Haikyuu belongs to Haruichi Furudate
(saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam menulis fanfiksi ini, semuanya sekadar untuk kesenangan saya hoho)
--
"Nee, Tsukki. Kau tidak mau mencobanya?"
Tadashi meletakkan bokongnya di ranjang empuk kamar mereka. Ya, mereka. Kamar itu milik mereka, kamar Yamaguchi Tadashi dan Tsukishima Kei.
"Apa?" Kei menyahut seadanya. Dirinya sedang sibuk dengan gitarnya, mencoba agar gitar itu menghasilkan bunyi yang lebih sempurna. Kei akhir-akhir ini disibukkan dengan chord gitar, tentu saja untuk keperluan pekerjaan sampingannya—selain menjadi mahasiswa tingkat akhir.
"Menyanyi untukku, aku tidak bisa tidur Tsukki…"
Oh, bagus. Tambah lagi beban Kei.
"Kau lihat sendiri aku sedang apa, 'kan? Dan kau tidak sebodoh itu sampai harus kuberi tahu."
Tadashi mengerucutkan bibirnya. Kei memang begitu, padahal pemuda bersurai blond itu memegang gitarnya. Bukankah itu suatu hal yang mudah? Menyanyikannya sebuah lagu pengantar tidur? (apalagi baginya suara Kei bagai candu)
Kei tidak mendengar suara Tadashi lagi. Hanya gitarnya yang menggema di kamar mereka. Apa Yamaguchi marah? Pikiran itu langsung ditepisnya. Yamaguchi tidak sebodoh Hinata yang tingkahnya seperti bocah. Hinata adalah teman Yamaguchi, satu fakultas dengan Kei. Dan anak itu sangat berisik, Kei harus sedia headset kapan saja bila di dekat Hinata.
Oke, cukup bahas Hinata.
Ia tidak tahu apa bintang berhamburan di luar, tapi sekarang mungkin Kei akan memberikan lagu ini sebagai pengantar tidur Tadashi.
Gitarnya mulai dimainkan dan Tadashi mulai terdistraksi dengan kenyataan bahwa Kei memainkan lagu dengan gitarnya—bukan hanya lagu putus-putus yang dilakukannya sambil menulis chord.
"Look at the stars, look how they shine for you,"
Tadashi menahan tawanya, sudah akan meledak jika suara Kei tidak sebagus itu dalam menyanyikannya. Benar ini Tsukki? Tidak sekalipun seorang Yamaguchi Tadashi berekspektasi tentang Tsukishima Kei yang berhubungan dengan suatu hal yang romantis atau cheesy.
"Look how they shine for you, and everything you do,"
"Yeah, they were all yellow."
"I came along, I wrote a song for you,"
Tadashi menjatuhkan dirinya ke ranjang, memeluk bantal sembari memandangi Kei yang terfokus pada gitarnya.
"And all the things you do, and it was called 'Yellow',"
Pandangan Tadashi menjadi lebih sayu, Kei tidak salah dalam memilih lagu.
"So then I took my turn. Oh, what a thing to have done,"
"And it was all yellow."
'Bahkan suaramu saja bisa membelaiku, Kei.' Tadashi berkata dalam hati, tersenyum kagum melihat betapa Kei menghayati setiap bait yang ia nyanyikan. Memberikan makna yang dalam, atau memang Tadashi yang berlebihan?
Tidak, memang begitu.
"Your skin, oh yeah your skin and bones,"
"Turn into something beautiful,"
"Do you know, you know I love you so,"
Semudah itu. Memang semudah itu membuat Tadashi tertidur, sekarang kekasihnya itu sudah menjemput dunia mimpinya.
Tentu saja, Kei tidak akan menganggunya. Ia menaruh gitarnya, meletakkannya dengan baik. Beringsut ke ranjang mereka, Kei membawa tubuh ringkih Tadashi ke dalam pelukannya.
"You know I love you so."
Fin
