Tubuh bongsornya sibuk menenteng tas berukuran lumayan besar sementara tangannya sibuk mengatur lensa kamera yang talinya dikalungkan di leher, sambil sesekali mengarahkan lensa itu ke objek yang akan dibidik untuk memastikan keakuratannya. Jeon Jungkook bukanlah seorang profesional, meski hasil bidikannya layak untuk disandingkan dengan jepretan para fotografer handal di luar sana.

Lidahnya mendecak pelan, kenapa rasanya dari tadi selalu tidak pas? Mungkin ia harus merogoh kocek lebih banyak untuk membeli lensa baru yang diimpikannya sejak awal lensa itu dipasarkan.

Kedua kakinya meragu untuk melanjutkan perjalanan. Tapi toh, tak ada gunanya juga ia berdiri lama di tengah jalur khusus pejalan kaki London bridge sambil mengutak-atik lensa yang nyatanya dari tadi selalu tidak cocok dari yang diharapkan.

Menghela napas, dari tadi ia belum memotret satu pun objek. Pikirannya buntu, berkat lensanya yang agak bandel hari ini. Kalau bisa dibilang, perasaannya juga agak kacau belakangan ini—yang membuatnya lesu untuk melakukan hal apa pun.

Kedua netra bulat sekelam malam itu menatap sendu riak air sungai Thames dari atas jembatan yang menjadi tempat aksi teror tahun 2017 silam. Beruntung pada saat itu Jungkook sedang bergelung nyaman di balutan selimut. Airnya berkilauan, efek pantulan sinar matahari. Kalau boleh bilang, Jungkook sempat punya keinginan konyol untuk salto dari atas jembatan. Ingin merasakan air kota London, katanya.

Otaknya masih sibuk memikirkan apa yang harus ia potret hari ini. Bibirnya mencebik kesal sambil mengeratkan tangan di tali kamera. Jungkook sebenarnya sudah gatal ingin melempar kamera mahalnya untuk menyegarkan diri di sungai Thames yang menggoda.

Angin yang berembus hari ini cukup nakal untuk menerbangkan helai rambutnya yang sudah cukup panjang, menggelitik kulit sampai hampir menusuk mata. Lantas ia berbalik lalu kembali berjalan menuju ujung lain dari jembatan. Mungkin setelah ini ia akan berkunjung ke beberapa tempat untuk mencari inspirasi, dan juga, mungkin lensa kameranya sudah lebih menjinak untuk diatur.

Karena terlalu sibuk dengan kameranya, tanpa sadar ia menabrak seseorang. Jungkook ternganga, lebih mementingkan kameranya lebih dulu dari pada yang ditabrak.

"Ah, maafkan aku. Anda tidak apa-apa?" Jungkook segera beralih pandang dari kamera kesayangannya untuk melihat korban tabrakkannya. Tersenyum canggung karena si korban malah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tuan, anda baik-baik saja? Maafkan aku."

Tersadar dari dunianya, si korban membolakan kedua matanya tak percaya. Ia melirih dengan terbata, yang sukses membuat Jeon Jungkook mengernyitkan dahi heran.

"J-jungkook?"]

Tbc

Hae, semoga ff ini ada yang baca :") pertama kali nulis taekook, maapkeun kalo aneh. Minta reviewnya bole? :"