores oleh ujung-ujung lancip yang sengaja dibuat di bagian atas gerbang sebagai antisipasi pencegahan maling.

Tap.

Akhirnya Sakura dapat menginjakan kakinya di dalam sekolahnya. "Satpam bodoh," ucap Sakura dengan wajah menyeringai licik.

Sebelum mengambil langkah, Sakura terlebih dahulu membenarkan seragamnya yang agak kumal, setelah merasa seragamnya sudah rapi, dia langsung mengambil langkah menuju kelasnya.

"Eits." Belum 2 meter Sakura berjalan—berlari , Tiba-tiba muncul seorang guru yang menghalangi jalan Sakura.

'Kurenai'

itulah yang tertulis di tanda pengenal guru tersebut. Sakura langsung bergidik ngeri. Lagi-lagi dewi fortuna tidak berpihak padanya.

.

O.o.O

.

"Ehem. Sakura! Kau ini seorang perempuan, apa pantas kamu memanjat pagar seperti itu? Dan juga kamu ini sedang ujian praktek! Kenapa malah sempat-sempatnya kamu terlambat? Kau seharusnya bisa mengatur waktu dan mengatur kelakuanmu itu! Mau jadi apa kamu kalau sudah tua nanti!" Kurenai—yang sedang duduk di kursi gurunya, langsung berceloteh panjang pada Sakura—yang sedang berdiri di dekat meja guru.

Sakura hanya mencibirkan mulutnya, tanda menantang kata-kata Kurenai barusan. Sakura memang seorang gadis yang bebal, kelakuannya tidak bisa disetarakan dengan gadis-gadis pada umumnya. Sakura cenderung bersikap seperti laki-laki, bahkan dia lebih senang berinteraksi dengan teman laki-laki daripada teman perempuan di kelasnya. Terkadang Sakura bersikap angkuh dan acuh dengan keadaan sekitarnya. Tapi kelakuan Sakura ini ada sebabnya, yaitu kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Hey! Jawab kata-kata ku!" seru Kurenai dengan gemas karena Sakura tidak mengeluarkan sepatah katapun padanya.

Sakura terlihat mendesah kesal, "Sensei, aku capek.." ucap Sakura dengan wajah lelahnya. Tentu saja dia lelah, rumahnya memang tidak terlalu jauh dari sekolah tetapi karena dia berangkat dengan berlari makanya dia kehabisan tenaga, apalagi tadi dia terpaksa memanjat pagar.

Kurenai hanya menghela napasnya, "Duduk sana." perintahnya. Sepertinya sang guru sudah tidak tahan memarahi anak bebal yang satu ini.

Teman-teman Sakura langsung menghembuskan napas yang sempat mereka tahan saat melihat 'adegan' menyeramkan tadi.

Sakura langsung menghempaskan bokongnya dengan kasar di permukaan bangkunya. Entah kenapa Sakura selalu duduk di deretan laki-laki. Di deretan ini , hanya dia saja yang perempuan. Padahal tempat duduk itu diatur dengan undian. Mungkin sudah takdirnya.

Sakura langsung mengeluarkan buku tulisnya, lalu mencoret-coret bagian terbelakang buku itu, kebiasaan kalau lagi badmood. "Kau seperti kera, ya? Suka memanjat." terdengar suara seseorang di sebelah kiri telinga Sakura. Tanpa menoleh pun Sakura sudah mengetahui si empunya suara.

Sakura langsung menatap sinis pada si empunya suara yang tidak lain dan tidak salah adalah Uchiha Sasuke. Teman sebangkunya. "Heh ayam jelek! Jangan ngomong sembarangan, ya! Atau kau ku sembelih sekarang juga!"

"Oh silakan saja! Kau kira aku takut padamu? Monyet berbulu pink? Monyet langka atau bisa disebut... Monyet cacat." jawab Sasuke dengan santainya lalu menggeser sedikit mejanya yang tadi berdempetan dengan meja Sakura. Dia memberi jarak. Walaupun cuma satu senti. Untuk apa? Entahlah.

Sakura terlihat sangat geram. Baru saja dia dimarahi gurunya, sekarang malah harus adu mulut lagi dengan 'teman' sebangkunya ini. Atau lebih bagus disebut 'musuh'.

"Jaga mulutmu ayam cacat! Coba deh jangan sok kegantengan!" seru Sakura dengan suara yang meninggi. Serentak seluruh murid dan juga Kurenai melirik ke arahnya.

"Loh, kok marah? Santai saja nyet."

"Ey! Kau ini mencari gara-gara terus denganku!"

"Cukup! Sakura! Sasuke!" Kurenai langsung melerai kedua anak buahnya ini dengan suaranya. Pusing memang memiliki anak buah yang hobinya berkelahi setiap hari. "Kalian ini bertengkar terus!" sambungnya lagi.

"Makanya sensei! Cepat pindahkan saja tempat duduknya jauh-jauh dari bangkuku!" seru Sakura dengan wajah sebal.

"Hn, kau saja yang pindah sana." jawab Sasuke dengan santai.

Kurenai langsung menghela napas panjang, "Tidak bisa! Tempat duduknya 'kan sudah diatur dengan undian.. Lagi pula 'kan sebentar lagi kalian lulus, jadi bersabarlah. Jangan bertengkar lagi, waktu kalian bersama tinggal sedikit lagi loh." jelas Kurenai dari bangkunya.

Bibir Sakura langsung mengerucut, benar juga apa yang Kurenai katakan.

Sakura segera menatap Sasuke dengan tatapan menantang, "Bagus 'kan kalau kita tidak ketemu lagi! Aku sudah bosan melihat wajahmu! Dari TK !" ucap Sakura sambil menjulurkan lidahnya. Sasuke hanya memutar bola matanya dengan malas lalu mengambil handphonenya yang bermerk 'i-phone' lalu memainkannya.

Bibir Sakura langsung tertekuk kebawah karena cowok di sampingnya ini mengacuhkannya.

Selama sembilan tahun lebih Sakura selalu satu kelas dengan Sasuke. Bahkan rumah mereka hanya berbeda dua blok saja. Jadi tidak heran kalau mereka selalu bersama, tapi kebersamaan mereka itu bukan sebagai 'teman' ataupun 'sahabat' melainkan sebagai 'musuh'. Benar-benar musuh bebuyutan.

"Aku akan membagikan formulir untuk mendata sekolah lanjutan kalian, silakan isi dengan nama sekolah yang akan kalian tuju kelak, ya. Tapi jangan lupa menulis nama kalian," Kurenai langsung membagi-bagikan selembaran yang dibicarakannya tadi pada semua 'anak buah'nya.

"Hm! Jangan sampai kita satu sekolah lagi, ya!" ucap Sakura sambil menutupi kertas selembaran miliknya dengan sebelah lengannya.

Sasuke pun terlihat menutupi formulir miliknya, "Hn! Aku juga berharap begitu."

Mereka berdua langsung menulis 'calon' sekolah baru mereka di selembaran tersebut.

Tak berapa lama kertas-kertas selembaran itu sudah terkumpul di tangan Kurenai. Kurenai terlihat membaca isi selembaran itu satu persatu di mejanya.

Kurenai terlihat menyunggingkan senyumnya, "Sasuke dan Sakura ini sepertinya hanya sesumbar saja ingin berpisah, padahal sekolah yang dituju sama." ucap Kurenai sambil tertawa geli.

"Cieeeeeeeeee." seru para murid sambil melirik ke arah Sakura dan Sasuke yang duduk di pojokan kelas.

Sakura langsung mengernyitkan dahinya, "Apaan sih! Kenapa kau ikut-ikutan aku terus! Kau menggangguku saja."

"Kau yang ikut-ikutan! Kau kira aku tidak terganggu dengan kehadiranmu di sekitarku?"

Dan lagi-lagi duo SasuSaku itu memulai pertengkaran kecil mereka.

.

O.o.O

.

Saat ini di kelas Sakura sedang kosong, maksudnya tidak ada guru di dalamnya. Tentu saja para murid langsung melakukan aktivitas mereka semaunya asalkan masih di dalam kelas. Contohnya : Naruto, Sasuke, Sai, Kiba, Lee, dan sebagian anak laki-laki di dalam kelas itu sedang bermain bola. Ino, Tenten, Temari, Karin dan Tayuya sedang ngerumpi. Chouji sedang makan. Shikamaru sedang tidur. Neji dan Hinata sedang baca buku. Dan yang lainnya lah, sulit di sebutkan satu persatu.

Keadaan seperti inilah yang terjadi di kelas Sakura akhir-akhir ini—apabila mereka tidak ada ujian praktek.

Ujian praktek dilakukan sesuai jam mata pelajarannya, misalnya mereka akan melakukan ujian praktek biologi di jam pelajaran biologi, praktek Olahraga di jam pelajaran olahraga. Dan begitu pun seterusnya.

Luckily, jadwal pelajaran Sakura hari ini adalah Matematika, IPS dan Pkn. Tidak ada ujian praktek untuk ketiga pelajaran itu, makanya hari ini mereka free.

"Hmmm~" Sakura melakukan perenggangan kecil untuk mengurangi rasa pegal di tubuhnya. Sepertinya rasa lelah masih melekat di tubuhnya.

Sakura segera mengeluarkan notebooknya lalu memainkan game untuk membunuh rasa bosannya. Game yang dimainkannya adalah The Sims 3.

- Time Skip -

Sakura terlihat membereskan buku-bukunya dan langsung memasukannya ke dalam tas ransel kecil miliknya. Ia ingin pulang sekarang karena bel sudah berbunyi dari tujuh belas menit yang lalu. Sekolahnya pun sudah mulai sepi. Walaupun masih banyak murid di dalamnya.

"Heh nyet. Jangan lupa bawa telor bebek buat praktek Biologi besok!" ucap Sasuke sambil lalu.

"Hah? Bukannya kamu yang bawa! Seenaknya jidat nyuruh-nyuruh orang!" seru Sakura lalu berjalan kecil menyusul Sasuke.

"Kau yang jangan semaunya nyuruh-nyuruh orang, aku yang bawa perlengkapan lainnya. Kau hanya bawa telor saja sudah protes." jelas Sasuke sambil berjalan keluar sekolah bersama Sakura.

"Aku tidak protes! Kau saja yang terlalu sensitif! Dasar ayam."

"Hn, memang suatu kesialan yang buruk satu bangku denganmu. Pasti kalau ada kerja kelompok, aku harus satu kelompok denganmu."

"Apa kau bilang? Kau kira aku merasa senang bisa sebangku denganmu?"

Sasuke dan Sakura terus-terusan berdebat di sepanjang jalan menuju rumah mereka. Tanpa mereka sadari mereka sudah pulang bareng

.

O.o.O

.

"Ohayooou," sapa Shizune—guru biologi, ketika memasuki kelas IX-A. Dengan serempak pula murid-murid di dalam kelas itu membalas sapaan Shizune barusan.

"Baiklah, hari ini kita akan melakukan praktek untuk membuat telur asin. Kalian bawa bahan-bahannya 'kan?" tanya Shizune dengan wajah riangnya.

Para muridpun serempak mengatakan iya.

"Nah, silakan bentuk kelompok !" seru Shizune. Padahal tidak usah disuruhpun , kelompoknya sudah terbentuk. Karena anggota kelompoknya hanya dua, yaitu dengan teman sebangku.

"Nyet, bawa telornya 'kan.?"

"Bawa." jawab Sakura sambil mengeluarkan tiga butir telur dari dalam kantongan plastiknya.

"Nah, kalau sudah silakan lakukan langkah-langkah yang ibu sebutkan, ya! Pertama, Salah satu bahan adonan yang kalian bawa dicampur dengan garam dan salpeter sesuai takaran yang telah ditentukan." seru Shizune nyaring-nyaring dari depan kelas. Dengan segera para murid langsung melakukannya.

"Heh yam. Campuran apa yang Kau bawa?"

"Abu Gosok," ucap Sasuke lalu menaburkan abu gosok yang dia bawa ke dalam sebuah baskom kecil lalu mencampurnya dengan garam sesuai instruksi shizune,

"Kedua, Aduk adonan tersebut hingga tercampur merata."

Sasuke dengan sigap langsung melakukan yang dikatakan Shizune barusan.

"Hey, aku yang mengaduknya dong." ucap Sakura lalu menarik baskom yang berisi baskom tersebut.

"Jangan! Kau hanya merusak saja!" Sasuke pun langsung menarik baskom mereka dari tangan Sakura.

"Hey, aku yang coba kenapasih!" Sakura langsung merebut baskom yang berisi adonan tersebut.

"Hey jangan!" Sasuke dan Sakura langsung beradu memperebutkan baskom tadi.

"Ketiga, Tambahkan a—"

"Ku bilang berikan padaku!" teriakan Sakura barusan mampu memotong penjelasan Shizune. Kelas tiba-tiba menjadi hening, seluruh mata langsung terarah kepada Sasuke dan Sakura yang masih berkutat memperebutkan baskom campuran tersebut.

"Sakura.. Sasuke! Hentikan!" seru Shizune.

.

O.o.O

.

"Fuh, akhirnya selesai." gumam Sasuke sambil melap peluhnya dengan tangan yang kotor akan abu gosok. Tangannya mengotori wajahnya yang tampan itu. Sakura yang melihat wajah Sasuke langsung tertawa lepas.

"Kau tambah jelek." ucap Sakura di sela tawanya.

Sasuke langsung memandangi Sakura dengan wajah sebal. Sasuke langsung mencoletkan abu gosok yang tersisa di wajah cantik Sakura sebanyak-banyaknya.

"Wah, monyet cacat buruk rupa." gumam Sasuke sambil tertawa kecil.

Sakura yang tidak terima langsung membalas perbuatan Sasuke. Mereka terus-terusan mengotori wajah satu sama lain dengan abu gosok, sehingga wajah mereka terlihat dekil, seperti upik abu.

Setelah capek, mereka langsung berpandangan. Detik berikutnya mereka langsung tertawa terpingkal-pingkal, "Kau jelek sekali!" seru mereka bersamaan.

.

O.o.O

.

Keesokan harinya..

Hari ini kelas Sakura ada ujian Praktek olahraga. Mereka harus berlari mengelilingi lapangan sepak bola yang ada di stadion Konoha. Stadion Konoha ini tidak terlalu jauh dari SMP Konoha, makanya mereka hanya perlu berjalan kaki ke sana.

Tak berapa lama, mereka pun memasuki Stadion itu. Mata mereka langsung membulat sempurna. Namanya saja lapangan sepak bola! Tentu saja sangat luas. Mungkin satu putaran saja mereka sudah kewalahan, apalagi dua!

Sakura terlihat sedang melakukan pemanasan, rambut pinknya itu tetap diikatnya seperti biasa. Sakura jarang menggerai rambutnya. Baju olahraga Sakura terlihat kedodoran. Celana pendek selutut pun menghiasi kakinya.

"YOOOOO! Semangat anak-anak!" seru Guy sang guru olahraga sambil mengangkat tangannya untuk memberikan semangat. Para murid kelas IX-A hanya sweatdrop melihat si guru alay ini.

"Ayo baris, baris, bariis!" seru Guy. Para murid pun langsung berbaris dengan rapi dan teratur.

"Dalam hitungan ketiga, kalian harus lari ya? Satu... Dua... Tiga!"

Dengan Serempak para murid kelas IX-A langsung berlari. Memang pada awalnya mereka bersemangat. Tetapi saat sudah separo jalan semangat mereka langsung meredup. Lelah. Itulah yang mereka rasakan kali ini. Lapangan sepak bola itu tidak kecil! Tentu saja! Satu keliling saja sudah mati-matian ! Apalagi dua! Hei! Dua.

"YOOOO! Semangat semangat!" teriak Guy dengan memakai toa. Guy malah enak-enakan duduk di tengah lapangan. Bicara sih gampang..

"Guy-sensei! Aku akan berjuang! Huoooooo." Lee—murid kesayangan Guy, langsung berlari secepat mungkin, menyusul teman-temannya yang sedang berlari gontai. Yang melihat Lee, langsung mengernyitkan dahi. Melihat Lee, semangat mereka langsung tambah menciut.

"Cho, Chouji! Ayo cepat. Hosh hosh." ucap Shikamaru pada Chouji yang jauh di belakangnya. Terlihat sekali Chouji super kelelahan. Tentu saja dengan badan gemuk begitu sangat susah untuk berlari.

"Sh, Shikamaru.. Kalau aku pingsan bopong aku, ya!" ucap Chouji di sela napasnya yang tersengal-sengal. Astaga badan segemuk Chouji minta bopong oleh Shikamaru yang kurus? Yang benar saja.

...

Setelah 30 menit lebih, akhirnya seluruh murid kelas IX-A sudah melakukannya dua putaran. Terlihat hampir semua murid tepar di atas rumput hijau lapangan. Mereka terlihat ngos-ngosan. Capek. Tentu saja.

"Semangat dong!" seru Guy sambil memasang pose aneh, "Atau kalian mau lari dua putaran lagi?"

Para murid langsung menatap Guy dengan sinis. Untung saja Ucapan guy tadi hanya bercanda.

Setelah sepuluh menit lebih beristirahat, akhirnya stamina para murid sudah mulai kembali.

"Karena stamina kalian sudah pulih, ayo kita bermain lari tiga kaki!

"Tidak mau!" seru para murid dengan serempak. Biarpun stamina sudah ada, tetap saja mereka kelelahan.

"Siapa yang mau ikut, nilainya akan ku tambah, dan siapa yang menang akan ku beri nilai 9!" sambung Guy dengan seringaiannya.

Serempak para murid langsung ikut. Lumayan 'kan untuk menambah nilai olahraga.

"Yosh! pasangannya di tentukan dengan undian. Silakan-silakan!" Guy langsung menyodorkan kotak kecil pada murid-murid. Isi kotak kecil itu adalah nomor undian.

Sasuke langsung membuka secarik kertas yang baru saja dia ambil, "Hmm, nomor satu.." gumam Sasuke.

"Nah! Benar 'kan! Pasti berpasangan denganku!" sewot Sakura yang tiba-tiba muncul di sebelah Sasuke.

Ternyata Sakura pun mendapatkan angka yang sama. Benar-benar kebetulan.

"Heh! Kau ini benar-benar tidak ingin pisah denganku ya! Jangan jadi paparazi dong, nyet!" seru Sasuke di depan wajah Sakura. Dekat sekali.

Sakura terlihat mendorong pelan tubuh Sasuke, "Enak saja! Kau itu yang tidak mau pisah denganku!" seru Sakura.

Para murid yang ada di sekitar mereka langsung menonton perkelahian Sasuke dan Sakura.

"Hahaha, lagi-lagi mereka menjadi pasangan, ya?" ucap Naruto entah pada siapa sambil tertawa geli.

"Hey! Sudah jangan ribut-ribut!" lerai Guy, "Cepat baris!" suruhnya.

Para murid langsung berbaris dengan pasangannya masing-masing. Guy terlihat mengikatkan seutas tali untuk menggabungkan dua belah kaki dari pasangan-pasangan muridnya. Namanya saja lari tiga kaki.

Pasangan-pasangan muridnya itu adalah : Naruto dengan Hinata, Ino dengan Temari, Kiba dengan Shino, Tayuya dengan Shion, Neji dengan Tenten, Shikamaru dengan Sai, Chouji dengan Lee, dan pasangan-pasangan lainnya.

Sasuke terlihat meletakan sebelah tangannya di bahu Sakura, dan Sakura terlihat melingkarkan tangannya di pinggang Sasuke. Mau tidak mau mereka harus berlari dengan posisi seperti itu.

Wajah Sakura dan Sasuke terlihat sedikit memerah, baru pertama kali ini mereka melakukan posisi seperti ini dengan lawan jenisnya.

"Siap?" Seru Guy untuk memberikan aba-aba.

"Heh. Kau larinya yang benar, ya nyet!" seru Sasuke.

Sakura langsung mendecak kesal, "Itu kata-kata ku tau!"

"MULAI!" seru Guy. Para murid langsung berlari tiga kaki dengan susah payah. Inti dari permainan ini adalah kekompakan.

Baru setengah jalan saja pasangan Chouji dan Lee langsung terjatuh. Wajar saja, si Kurus kering berpasangan dengan si gemuk. Lee langsung menangis histeris, benar-benar sial berpasangan dengan Chouji.

"Kalau kau sampai berbuat suatu kesalahan dan membuat kita kalah, awas saja!" ucap Sakura sambil berlari bersama Sasuke.

"Halah, paling-paling kau sendiri yang akan membuat kita kalah."

"Enak Saja kau bilang!"

"Apa hah?"

"Kau tau! Aku benar-benar benci padamu ayam jelek!"

"Aku pun benci padamu, monyet cacat!"

Sasuke dan Sakura terus-terusan mengumpat satu sama lain sambil berlari. Pasangan-pasangan yang lain sudah banyak yang berjatuhan karena kaki mereka tidak melangkah bersamaan.

Murid-murid yang sudah jatuh hanya menonton Sasuke dan Sakura yang melesat cepat, walaupun keduanya masih adu mulut.

Karena terlalu 'asyik' bertengkar Sasuke dan Sakura tidak sadar bahwa garis finish sudah di hadapan mereka.

Sreet..

Kaki mereka berdua sudah melangkahi garis finish, "FINISHHHH!" teriak para murid dan Guy pada Sasuke dan Sakura.

Mendengar teriakan teman-teman dan Gurunya itu, Sasuke dan Sakura segera menoleh ke arah teriakan tanpa menghentikan larinya.

"Ah!" Tiba-tiba Sakura kehilangan keseimbangannya. Dan langsung terjatuh, karena Kaki Sasuke masih terikat dengan kaki Sakura, mau tidak mau dia juga ikut jatuh.

Para murid serta Guy langsung menahan napas mereka ketika melihat posisi Sasuke dan Sakura yang terjatuh di atas rumput hijau tersebut.

'Loh, tidak sakit.. Malah empuk.' batin Sasuke, Sasuke langsung membuka matanya. Baru saja dia membuka matanya, dia langsung disuguhi sepasang emerald yang menatapnya dengan cengo.

Wajah keduanya begitu dekat, sampai-sampai keduanya dapat merasakan terpaan napas yang mereka hembuskan.

Sasuke menindih tubuh Sakura.

Wajah Sakura langsung merah seketika, jantungnya berdegup kencang. Seakan ingin melompat keluar.

"A, ah! Sori!" Sasuke—dengan wajah memerah, langsung menjauhkan tubuhnya dari Sakura. Ikatan kakinya sudah terlepas.

Sakura hanya mengangguk pelan, lalu mengambil posisi duduk. Sakura memegangi dadanya, jantungnya masih berdegup dengan kencang. Wajahnya terasa memanas. Baru pertama kali dia menatap onyx Sasuke sedekat itu.

"Wah, wah.. Sepertinya bakal ada Benci jadi cinta nih," Bisik Ino pada Tenten.

...

Thanks for reading.

A/N : Maaf kalo fiknya gaje gini! *Nutup muka* Padahal mau bikin yang oneshot! Tapi sepertinya kepanjangan banget! Mungkin bakal sampai tiga Chapter.. Tapi itu pun kalau fik ini ada yang membaca..

Jadi...

Continued or No?

Soalnya ime gamau nyampah*senyum innocent*, *Ga mau nyampah tapi tetep publish!*