I Found You (REMAKE)
Disclaimer : Big Hit dan member BTS semua hanya milik Tuhan YME, Ide cerita saya dapatkan dari author Kaizen Katsumoto, Hanya original character yang murni dari saya.
Warning : Bromance, Typo bertebaran, OOC, Bad language.
Main chast : -Kim Jeonki / Uki (OC)
-All Member BTS (Jimin, Yoongi/Suga, Hoseok, V/Taehyung, Jin, Rapmon/Namjoon, Jungkook)
Genre : Romance, Drama.
Sebelumnya, saya akan menggaris bawahi bahwa cerita ini bukan murni ide saya, meski jalan ceritanya memang buatan saya, tapi saya terinspirasi dari ff yang pernah saya baca sebelumnya yang judulnya "Aku Menemukanmu" karangan author Kaizen Katsumoto. Dan ff ini hanya me-remake sebagian kisah awalnya saja.
Terima kasih author Kaizen Katsumoto yang sudah mengizinkan saya untuk me-remake ff ini, sebuah kehormatan bagi saya untuk mempostingnya :D
Summary : Jimin hanya seorang siswa kelas 2 SMA yang tak pandai bersosialisasi. Dia pemalu, penyendiri, pendiam, dan kurang bersahabat. Apakah kedatangannya ke Seoul akan mengubah sikap buruknya tersebut? Terlebih setelah dia bertemu seseorang bernama Kim Jeonki! YoonMin, slight TaeMin, HopeMin, KiMin(Jeonki x Jimin).
.
.
.
Park Jimin, putra dari keluarga Park, dia baru saja tiba di Seoul beberapa hari yang lalu. Karena urusan pekerjaan orang tuanya, dia harus rela meninggalkan sekolah lamanya dan memulai lagi semuanya dari awal. Dia pindah dari Busan dan kini bersekolah di sekolah barunya, Big Hit Senior High School. Kalau boleh jujur, Jimin sangat buruk dalam masalah sosial. Dia canggung bergaul dan memulai percakapan. Pemalu, penyendiri, tidak bisa mengekspresikan diri, dan bodoh dalam memilih topik. Bahkan sekeras kerasnya dia berusaha berteman, ia hanya punya satu orang teman ngobrol di sekolah lamanya. Hanya itu.
Bahkan di hari pertama dia masuk di sekolah barunya, tidak ada satupun yang berhasil mengajak Jimin mengobrol panjang lebar. Saat diajak berkenalan pun, dia hanya membalasnya dengan singkat, padat, dan jelas. Membuat mereka yang mau dekat dengan Jimin merasa canggung. Hal itu pula yang membuatnya selalu dikucilkan, di remehkan, bahkan tidak di anggap. Di sisi lain, Jimin juga acuh tak acuh terhadap orang lain. Selama mereka tidak mengusik hidupnya maka dia juga tidak akan mengusik kehidupan mereka. Adil bukan?
Namun kesialan mulai menimpanya. Semenjak dia mengenal teman sebangkunya yang menyebalkan itu, dia terpaksa harus mengalami kejadian yang tak mengenakkan. Kim Taehyung namanya. Bagi jimin dia sangat menyebalkan. Hari hari damainya mulai terusik semenjak si alien Taehyung yang mengaku namanya V ini terus saja menempel padanya. Berawal dari hari pertamanya saat si alien itu mengajaknya ke karnival di tengah kota yang katanya sangat akan disesalkan bila tidak menontonnya sepulang sekolah. Bodohnya, Jimin mau saja mengikuti ajakannya, yahh awalnya Jimin berfikir mungkin ini saatnya dia berubah, saatnya dia membuka hatinya untuk dunia luar, tidak hanya berpangku pada belajar saja. Namun kenyataannya salah. Saat sore hari Taehyung meninggalkannya, yah meskipun tidak sepenuhnya meninggalkannya karena Jimin juga yang terlalu lamban mengikuti si Taehyung. Hingga akhirnya dia tersesat dan syukurnya seorang malaikat(?) oh tidak, maksudnya seorang pria tampan berkulit pucat bernama Min Yoongi menemukannya dan menyelamatnyannya dari keramaian.
Jimin tidak terlalu menyesalkan hari pertamanya sekolah sih, karena dari kejadian di karnaval itu, dia bertemu dengan seorang Min Yoongi yang membuatnya nyaman dan tentram bila bersamanya. Jimin meresakan ketenangan selama berada di sisi pria itu. Dan saat itu pula dia bertemu kembali dengan kawan lama sekaligus mantan kekasihnya di sekolah lamanya dulu, Jung Hoseok. Hal itu membuat moodnya kembali naik.
Jimin menginap di apartemen Yoongi malam itu. Karena hari sudah sangat gelap untuk pulang, jadi Yoongi menyuruh Jimin menginap di apartemennya. Hoseok juga menginap disana saat mengetahui ternyata Jimin juga menginap. Jimin diperlakukan begitu baik di sana, bahkan Yoongi yang notabene orangnya nya sangat dingin pun begitu ramah dan baik hati pada Jimin, sehingga Jimin tanpa sadar menaruh perasaan suka terhadap pria itu. Bagaimana dengan Hoseok? Tentu saja Jimin juga masih ada perasaan sayang dan cinta terhadap Hoseok, begitu pula pria itu. Namun perasaan itu bergeser seiring perlakuan baik Yoongi terhadapnya. dan Hoseok juga sekarang hanya menaruh perasaan sayang terhadap adik pada jimin dan perasaan ingin melindungi. Hanya sekedar itu.
Berlanjut di hari kedua yang sudah diawali oleh Kim Taehyung yang tiba tiba menubruknya dan merangkulnya begitu erat. Taehyung memang berniat meminta maaf atas kesalahaannya hari kemarin pada Jimin, namun Jimin yang tidak terbiasa menjadi sorotan banyak orang, karena si alien itu memeluknya di depan gerbang sekolah dimana orang orang lalu lalang dan memperhatikan mereka, merasa risih dengan perlakuan si alien satu ini, sehingga pertengkaran kecilpun terjadi.
Ditambah saat pelajaran kedua guru Jeon yang terkenal killer, Jimin dan Taehyung meributkan hal kecil saat pelajaran namun mampu membuat seluruh orang di kelas itu terusik oleh mereka. Sehingga terpaksa Jimin dan Taehyung pun harus minggat dari dalam kelas karena kena damprat dari guru killer itu. Selama hari itu Jimin jalani dengan keadaan wajah yang murung dan hati yang kesal. Bagaimana tidak kesal, si Taehyung itu, setelah menyeretnya kedalam masalah, dengan wajah tanpa dosanya dia tetap saja membuntuti dan menempeli Jimin kemanapun anak itu pergi. Jimin sangat tidak suka jika anak itu terus menempelinya. Dia sangat risih karena dimanapun alien itu berada, semua pasang mata yang dia lewati pasti menatapnya. Bagaimana tidak, seorang Kim Taehyung yang berwajah tampan dan perawakan jangkung itu ternyata siswa terpopuler di sekolahnya. Sedangkan jimin paling tidak suka menjadi sorotan banyak orang, karena itu dia kesal jika Taehyung terus terusan menempelinya.
Namun kekesalan Jimin di sekolah kembali tergantikan saat pulang sekolah. Dia di jemput oleh Min Yoongi, sang pahlawan kesiannyanya, menggunakan mobil sport milik pria itu. Oh, dan jangan lupakan Jung Hoseok juga ikut menjemputnya. Jimin di antarkan oleh Yoongi dan Hoseok ke tempat lesnya, bahkan saat selesai les pun, mereka mengantar Jimin pulang hingga rumahnya. Oh ya, Hoseok ternyata satu sekolah dengan Jimin di Big Hit High School itu, dan dia seorang Sunbae yang cukup terkenal di sekolahnya. Sungguh jodoh mereka berdua (?).
Berlanjut lagi ke hari ketiga dimana si alien itu merangkul leher Jimin dengan mesra saat mereka ber pas pasan di gerbang sekolah. Tak lupa dengan pandangan banyak orang yang juga baru datang menyertai pergerakan si alien itu. Awal hari Jimin sudah dibuat suram saja oleh si brengsek usil ini.
Saat pelajaran keempat, dimana guru killer lainnya yang mengajar, Jimin kembali di buat kesal oleh Taehyung. Taehyung dengan santainya mengusili Jimin yang serius memperhatikan guru, hingga akhirnya keributan kecil terjadi lagi di antara mereka berdua. Terpaksa Jimin dan Taehyung harus keluar dari kelas karena kena damprat dari guru, lagi.
Dan disinilah Jimin dan Taehyung berada, di atap sekolah yang sepi karena saat ini masih jam pelajaran.
Udara panas menerpa kedua orang itu. Taehyung berdiri dan merentangkan tangannya lebar lebar di atas bangku yang kini sedang mereka duduki. Pemuda itu menutup matanya dan menghirup udara dalam dalam. Jimin terheran meliat tingkah lakunya.
"Apa yang kau lakukan?"
Taehyung membuka matanya "Mencium bau panas"
"Panas?" dahi Jimin berkerut "Kau aneh, memangnya panas memiliki bau?" tanyanya asal
"Ada. Baunya itu… kuat… kering…. Dan menyengat. Seperti diriku"
Jimin semakin mengerutkan dahi. Tak mengerti satupun kata dari Taehyung. "Sepertimu?" Hanya anggukan yang menjadi jawaban. Tanpa sadar Jimin mendekati Taehyung dan mengendus tubuhnya sejenak. Tak ada bau apapun selain bau parfum. Seketika itu pula wajahnya menjadi flat.
Taehyung yang merasakan perubahaan mimic wajah Jimin menoleh
"Kenapa?" Tanyanya
"Kau sungguh tak logis. Bagaimana bisa panas memiliki bau" Jimin mendecik
Taehyung hanya menatapnya sebentar, lalu sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman kotak khasnya
"Kau memang tidak menyenangkan Jim" godanya pada Jimin
Jimin meliriknya dengan malas "maksudmu" nadanya datar
"Entah kau tidak memiliki hati, atau memang kau ini orangnya flat ya. Aku itu mencium panas bukan dengan hidung. Tapi dengan seluruh panca indraku, bahkan dengan perasaanku. Dari situ aku bisa tahu dan peka terhadap bau musim panas" Ucapnya panjang lebar sambil menatap lekat lekat pria sipit yang berada di sampingnya.
Jimin hanya manatap lurus kedepan, Tidak menanggapi perkataan Taehyung. Namun di dalam hati dia memikirkan perkataan Taehyung barusan
"Kau teralu dingin Jim. Itu yang membuat orang orang akhirnya menjauhimu"
Jimin menoleh. Taehyung hanya menatapnya insten. Jimin menelaah mata coklat milik Taehyung itu. Dia menemukan keseriusan dari perkataan Taehyung.
"Apa pedulimu" Jimin kembali menatap kedepan
"Hahh…" Taehyung hanya menghela nafas frustasi.
Beberapa detik susana menjadi hening dengan jimin yang menatap lurus ke depan sambil bersandar ke tembok pembatas atap dan taehyung yang merentangan kembali tangannya
"V, lalu bagaimana bauku?" Pertanyaan Jimin memecahkan keheningan. Jujur dia ada rasa penasaran terhadap baunya sendiri yang tidak bisa dia cium. Yeah jimin memang tidak peka terhadap diri sendiri.
Taehyung menoleh "Biar ku telaah" ucap Taehyung seraya mendekat dan memeluk Jimin tiba tiba. Jimin gelagapan, berusaha mendorong tubuh pria itu agar menjauh.
"Y-ya! Sialan… apa maksudmu memeluk ku… ugh.." Jimin merasa gerah seketika.
Bukannya melepaskan pelukan, Taehyung bahkan semakin mempererat pelukannya pada Jimin. Membuat Jimin terpaksa menyerah memberontak.
"Baumu seperti permen" bisiknya seduktif di telinga Jimin, membuat Jimin merinding seketika. Wajahnya tiba tiba memerah.
"Hangat…." Taehyung berkata lembut di telinganya, membuat Jimin seketika merasakan gejolak perasaan aneh di dadanya
"Manis…" Kata kata itu sontak membuat jantungnya berdegup kencang. Wajah Jimin kini sudah merona hebat
"… dan usang" what?! Jimin membulatkan matanya kesal. Pelukan Taehyung terlepas, digantikan suara pekik kesatikan saat kakinya diinjak.
Jimin menatap tak terima, terutama di kata terakhir. "Apa maksudmu usang?" tanyanya kesal "Kau pikir aku ini apa? Benda tak terpakai huh?"
Taehyung nyengir setelah meredakan rasa sakit di kakinya "Bukan itu maksudku. Bukan kau yang usang, tapi bajumu. Aku mencium bau bajumu"
Jimin menatap bajunya "Ah, ternyata begitu. Ini baju Yoongi-hyung. Aku meminjamnya kemarin karena bajuku kotor dan sampai sekarang masih belum kering. Mungkin karena sudah jarang dipakai jadi baunya agak usang" Jimin mengendus lengan bajunya yang kedodoran samba melirik Taehyung yang menatapnya dengan tanda Tanya.
"Kotor? Memang kemarin kau abis apa?" Tanyanya dengan blank facenya
"Aku muntah di mobilnya saat kau meninggalkanku waktu senin kemarin bodoh. Saat aku tersesat di kerumunan karnaval" Jimin memasang wajah kesal saat mengingat kejadian hari senin, hari pertama dia masuk sekolah
"Ahh…. Begitu rupanya… ee, Yoongi-Hyung? Maksudmu Min Yoongi Sunbae?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya ketika teringat kata Yoongi
"Hm.. kau tidak melihatnya? Kemarin dan tadi pagi kan dia mengantarku kesekolah"
Taehyung menggeleng. Yang ada di otaknya hanya merangkul Jimin setiap kali dia melihatnya saat datang ke sekolah. Sejenak, di ditarik kembali untuk mengingat memori setahun silam ketika dia pertama kali masuk ke Big Hit Senior High School, mengingat sosok seram Min Yoongi. Teman-teman dan kakak kelas sering menjulukinya Setan bermulut kotor. Taehyung tidak tahu apa maksudnya hingga akhirnya dia tak sengaja menumpahkan Jus jeruk ke kepala mint kehijauan.
Awalnya Taehyung tidak sadar siapa yang ditabraknya, saat dia ingin meminta maaf, saat itu pula dia mendengar suara sumpah serapah,makian, hinaan, serta kata kata kotor lainnya. Sejak itu Taehyung sadar bahwa yang ia tabrak adalah Min Yoongi, yang sering dibicarakan teman-teman dan kaka kelasnya. Mengingatnya saja sudah membuat Taehyung bergidik ngeri.
"V… V.. Tae.. Taehyung-ah! Kau masih disana? Oyy" Jimin mengibaskan telapak tangan di depan muka pemuda bersurai merah itu menyadari sedari tadi kawan sebangkunya itu melamun. Taehyung mengerjap
"A-ah ne.. kenapa?"
Jimin menghela nafas jenuh, merasa sedari tadi diabaikan. "Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi, apa kau tak akan kembali ke kelas?"
Taehyung menggeleng, mood nya berubah buruk saat mengingat Min Yoongi tadi "Aku akan bolos sampai pulang sekolah"
Jimin menggelengkan kepalanya "ckckck… kalau begitu aku pergi sekarang, bye"
"Eh? Kau tak disini saja menemaniku?"
Jimin memutarkan bola matanya lucu "Aku tak mau kena hukuman lagi. Setiap bersamamu atau berdekatan denganmu akhirnya pasti jelek" Taehyung mendengus mendengar sindiran Jimin.
Dia berbaring di bangku saat melihat si kecil sudah menghilang. Dan dalam hitungan detik pemuda bersurai merah itu sudah terlelap dalam tidurnya
"Ya, kau tahu? Tadi pagi si murid baru itu dipeluk V-oppa"
"Benarkah?"
"Ne, bahkan di kelas tadi dia membuat v-oppa dalam masalah"
"Ckck… benar benar pembawa sial"
"Kalian pasti tak percaya ini, katanya kemarin mereka pergi ke karnaval di tengah kota bersama!"
"Sssstt! Jangan keras keras pabo!"
"Jinjaa? Ya ampun, anak baru itu kurang ajar banget.. ga tau diri!"
"Sudah buntet, ga tau malu, menyebalkan pula! Ughh!"
"Kalau tak salah namanya Jimin, Park Jimin"
"Cih, lihat saja nanti, Park Jimin!"
.
.
"Park Jimin?"
Jimin mengerutkan dahi saat 6 siswi mencegatnya di depan kantin sekolah. surai hitam kelamnya mengangguk, mengiyakan kalau namanya benar Park Jimin. Ke-enam siswi itu tersenyum senang.
"Aigoo… ternyata benar kata Sunbae-Sunbae, Jimin-Sunbae sungguh menggemaskan!" Ucap salah satu siswi itu riang.
Jimin tersenyum canggung saat dirinya dikata menggemaskan "a-ah.. Terima kasih.. k-kalian lebih menggemaskan.." Ucapnya kikuk.
"Jimin-sunbae ikut kami sebentar yukk? Ada yang mau kami bicarakan" Siswi yang lainnya tersenyum manis pada Jimin. Jimin hanya tersenyum samar "B-Baiklah" ujarnya gugup.
Di dalam hati Jimin bersorak senang. Akhirnya ada juga siswi manis yang mau mengajaknya berteman.
'Jangan mengira kami mau berteman denganmu, parasit sialan!' Batin siswi-siswi itu tersenyum miterius di balik senyum manisnya.
Jimin mengikuti langkah ke-enam gadis itu. Lagi pula mereka bilang hanya sebentar, jadi yaa tak apalah membuang waktu istirahatnya, toh ini juga demi dia dapat kawan siswi manis #eh.
Langkah kaki keenamnya berhenti di belakang gedung sekolah. Jimin menengok kepala ke kanan dan ke kiri. Sepi.
Hanya ada bangunan kecil kusam di depan mereka. Seorang siswi membuka kunci pintu bangunan itu, dan mempersilakan Jimin untuk masuk terlebih dahulu karena Jimin adalah laki-laki. Jimin hanya mengiyakan dan masuk tanpa ada kecurigaan sedikit pun. Bau debu berterbangan membuatnya bersin. Mereka bilang ingin membicarakan sesuatu di dalam. Dan kini Jimin sudah berada di dalam namun ke enam siswi itu belum juga masuk dan malah terdengar cekikikan dari luar.
"Kenapa kalian tidak masuk?" Tanya Jimin heran kepada keenam siswi itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya, karena debu terus terusan membuat nafasnya terganggu.
"Apa kau percaya pada ucapan kami sebegitu gampangnya?" Tanya salah satu dari siswi tersebut sambil tersenyum licik.
Dua orang temannya mendorong pintu dengan cepat hingga tertutup sempurna. Dengan cepat mereka mengunci pintu ruangan tersebut. Jimin sempat melakukan perlawan dengan mendorong pintu agar terbuka, namun refleknya kalah cepat sehingga dia sukses terkunci di dalam bangunan tua penuh debu itu. Diakhiri tawa antagonis keenam siswi itu mengejek Jimin yang kini sibuk menggedor pintu dari dalam.
"Keluarkan aku! Apa mau kalian?" Jimin bahkan tak pernah mengenal keenam siswi itu. Bagaimana mungkin dia menjadi target bully di hari ketiganya bersekolah.
"Masih nanya lagi. Bodoh hahaha!"
"Sudah jelas untuk menyingkirkanmu jalang!"
"Kau sudah lancang mendekati V-oppa!"
"Kau itu sangat menyebalkan tahu!"
"Ne ne! caramu memancing perhatian v-oppa sangat memuakkan!"
"Bahkan tak ada yang bisa bersanding di sebelah v-oppa tapi kau tiba-tiba muncul dan duduk disebelahnya!"
"Jalang sepertimu membusuk saja di dalam sana!"
Sekarang Jimin paham benar apa permasalahannya. Mereka adalah salah satu dari fans Taehyung yang salah sangka padanya. Taehyung siswa yang cukup popular di Big Hit Senior High School. Posisinya sebagai idol school dan menjabat sebagai ketua klub sepak bola memang sudah menjadi idola bagi setiap orang di sekolah, bahkan di luar sekolah pun juga memujanya.
"Hey! Itu bukan salahku! Aku hanya pindah ke sekolah ini tanpa tahu apa apa, dan aku duduk sebangku dengannya karna guru yang menyuruhku duduk disitu dan memang bangku bersamanya saja yang masih kosong! Kalian salah paham!" Jimin berteriak garang dari dalam sambil mencoba mendobrak pintu berkali kali
"Jangan mengelak jalang! Jalang busuk seperti mu tidak pantas membela diri sendiri!" Suara salah satu gadis melengking dan mambuat Jimin makin naik pitam. Sudah jelas ini bukan lah salahnya. Toh yang mendekat adalah Taehyung sendiri, dia yang suka rela mengajaknya mengobrol dan berteman, bukan Jimin yang meminta. Semua atas kemauan Taehyung. Jimin tak masalah jika tidak punya teman, toh dia sudah terbiasa sendiri. Taehyung juga tak punya teman karena sifat brutalnya dan sifat horror nya yang membuatnya tidak bisa didekati. Kebetulan Jimin sebagai siswa baru yang tak mengerti apa-apa dijadikan target oleh Taehyung, memicu api kecemburuan para fans.
Keenam siswi itu segera meninggalkan gudang tak terpakai –tempat mengunci jimin- saat mendengar bel istirahat telah berakhir. Membiarkan Jimin sendirian dalam ruangan gelap, pengap, kotor, dan penuh benda benda rusak tak terpakai. Oh ayolah, kegelepan adalah salah satu dari phobianya setelah keramaian. Jimin sangat takut akan gelap. Dia tidak bisa berada di dalam ruangan gelap. Pikirannya pasti akan mulai berhalusinasi macam macam hal yang seram.
Jimin memukul mukul pintu di depannya itu dengan sekuat tenaga, bahkan sesekali mendobraknya. Sesekali juga dia sambil berteriak minta tolong dari dalam, tapi dia urungkan saat mengingat tak ada orang yang dia kenal si Seoul kecuali Taehyung, Yoongi-hyung, dan Hobie/Hoseok-hyung. Si pemuda merah menyala itu mungkin sekarang sedang terlelap di atap, sedangkan Yoongi tidak mungkin berada di Big Hit School, dia sudah lulus dari tahun kemarin. Tak akan ada satu orangpun yang bisa menolongnya, kecuali satu orang… Hobie! Ia ingat Hoseok juga sekolah di Big Hit, dia harapan terakhir Jimin kala itu.
"Hobie-hyungg! HOBIE-HYUUNGG!" Jimin mulai meneriaki nama hoseok berharap sosok itu segera menemukan Jimin dan mengeluarkannya dari situ. Tangan dan bahunya mulai merasa nyeri dan linu akibrat mendobrak dan menggedor pintu.
Hoseok menoleh saat seseorang memanggil namanya "Ya! Kau mau kemana? Ingat setelah istirahat akan ada test!" Temannya memperingatkan.
"Ayolah namjoon, aku akan gila jika belajar terus terusan" Hoseok protes, mendengus malas. Teman sebangkunya itu memang sangat ketat terhadapnya. Ia sadar kalau kelas tiga memang harus giat belajar untuk mempersiapkan ujian kelulusan tapi belajar melulu kan bikin jenuh. "Sesekali kita harus keluar kelas untuk mencari hiburan dan refreshing. Lihat kelas kita. Suram. Menyedihkan" tudingnya pada teman teman sekelasnya yang kini sedang sibuk menyilangi jawaban soal di buku tebal.
Namjoon mengamati keaadan kelasnya. Memang miris….. Menghela nafas, berdiri mengikuti Hoseok "Kau benar, disini sungguh menyedihkan. ayo kita keluar"
Hoseok hanya terkikik melihat kawannya itu dan dibalas senggolan dari Namjoon agar berhenti menertawainya "ngomong-ngomong, kita mau kemana"
Namjoon mengedikkan bahunya. "Aku ngikut kau saja Hob" ucapnya dangkal. "kau sendiri rencana mau kemana?" Senyuman kecil di bibir hoseok membuat namjoon curiga
"Ke kelas 11 A-6"
Seketika namjoon mengerutkan dahinya yang tak tertutupi poni karena terpangkas habis. "Kelas si idol merah itu? Untuk apa kesana"
"Oh C'mon, kelas itu bukan hanya kelas si alien saja man" Hoseok menggaet leher sahabatnya. Kelas 11 A-6 memang terkenal karena Taehyung berada di kelas itu. Tapi hoseok kesana bukan untuk menemui hoobaenya yang aneh itu.
"Lalu?"
"Menemui seseorang" senyumnya kembali merekah
"Siapa? Aku tak pernah tahu kau dekat ataupun punya kekasih adik kelas" ucap namjoon sambil menaikkan sebelah alis matanya
"Yeah.. aku memang punya hoobae dekat. Dia bukan kekasih… tapi dulu memang kekasih… dan aku berharap sekarangpun dia mau menjadi kekasihku… lagi" jawab hoseok malu malu
Namjoon membulatkan mulutnya "Whoaa… tak kusangka kau yang acuh tak acuh pada wanita ternyata pernah memiliki suatu hubungan" Namjoon menyenggol hoseok, mencoba menggodanya
"Y-Yakk…. D-dia bukan wanita…. " hoseok berkata pelan, bahkan nyaris tak terdengar
"apa? Aku tak mendengar ucapanmu" namjoon jujur tidak mendengar perkataan hoseok tadi
"…. Dia bukan seorang wanita…." Jawab hoseok cepat.
Namjoon terhenyak, berhenti seketika. Hoseok yang sadar namjoon telah berhenti menoleh, dan mendapati wajahnya kini tengah melongo menatapnya
"why?" tanyanya dengan wajah datar
"… Aku pikir hanya diriku saja yang tak normal" Namjoon nyengir setelah sejenak tadi wajahnya blank.
Keduanya lalu terkikik dan kembali melanjutkan perjalanan.
Hoseok menengokkan kepala ke dalam kelas 11 A-6, kedua iris onyx nya cepat mencari sosok mungil di dalam "Kau menemukannya?" Tanya namjoon ikut menyembulkan kepalanya kedalam.
"Belum, mungkin dia masi istirahat?" nadanya tak yakin karena dari tadi jam istirahat sudah berakhir.
"Tunggu, hey apa kau tahu siswa bernama Park Jimin yang murid baru?" Tanya hoseok pada seorang siswa yang kebetulan keluar kelas
"Ahh Park Jimin? Dia belum kembali dari istirahat pertama" Siswa itu menjawab ramah. Hoseok mengerutkan keningnya. Istirahat pertama? Ini sudah istirahat kedua dan bahkan sudah bel masuk dari tadi. Berarti Jimin membolos? Pikiran hoseok mulai kemana mana
"Apa kau tahu kemana dia pergi?"
Siswa itu mengelus dagunya, kelihatan sedang berfikir "Terakhir kulihat di keluar kelas bersama V karena di hokum ssaem. Setelah itu mereka tak kembali ke kelas sampai sekarang"
"V?!" Hoseok terkejut dan sedikit menggeram.
"Sepertinya akan buruk" Namjoon menimpali. Semua siswa tahu, sesuatu yang berhubungan dengan nama V pasti berakhir buruk. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka berdua segera pergi. "Kita akan kemana?" Namjoon bertanya, berlari kecil di sebelah hoseok mengimbari langkah Hoseok yang tergesa gesa
"Kita ke atap, Kita cari V. perasaanku tak enak" Gumamnya cemas
Pintu atap sekolah di dobrak asal, menghasilkan suara debaman keras yang membuat Taehyung tersentak dari tidur siangnya. Mengusap mata untuk melihat siapa pelaku yang membuatnya tersentak kaget. Taehyung melihat Hoseok dan Namjoon terburu-buru mendekatinya.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan pada Jimin?!" Salah satu diantara mereka dengan surai berwarna coklat menarik kerah Taehyung garang, mengguncangnya kuat.
Namjoon cepat bertindak, menghentikan emosi sahabatnya sebelum perkelahian terjadi. "Hobie, tenanglah! Atur emosimu" Hoseok mendelik kesal kearah namjoon, dan melepas kerah Taehyung kasar.
"Nah V, kau tahu Park Jimin kan? Teman sekelasmu bilang dia pergi bersamamu tadi, Sekarang dimana dia?" Tanya namjoon mengambil alih
Taehyung tersadar dari keterkejutannya. Di berkedip kedip sebelum menjawab "Bicara apa kalian? Chim sudah kembali ke kelas sejak istirahat pertama" Ucapnya polos namun meyakinkan.
Hoseok naik darah. "Jangan main main denganku brengsek!"
Tangan Hoseok sudah bersiap menarik kerah Taehyung lagi namun berhasil dihentikan oleh Namjoon "Sssstt biar aku saja yang berbicara" Sela Namjoon cepat, menatap Hoseok serius dan beralih menatap Taehyung. "V, kami baru saja ke kelasmu. Temanmu mengatakan kalau Jimin tak ada dan masih bersamamu sejak dihukum ssaem dan itu sebelum istirahat pertama kan. Sekarang sudah istirahat kedua, dia masih belum kembali"
"A-apa? Dia memang bersamaku tadi tapi dia sudah kembali sejak istirahat pertama. Aku memang memintanya untuk menemaniku disini sampai pulang tapi dia menolak dan memilih meninggalkanku" Tutur Taehyung panjang lebar
"Jimin tidak ada dikelas, juga tidak bersamamu. Kalau begitu dimana Jimin sekarang?"
"Ya mana kutahu, aku tidur dari tadi" Celetuk Taehyung yang juga mulai kesal di interogasi terus menerus.
Hoseok hendak meninju wajah Taehyung jika saja tidak di tahan oleh Namjoon. "Ini semua karena kau Brengsek! Semua yang berurusan denganmu pasti tidak ada yang beres!" Hoseok berteriak tepat di depan wajah Taehyung
"A-apa? Hei! Kenapa kau terus menyalahkanku begitu? Aku benar benar tak tahu kemana Chimin pergi! Dia bilang akan kembali ke kelas setelah itu aku tidur jadi bagaimana bisa kau menyalahkanku terus?" Taehyung mulai kesal di tuduh yang tak jelas. Dia mengerucutkan bibirnya tanpa sadar dan membuat Hoseok jijik melihat aegyo gagalnya Taehyung (?).
"Sudahlah! Diam!" Namjoon angkat suara "Dari pada adu mulut lebih baik kita cari Jimin sekarang" titahnya sambil menarik tangan sahabatnya menuju pintu disusul Taehyung di belakang.
Jimin merengut, duduk memeluk lutut di tempat gelap tanpa cahaya. Jujur dia sudah tak kuat lagi. Terlalu takut untuk bergerak dan terlalu lelah untuk berteriak. Disekitarnya penuh dengan alat alat tak terpakai. Dia lelah sedari tadi berteriak memanggil pertolongan tanpa hasil. Perutnya bersuara mengingat sejak pagi dia hanya makan dua lembar roti, juga belum sempat pergi ke kantin. Kepalanya bersandar ke dinding, tubuhnya terkulai lemas. Buku buku jarinya pada lebam, bahunya juga terasa ngilu, sekarang mungkin sudah lebam disitu, akibat berulang kali mencoba mendobrak pintu namun tak berhasil.
Pikirannya melayang memutar memori saat kejadian 12 tahun yang lalu saat usianya masih 6 tahun, dimana dia terjebak di dalam ruangan gelap dan pengap seperti saat ini…
Flashback On
"eommaa….. appaa… hiks, jeball tolong aku… hiks… " suara tangis seorang anak kecil terdengar dari dalam gudang tua yang berada di hutan tempat dia berkemah bersama keluarganya dan keluarga yang lainnya. Bocah berusia 6 tahun mencoba menggedor gedor pintu dengan sesekali memanggil manggil eommanya dan appanya. Suaranya serak, terlalu banyak berteriak.
Hari sudah mulai gelap tapi tidak ada seorangpun yang menemukannya. Bocah itu sudah frustari, lelah dengan usahanya yang tak ada hasil. Akhirnya meringkuk di salah satu gundukan jerami di dalam gudang itu. rasa takut menyelimutinya hingga seseorang membuka paksa pintu besar itu. Bocah itu mendongakkan kepalanya, tampaklah seorang bocah kecil lainnya di ambang pintu sedang menatapnya heran.
"Kau sedang apa disitu?" Tanyanya
Alih alih menjawab, bocah didalam yang tadi meringkuk itu menerjang dan berhambur memeluk bocah yang telah menyelamatkan hidupnya.
"Huwaaaaaa…. Aku terkurung disini sejak tadi pagi tapi tidak ada seorangpun yang menemukan kuu huwaaaa … aku takut… takuttt… disana gelap… dingin… eommaa… appaa… tidak ada… hiks hikss.. huhuuu…" Bocah itu menangis sejadi jadinya menceritakan penderitaannya pada bocah yang dia peluk.
Plukk..
Sebuah jaket hangat mendarat di tubuhnya yang mungil. Bocah berusia 6 tahun itu mendongakkan wajahnya yang bengkak akibat menangis.
"Jangan khawatir… semua baik baik saja… ada aku sekarang, dan kita akan segera kembali ke tempat orang tua kita" Ucapnya menenangkan disertai senyumnya yang manis membuat bocah 6 tahun itu terhenyak menatapnya. Perasaan hangat mengalir ke tubuhnya
"Pakai jaket itu, dan pegang tanganku. Kita ke tempat orang tua kita sekarang, mereka sedang menunggu. Aku tahu seluk beluk hutan ini, kau aman bersamaku"
Senyuman anak itu kembali membuat anak 6 tahun ini merasa tenang. Segera dia menghapus air mata di pipinya. Dia rekatkan jaket itu ke tubuhnya dan menggenggam erat tangan anak di hadapannya
"Bagaimana dengan mu? Kau tidak kedinginan?" Tanya anak berwajah sembab itu serak
"Tidak~ aku menggunakan baju double. Jadi aku cukup merasa hangat" ujarnya lagi sambil tersenyum ramah. Suaranya halus dan merdu.
"Aku Uki, orang-orang memanggilku Uki. Siapa namamu?"
Bocah yang tadi menangis mengusap pipinya yang terasa dingin "Aku chim, panggil aku Chim"
"Chim? Oke chim, panggil aku uki ne~" Ucapnya lagi riang, mencairkan suasana
"Umm…" anak bernama Chim mengangguk imut dengan senyumnya yang manis.
"Tolong… antarkan aku ke tempat eomma…" ucapnya lirih penuh permohonan. Tangannya menggenggam erat anak bernama Uki itu
Tanpa sadar perut bocah bernama Chim itu berbunyi nyaring pertanda meminta asupan makanan. Bagaimana tidak, dia terkurung di gudang itu hampir satu hari penuh, sudah pasti perutnya sangat lapar karna tidak makan apa apa.
Wajahnya menunduk, sebersit rona kemerahan terpangpang di pipinya yang chubby. Anak bernama Uki sempat kaget mendengar suara perutnya Chim yang kelaparan. Detik berikutnya mereka tertawa bersama. Yang satu tertawa malu dan yang satu tertawa geli
"Ne, tentu saja. Aku juga sudah ditunggu oleh eommaku.. lagi pula perut itu sepertinya sudah tidak bisa menahan lapar lagi kkkkkk~ ayo kita kembali" Ucapnya sambil masih terkikik ria. Kakinya berjalan pelan menjauhi gudang itu disertai Chim yang berjalan di sebelahnya.
Flashback Off
Samar samar mendengar suara kaki mendekat ke arahnya, seketika itu juga Jimin menegakkan tubuhnya
'Hobie-hyung! Hobie-hyung datang!' Serunya dalam hati
Kunci pintu diputar dari luar, pintu ditarik, dan Jimin seketika itu pula menghambur kedalam pelukan orang itu, tanpa sempat dia teliti wajahnya terlebih dahulu.
Suara debuman keras akibat terjangan Jimin sontak membuat orang yang di tabraknya meringis pelan, karna pantatnya yang tentu saja mendarat dengan keras di tanah. Jimin tidak memperdulikan erangan orang yang diterjangnya itu, dia hanya merangkul tubuh orang yang sekarang menopangnya dengan seerat mungkin, dan menenggelamkan kepalanya ke dada bidang namun berisi(?) itu.
"Hobie-Hyungg! …. Hiks… hyung aku t-takut… a-aku terkurung di dalam… t-tak bisa hikss keluar hikss… m-mengapa kau lama hikss.. sekali… huhuuuu… disana gelap.. a-aku takutt…. Hyungg… hikss…" Jimin melepas semua ketegangan dalam dadanya, melampiaskan semua tangisnya kepada orang yang kini berada di pelukannya, yang dia yakini bahwa orang ini Hobie-hyungnya yang ia tunggu dari tadi.
Jimin menangis sejadi jadinya di dalam pelukan orang itu. Tanpa sadar baju orang yang dipeluknya sudah basah karena air matanya. Orang yang kini di peluk hanya duduk sambil melongo, masih terkejut akan serangan tadi yang tiba tiba. Jujur pantatnya masih merasa sakit akibat benturan keras dengan tanah tadi, tapi apalah pelukan erat ini membuatnya sulit untuk berdiri. Jangankan berdiri, bergerak saja tertahan.
"H-Hei…" Suara serak namun halus berhasil keluar dari mulut orang itu. Tangannya menepuk pundak Jimin pelan. Jimin terhenyak. Sadar setelah mendengar suara orang itu bukanlah suara berat khas Hobie-hyungnya. Dengan cepat Jimin melongokkan mukanya menatap orang yang kini tengah dipeluknya.
Ini bukan Hobie-hyung!
Alih alih terkejut, Jimin hanya membulatkan matanya gagal dan mulutnya menganga lebar. Dengan keadaan masih memeluknya, Jimin mengerjapkan matanya berkali-kali.
"H-Hei! Cepatlah bangun… pantatku tak kuat sakit.. ughh…" Orang itu meringis lagi saat merasakan pantatnya kembali berdenyut. Detik itu juga Jimin sadar telah menindihnya. Segera dia bangkit dan menjauh dari tubuh orang yang di terjangnya tadi.
Orang itu bangun dengan tertatih, meringis sakit sambil mengusap-usap pantatnya yang jatuh tadi.
"Ugh… sakit… menyebalkan… hari pertama masuk sudah kena sial" dumelnya pelan namun masih terdengar jelas di telinga Jimin.
Jimin menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Jujur saja, ini pertama kalinya dia salah orang dan bahkan dengan luwesnya memeluk orang yang tak dikenal. Di dalam hati, merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh tidak meneliti wajah orang dihadapannya terlebih dahulu tadi.
"m-maafkan aku… sungguh tadi aku terlalu ketakutan sehingga tanpa sadar menerjang dan memeluk mu… a-aku pikir kau adalah Hobie-hyung ku… " Jimin mengusap pipinya yang basah karena air mata, membungkuk dan meminta maaf dengan suara bergetar. Dia takut, terlebih orang yang berada di hadapannya adalah orang yang tak dikenal.
Terdengar helaan nafas yang berat dari orang itu. "Sudahlah lupakan saja… lagi pula aku yakin pantatku tak akan terlalu fatal karna debuman keras tadi" Orang itu menyahut ringan. Suaranya terdengar …err.. lembut? Tapi masih ada nada kasar dan berat. Jimin melongokkan kepalanya untuk menatap orang didepannya.
"ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa berada di dalam situ?" Tanya orang itu keheranan
Jimin hanya terdiam menatapnya. Pikirannya kembali melayang ke adegan di mana dia dijebloskan dan dikurung oleh enam siswi tadi. "Aku terkurung. Beberapa siswi usil tadi mengunciku disini. Aku berteriak meminta tolong dari tadi tapi tak ada hasil" Jimin akhirnya menyampaikan masalahnya. Suaranya serak karena tangis.
"Memangnya apa masalahmu?" selidik orang itu lagi
Jimin diam sejenak "mereka iri dengan kedekatanku bersama teman sebangku ku" hanya itu yang keluar dari mulut plum nya Jimin
Orang dihadapannya hanya mengangguk paham "Ternyata begitu… masalah yang mainstream" celetuknya.
Jimin kembali memperhatikan orang yang berada di hadapannya dengan seksama. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Berbeda… itulah pendapatnya tentang orang itu.
Orang yang merasa dipandangi berdehem membuat Jimin tersadar dan kikuk
"Aku Kim Junki, kelas 10 A-4. Aku anak pindahan dari Jeju, Hari ini hari pertamaku bersekolah disini" dia yang bernama Kim Junki terdiam sebentar, mengalihkan pandangannya ke name tag Jimin "Ahh, name tag mu berwarna biru, itu artinya kau sunbae ku ya, salam kenal sunbae, karena ini pertama kalinya aku di sekolah ini dan pertama kalinya aku menetap di Seoul, maka mohon bantuannya Sunbae" ucapnya datar namun ramah. Senyum tipis terpajang di bibirnya yang ranum. Tangan kanannya terulur kehadapan jimin. Jimin menerima uluran tangannya dan menjabatnya dengan canggung.
"A-aku Park Jimin, kelas 11 A-6"
Orang dihadapan Jimin yang bernama Kim Junki kembali merekahkan senyumnya dengan lebih lebar. Angin menerpa surai rambutnya yang terpangkas rapi berwarna ungu ke abu-abuan
"Salam kenal Jimin-Sunbae!"
Tanpa sadar perut Jimin berbunyi nyaring pertanda meminta asupan makanan. Bagaimana tidak, dia terkurung di gudang itu dari pagi, dan dia belum sempat makan apa apa selain dua lembar roti. Jadi sudah pasti dia kelaparan selama terkurung tadi
Wajahnya menunduk malu, kedua tangannya memegang perutnya yang kembali berbunyi, sebersit rona kemerahan terpangpang di pipinya yang chubby. Junki sempat kaget mendengar suara dari perut Jimin. Detik berikutnya Junki terkikik geli menahan tawa. Jimin hanya nyengir malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal
"Sepertinya perut itu sudah tak kuat menahan lapar. Ayo kita beli makanan dulu. Pffftttt" Junki masih tersenyum geli. Menggoda Jimin yang berada di hadapannya. Junki melangkah pergi menjauhi tempat itu menuju kantin disertai Jimin yang berjalan di belakangnya.
.
.
.
TBC
Mind to reviews dude~ ^o^)~
