Title: It's Hurt.
Author: Bluedevil9293 Dean_Choi09
Part: 1 / 2
Main Cast:
Kim Jaejoong
Jung Yunho.
Rated: K+
Genre: Angst, Drama, M-Preg.
Warning: Yaoi, Shonen-ai, Boys Love, BoyXBoy, Typo, Gaje, Don't Like Don't Read.
Note: Ini ff yang di ambil dari salah satu kisah nyata. Semoga kalian bisa mengambil hikmah dari ff ini. Yang baca jangan lupa tinggalin jejaknya ya.
*** It's Hurt ***
Author Pov…
"YUNNIE TUNGGU!" Panggil seorang yeoja berparas cantik, bahkan kecantikannya itu alami sejak ia lahir bukan dibuat-buat dengan cara operasi atau jalan mudah lainnya. "YUNNIE TUNGGU." Teriak yeoja cantik tadi yang bernama asli Kim Jaejoong seraya terus mengejar namja tampan yang sejak tadi ia panggil-panggil, Jung Yunho.
"Yunnie-ya, kau dengar perkataanku tidak sih. Aku capek tahu harus mengejarmu sejak tadi, kau kira langkah kakimu itu kecil apa?" Tanya Jaejoong pada Yunho yang terus berjalan meninggalkannya membuat jaejoong tambah kesal karena ia merasa tak diperdulikan oleh namja tampan yang dicintainya itu. "YUNNIE." Teriak Jaejoong geram. Yunho yang diteriaki begitu pun segera menghentikan langkah kakinya lalu membalikan tubuhnya menatap tajam pada Jaejoong yang tampak terengah-engah sambil memegangi pinggang dan dadanya yang terasa sesak.
"Nafasku habis." Keluh Jaejoong sambil menatap Yunho manja tapi Yunho masih tetap dengan raut wajah datarnya yang seolah-olah malas melihat yeoja cantik didepannya kini.
"Salah sendiri mengikutiku, aku tak menyuruhmu mengikutiku bukan. Dan ku ingatkan padamu sekali lagi, jangan pernah ikuti aku lagi." Tegas Yunho seraya menatap Jaejoong tajam selama beberapa detik lalu segera membalikkan badannya dan masuk ke dalam audy hitam miliknya yang terparkir rapi di parkiran kampus. Jaejoong yang melihat Yunho meninggalkannya pun segera mengejar namja tampan tadi lagi. Saat Yunho masuk ke dalam mobilnya tepat di tempat dimana ia bisa menyetir mobil, Jaejoong pun ikut masuk ke dalam mobil Yunho tepat di samping namja tampan tadi.
"Yack! Kenapa kau ikut masuk?" Kesal Yunho seraya menatap kesal pada yeoja cantik yang kini hanya bisa tersenyum simpul di sampingnya. Sudah sejak lama Yunho muak melihat tingkah agresif Jaejoong yang selalu mengejar-ngejarnya sepanjang hari. "Turun dari mobilku sekarang juga. Bukankah sudah ku katakan kalau aku tak mau kau menganggu hidupku lagi Kim Jaejoong." Kesal Yunho sambil mengacak-acak rambutnya yang hitam.
"Aku tak mau turun. Dan bukankah sudah ku katakan kalau aku mencintai Yunnie." Balas Jaejoong senang.
"TAPI AKU TAK MENCINTAIMU KIM JAEJOONG." Bentak Yunho yang tampak sudah sangat kesal. Di tatapnya Jaejoong tajam, Jaejoong pun hanya bisa menundukan kepalanya takut.
"Aku mencintai Yunnie." Ucap Jaejoong pelan tapi masih cukup bisa didengar oleh Yunho.
"Tapi aku tidak." Balas Yunho cepat. "Karena itu sebaiknya sekarang kau pergi dari hadapanku bahkan dari kehidupanku dan jangan pernah kembali lagi karena aku tak sedikit pun menyukai keberadaan yeoja sepertimu Jaejoong." Geram Yunho.
"Aniya, aku tak mau. Aku mencintai Yunnie." Kekeh Jaejoong.
"Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan itu. Namaku Yunho, Jung Yunho bukan Yunnie." Bentak Yunho membuat Jaejoong terlonjak kaget.
"Tapi aku suka dengan panggilan itu." Balas Jaejoong yang masih tetap menundukan wajahnya takut.
"Tapi aku tidak." Bentak Yunho lagi.
"Kenapa? Kenapa Yunnie tampak membenciku, padahalkan aku sangat mencintai Yunnie. Bahkan aku rela memberikan kesucian tubuhku untuk Yunnie waktu itu." Ucap Jaejoong pelan seraya mengingatkan kejadian empat minggu yang lalu. Kejadian dimana ia menyerahkan keperawanannya untuk Yunho. Yunho tampak menghela nafasnya berat, tampaknya Jaejoong memang susuah untuk diberitahu dengan kata-kata yang pelan dan sopan.
"Saat itu kau menjebakku Kim Jaejoong. Kau pikir aku tidak tahu dengan tingkah memalukan mu itu. Kau benar-benar brengsek Jaejoong." Kesal Yunho seraya memukul stir mobilnya kesal. Yunho pun jadi teringat pada kejadian empat minggu yang lalu saat Jaejoong menjebaknya dengan alkohol dan obat perangsang lalu membawanya ke hotel hingga akhirnya kejadian itu pun terjadi. Tapi demi apa pun kalau saja Yunho saat itu sadar sudah pasti ia menolak Jaejoong. Sedikit pun ia tak pernah menyukai Jaejoong, yeoja agresif yang sudah menganggu hari-harinya selama setahun ini.
"Tapi sekarang aku hamil Yunnie." Ucap Jaejoong lirih sambil mengelus pelan perutnya yang kini masih tampak rata. Ya, karena kejadian itu akhirnya kini Jaejoong pun mengandung anak Yunho dan usia kandungannya itu baru empat minggu. Jaejoong juga sebenarnya baru mengetahui perilah kehamilannya seminggu ini setalah mengalami banyak tanda-tanda seperti moodnya yang naik turuh hingga morning sick setiap paginya. Yunho yang mendengar penuturan jaejoong tadi tampak mengeram kesal. Ia sudah yakin semua pasti akan menjadi seperti ini. Jaejoong hamil lalu meminta pertanggung jawaban darinya dan membuat kehidupan Yunho benar-benar suram dan serasa di neraka saja.
"Aish, aku membencimu Jaejoong." Ucap Yunho kesal.
"Waeyo?" Tanya Jaejoong pelan, sebisa mungkin ia menahan tagisannya yang mendesak ingin tumpah.
"Aku membenci yeoja murahan sepertimu." Jawab Yunho datar. Jaejoong tampak terkejut mendengar perkataan Yunho, sungguh ia benar-benar tak terima dengan tuduhan Yunho padanya itu.
"Aku bukan yeoja murahan, aku hanya pernah tidur denganmu saja Yunnie dan…"
"Kau masih berkilah kalau kau yeoja baik-baik padahal pada kenyataannya kau sama saja dengan Go Ahra. Yeoja kegatalan yang sengaja mengejar-ngejar namja kaya hanya untuk harta saja bukan, bahkan kau rela melepas kegadisanmu hanya untuk mendapatkan semua yang kau inginkan Jaejoong." Potong Yunho membuat Jaejoong terdiam. "Apa setelah melakukan semua itu kau masih bisa mengatakan kalau kau itu yeoja baik-baik Jaejoong?" Tanya Yunho sambil tertawa meremehkan.
"Kau sama saja dengan yang lainnya Jaejoong, yeoja murahan dan tak tahu malu. Sudah ditolak tapi tetap saja bersikeran mengejar-ngejarku, bahkan sampai merelakan segala cara." Ucap Yunho lagi. Tanpa bisa ditahan lagi, butiran-butiran krystal cair pun mengalir dari kedua manik-manik mata indah Jaejoong dan turun membasahi pipi yeoja cantik tadi yang putih mulus tanpa celah.
"Aku mencintaimu tulus Yunnie, bukan karena harta kekayaanmu." Jawab Jaejoong ditengah-tengah isakan tangisnya.
"Persetan dengan cintamu itu Jaejoong. Aku membencimu, kau tahu itu!" Bentak Yunho lagi. Air mata Jaejoong semakin deras membasahi kedua pipinya yang kini Nampak memerah efek dari tangisannya.
"Aku… Aku mengandung anakmu Yunnie." Ucap Jaejoong sedikit tak jelas karena tangisannya.
"Gugurkan saja gampang bukan. Lagian percuma saja anak itu kau lahirkan. Dia pasti akan malu memiliki ibu seorang pelacur sepertimu." Ucap Yunho membuat Jaejoong terkejut. Bisa-bisanya Yunho menyuruh Jaejoong mengugurkan bayi mereka padahal pada kenyataannya bayi itu tetaplah darah daging Yunho dan bayi itu juga berhak hidup. Bayi itu tak salah, yang salah mereka bedua jadi tak seharusnya jabang bayi di dalam rahim Jaejoong lah yang harus menanggung semuanya.
"Aku bukan pelacur." Balas Jaejoong yang tak terima dikatai serendah itu oleh namja yang sangat ia cintai. Yunho tampak tak ambil pusing dengan perkataan Jaejoong. Ia malah membuka dasbor mobilnya lalu mengambil sebuah map berwarna coklat dari dalam sana dan memberikannya pada Jaejoong.
"Ambillah." Ucap Yonho seraya menyodorkan map coklat tadi pada Jaejoong yang tampak heran.
"A-apa ini?" Tanya Jaejoong yang tampak heran. Jaejoong terdiam dan tak berniat sedikit pun mengambil map yang Yunho berikan padanya.
"Sejak awal aku sudah menyangka semua pasti akan jadi seperti ini. Karena itu aku sudah menyiapkan semuanya. Ambillah!" Suruh Yunho lagi. Dengan ragu akhirnya Jaejoong pun meraih map coklat yang disodorkan Yunho padanya. "Di dalam sana ada cek bernilai sepuluh juta won dan sebuah alamat prakter dokter yang mau melakukan aborsi untukmu." Ucap Yunho lagi membuat Jaejoong terkejut.
"A-aborsi?" Tanya Jaejoong tak percaya seraya menatap Yunho tajam.
"Ne, aborsi jalan satu-satunya yang terbaik untuk kita berdua karena sampai kapan pun aku tak akan mau terikat denganmu Jaejoong." Balas Yunho santai tanpa memperdulikan perasaan Jaejoong yang tampak hancur. Musnah sudah mimpi-mimpi Jaejoong untuk bisa bersama Yunho membersarkan anak mereka yang kini ada di dalam rahimnya.
"Kenapa Yunnie, kau tega sekali." Ucap Jaejoong lirih tapi Yunho tak menghiraukannya. Sepertinya hati Yunho memang sudah tertutupi oleh rasa bencinya pada Jaejoong hingga tak ada sedikit celah lagi bagi Jaejoong untuk sekedar mencuri masuk ke dalam hati Yunho.
"Kurasa dengan uang sepuluh juta won cukup untuk membiayai proses aborsimu bahkan kurasa uang segitu akan bersisa cukup banyak nantinya. Aku sengaja memberimu lebihnya, anggap saja sisa uang itu sebagai bayaran atas semalam aku merasakan tubuhmu." Ucap Yunho yang terasa sangat menyakitkan bagi Jaejoong. Harga diri Jaejoong benar-benar terasa diinjak-injak saat ini oleh Yunho. Wajah Jaejoong pun kini tampak memerah dengan air mata yang membasahi sebagian besar pipinya.
"Aku tak mau, aku tak mau melakukan aborsi. Ini anak kita Yunnie, darah dagingmu juga. Apa kau tega membunuhnya?" Tanya Jaejoong ditengah isakan tangisnya.
"Aku tak membutuhkanmu atau pun anak itu jadi sebaiknya kau gugurkan saja kandunganmu itu." Jawab Yunho dingin sambil menatap Jaejoong tajam.
"Aku tak mau, aku akan mempertahankan anak ini apa pun yang terjadi." Ucap Jaejoong yang tampak kekeh membuat Yunho tambah kesal dan muak pada yeoja cantik tadi.
"Cih, kau merasa bayarannya kurang?" Tanya Yunho merendahkan Jaejoong. "Kau mau berapa? Katakan saja berapa pun yang kau mau, asal setelah itu kau berjanji menghilang selamanya dari hadapanku." Ucap Yunho lagi bagai mengiris hati jaejoong.
"Aku tak mau uangmu Yunnie, aku hanya ingin kau saja." Ucap Jaejoong pelan.
"Aish, KAU." Kesal Yunho yang langsung menjambak rambut Jaejoong dan menarik yeoja cantik tadi mendekat kearahnya. Jaejoong tampak memekik sakit akibat ulah Yunho yang menjambaknya. "Kau benar-benar membuatku kesal Jaejoong. Dengarkan aku baik-baik Kim Jaejoong. Sekarang kau ambil map itu dan pergi ke alamat dokter di dalam sana, aku sudah mendaftarkan namamu untuk melakukan konsultasi aborsi pada dokter tadi. Kau harus datang dan melakukan semua itu kalau tidak kau akan tahu akibatnya. Aku tak main-main Jaejoong, kalau kau berani mempertahankan bayi itu bisa ku pastikan kau akan segera berpisah dengan ummamu. Ku peringatkan jaejoong, aku tak main-main." Ucap Yunho lalu melepaskan jambakannya dari rambut panjang Jaejoong dengan kasar. Jaejoong semakin menagis, air matanya pun semakin deras mengalir membasahi wajahnya yang memerah.
"Ambil map ini dan keluar dari dalam mobilku." Ucap Yunho tanpa menghiraukan tangisan Jaejoong yang memilukan hati. Yunho kembali menyodorkan map coklat tadi pada Jaejoong. Jaejoong pun menerimanya dengan tangan yang bergetar. "Sekarang keluar dari dalam mobilku. Dan ingat, jangan pernah tampakkan lagi wajahmu di depanku atau kau akan tahu akibatnya Kim Jaejoong." Ucap Yunho menghusir Jaejoong yang masih menangis.
"KENAPA MASIH DISINI, CEPAT KELUAR KU BILANG." Bentak Yunho membuat Jaejoong kaget. Dengan perlahan akhirnya jaejoong pun membuka pintu mobil yunho dan keluar dari dalam audy hitam tadi. Tanpa menunggu lama, Yunho pun segera pergi meninggalkan Jaejoong yang masih berdiri di tempatnya dan masih dalam keadaan menagis hebat.
"Yunnie…" Ucap Jaejoong lirih seraya menjatuhkan tubuhnya kelantai dengan lutut yang terlebih dahulu menghantam lantai. Tak sedikit pun Jaejoong merasakan sakit pada lututnya karena kini sakit pada dadanya jauh lebih besar dan terasa menyakitkan.
*** It's Hurt ***
Di sebuah klinik pengobatan yang berada di daerah pingiran kota Seoul di sanalah kini Jaejoong berada setelah beberapa jam yang lalu ia berbicara pada Yunho perihal kehamilannya dan inilah yang akhirnya ia dapat, mau tak mau yeoja cantik ini harus mengugurkan kandungannya sendiri. Sebenarnya Jaejoong ingin menolak, dia ingin sekali melahirkan dan membesarkan bayinya walau pun tanpa Yunho tapi sayangnya namja tampan bernama Jung Yunho itu sudah mengancamnya. Yunho berkata akan melakukan sesuatu pada umma-nya yang notabene-nya adalah satu-satunya keluarga yang sampai saat ini ia punya karena appa-nya sudah meninggal saat ia berusia enam tahun.
"… Aku tak main-main Jaejoong, kalau kau berani mempertahankan bayi itu bisa ku pastikan kau akan segera berpisah dengan ummamu. Ku peringatkan jaejoong, aku tak main-main." Kalimat yang Yunho keluarkan itulah yang sejak tadi terus berputar di dalam pikiran Jaejoong setiap kali ia berniat kembali dan mempertahankan bayinya. Sudah terlalu banyak air mata yang Jaejoong keluarkan hari ini hanya karena perasaan sukanya pada namja tak berperasaan, Jung Yunho. Bahkan karena terus menangis itulah Jaejoong sudah sejak sejam yang lalu berdiri tak jauh dari klink yang akan dikunjunginya.
"Mainhae aegya. Maafkan umma, umma terpaksa melakukannya. Jangan pernah benci umma atau pun appa-mu ne. Kau harus selalu ingat, umma menyayangimu." Ucap Jaejoong sambil menahan tagisannya yang lagi-lagi ingin keluar. Alhasih air mata itu pun kembali menetes dari kedua mata indah Jaejoong yang langsung di usap oleh yeoja cantik tadi dengan kedua tangannya. Setelah itu, Jaejoong pun langsung melangkahkan kakinya menuju klinik yang takterlalu besar tadi.
Klinik tadi tampak sepi karena memang Jaejoong datang ke sana pada siang hari dan mungkin karena itulah klinik tadi masih tampak sepi. Sesampainya disana ternyata yang dikatakan Yunho memang benar, namja tampan tadi sudah mendaftarkan namanya untuk melakukan konsuktasi hari ini. Karena itulah ia tak perlu melakukan banyak hal lagi. Sesampai disana ia pun segera dibawa ke sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna serba putih, Jaejoong tahu ruangan tadi adalah ruangan dokter yang akan melakukan aborsi untuknya.
"Kim Jaejoong, aniya?" Tanya seorang dokter yeoja yang Jaejoong akhirnya ketahui bernama Park Hyo Rim. Jaejoong pun menganggukan kepalanya pelan sebagai jawaban. "Kalau begitu duduklah." Suruh Dokter tadi pada Jaejoong. Jaejoong pun menurut lalu mendudukan tubuhnya di seberang meja yang berada di depan dokter Park tadi.
"Aku sudah tahu maksud kedatanganmu kemari dari Tuan Jung." Ucap dokter Park pada Jaejoong yang tampak kaget. Sebegitu bencinya kah Yunho padanya sampai-sampai namja tampan tadi mau berepot-repot melakukan semua ini? Jaejoong menundukan wajahnya mendengarkan perkaataan dokter Park seraya menahan tangisannya lagi yang mendesak ingin pecah. Dalam hati Jaejoong memaki dirinya sendiri yang masih saja tak berhenti menangis sejak tadi dan kenapa air matanya tak kunjung habis padahal ia sudah mengeluarkannya terlalu banyak seharian ini. "Waeyo Jaejoong-ssi?" Tanya dokter Park pada Jaejoong. Jaejoong pun akhirnya tak bisa menahan air matanya yang perlahan menetes membasahi kedua pipinya lagi.
"Hiks… Hiks… Hiks… Aku… Aku… Aku takut." Ucap Jaejoong ditengah tangisannya. Dokter Park menghela nafasnya, sepertinya yeoja yang lebih tua dari Jaejoong ini sudah terlalu sering mendapati pasiennya yang bertingkah seperti Jaejoong ini. Menangis di depannya hanya karena takut, dan entah takut karena apa. Dokter Park pun mencoba tersenyum manis sebisa mungkin membuat Jaejoong tak merasa takut.
"Tenang saja Jaejoong-ssi, pikirkan saja kalau ini semua yang terbaik untukmu." Ucap Dokter Park sambil menyentuh tangan Jaejoong yang saling gengam mengengam di atas meja. Jaejoong mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk dan menatap lurus kearah wajah Dokter Park yang masih senantiasa tersenyum pada Jaejoong. "Sebaiknya aku memeriksamu dulu ne." Kata Dokter Park pada Jaejoong. Mau tak mau Jaejoong pun mengikuti semua yang Dokter Park arahkan padanya, karena setiap kali ia ingat kata-kata mengancam Yunho kembali berputar dikepalanya membuat ia semakin takut.
Jaejoong mengikuti arahan Dokter Park yang kini memeriksa kandungannya, ia kembali terisak saat Dokter Park memperlihatkan gumpalan daging di dalam rahimnya yang tak lain adalah darah dagingnya dengan Yunho dari sebuah layar kecil. Ingin sekali Jaejoong mempertahankan janinnya itu yang bahkan belum terbentuk dengan sempurna. Tapi lagi dan lagi ancaman Yunho menari-nari di dalam pikirannya membuat Jaejoong kembali terisan. Setelah melakukan pemeriksaan selama beberaa menit Jaejoong kembali di bawa untuk duduk di tempat sebelumnya.
"Bayimu tumbuh dengan sehat Jaejoong-ssi bahkan kau pun juga sehat tapi sayangnya kau harus mengugurkan bayimu itu." Ucap Dokter Park yang membuat Jaejoong semakin terisak. Bukannya Dokter Park tak punya hati mengatakan kata yang terlalu kejam tadi pada Jaejoong atau pun pasiennya yang lain. Ia sengaja melakukannya agar kelak para pasiennya itu tak lagi melakukan hal yang sama. Jaejoong masih terdiam dalam tangisannya dan tak membalas perkataan Dokter Park yang tampak menghela nafasnya lagi. "Aku tahu kau pasti merasa sangat takut. Karena itu aku tak akan melakukan aborsi untukmu dengan cara operasi tapi aku akan memberimu beberapa pil yang nantinya bisa meluruhkan sendiri janinmu tanpa rasa sakit yang telalu dan resiko yang tak terlalu besar." Ucap Dokter Park sambil mulai menyiapkan apa yang nanti akan ia berikan pada Jaejoong.
"Ini ambillah, aku memberimu tiga pil saja dan kau harus meminumnya tiga kali sehari. Ku jamin keesokan harinya janinmu akan luruh dengan sendirinya dan kau tak akan merasakan takutnya operasi. Janinmu akan keluar layaknya saat kau mendapatkan menstruasi Jaejoong-sii." Jelas Dokter Park pada Jaejoong yang sudah tampak terisak kecil saja. Dengan tangan yang bergetar Jaejoong meraih bungkusan kecil yang Dokter Park berikan padanya. "Semua keputusan ada padamu Jaejoong-ssi, terserah padamu apa kau mau meminum pil itu yang artinya kau akan membunuh anakmu sendiri atau kau ingin mempertahankannya. Tenang saja, urusan Tuan Jung dan aku sudah selesai. Tuan Jung hanya memintaku melekukan aborsi padamu dan aku sudah melakukannya. Sekarang tinggal keputusanmu saja Jaejoong-ssi." Ucap Dokter Park pada Jaejoong yang hanya menganggukan kepalanya pelan. Yeoja cantik ini sudah tak lagi menagis bahkan isakannya hanya terdengar sesekali. Setelah melakukan beberapa pembayaran, Jaejoong pun segera pergi meninggalkan klinik kecil tadi. Jaejoong memutuskan untuk pulang ke rumahnya saja karena hari pun sudah tampak mulai memasuki petang. Ia tak mau membuat sang umma khawatir padanya bila pulang telat nanti dan ia pun sebenarnya sedikit takut dan menghawatirkan keadaan ummanya itu. Ia takut Yunho melakukan sesuatu yang berbahaya pada umma-nya.
*** To Be Continue ***
Yang baca please tinggalkan jejak kalian berupa comment yah, ini cuma twoshort.a jd ga akan lama d posting last chap.a...
d usahakan 3 / 4 hri lagi deh ^_^
