Dengan langkah yang tertatih-tatih, seorang pemuda berambut pirang berjalan menjauh dari sebuah apartemen. Tubuhnya yang terasa sakit, ia paksakan untuk terus berjalan. Ringisan kecil sesekali keluar dari bibir merahnya yang membengkak. Langkahnya semakin lama terasa semakin berat, disaat tubuhnya begitu lelah, tak kuat menahan rasa sakit yang ia rasakan. Bukan hanya tubuhnya yang merasa sakit, tetapi juga—hatinya.
Entah jam berapa sekarang, ia tak tahu. Yang jelas, ia harus segera kembali ke apartemen kecilnya. Menghilangkan jejak para lelaki berengsek itu dari tubuhnya. Iris birunya memandang jauh ke depan, jalanan yang ia lalui begitu sepi dan gelap, dan tak ada seorangpun yang melintas. Jika keadaannya tak seperti saat ini, sudah dipastikan jika bulu kuduknya akan berdiri, dan ia tak akan berani berjalan sendirian.
Mengingat hal itu, ia tersenyum miris. Sungguh bodoh keputusannya saat pulang sekolah sore tadi menerima ajakan kekasihnya—Sasuke—untuk mampir ke apartemen kekasihnya dan karena tak berani untuk pulang sendirian, ia akhirnya meminta Sasuke untuk mengantarkannya, namun teman-teman Sasuke yang kebetulan akan segera datang, memaksanya harus menunggu Sasuke sampai teman-temannya pulang, untuk mengantarkan dia pulang. Tapi semua itu berakhir seperti ini—ah, ia tak ingin mengingat soal itu lagi. Ia merasa sangat kecewa pada pemuda bermata onyx yang berstatus kekasihnya.
Pemuda itu semakin sulit untuk menggerakan kakinya. Ia terjatuh, membuat pakaian yang ia kenakan asal-asalan itu melorot. Menampakan kulit tan yang di penuhi banyak bercak merah. Matanya sudah mulai tak fokus. Ia hampir kehilangan kesadarannya. Disaat kesadarannya semakin menipis, ia dapat mendengar suara mobil yang berhenti di sebelahnya. Ia juga dapat mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Tapi pemuda itu hanya tersenyum, miris pada dirinya sendiri. Ia berharap setelah kesadarannya hilang sepenuhnya, ia tak akan membuka matanya lagi.
"NARUTO!?"
Bruk!
Kesadaran pemuda itupun hilang sepenuhnya.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: SasuNaru slight KyuuNaru
Genre: Hurt/Comfort
Rate: T +
Warning: BL, Yaoi, BoyxBoy, Incest, Geje, bahasa yang membosankan, dan segala kekurangan lain. Don't Like, Don't Read!
Perlahan kelopak mata berwarna tan itu mulai membuka, menampakan iris blue sapphire yang begitu indah. Kyuubi mencegah Naruto yang hendak merubah posisinya menjadi terduduk. Menurut, Naruto kembali merebahkan tubuhnya. Kyuubi menyerahkan gelas berisi air putih kepada adiknya, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya amenatap adiknya dalam diam.
Rumah sakit, aroma dan suasana yang khas. Naruto tak menyangka kalau dia akan kembali membuka kedua matanya. Ternyata kami-sama begitu membencinya, hingga ia pun tak diijinkan untuk kembali kesisi-Nya. Yah, tapi mungkin memang dia tak pantas untuk kembali ke sisi kami-sama. Ia yang sudah kotor, karena kebodohannya sendiri. Lelaki macam apa ia ini?
Tanpa Naruto sadari mata rubby sedari tadi memandangnya khawatir. Kyuubi yang tak tahan akhirnya membuka suara.
"Siapa,, siapa Naruto?,, SIAPA?" Kyuubi menepalkan kedua tangannya erat. Emosinya sudah tak bisa dibendung lagi, apalagi saat sang adik hanya diam tak menjawab. Matanya menatap nanar ke arah Naruto yang masih setia memandang langit-langit kamar rumah sakit yang mereka tempati.
"NARUTO JAWAB AKU!" Perintahnya, saat dirinya menaiki ranjang dan mencengkeram kerah baju pasien yang Naruto kenakan. Melihat tak ada respon dari adikknya, Kyuubi menubrukan bibirnya ke bibir adiknya. Kyuubi yang memejamkan matanya erat tak melihat Naruto yang melebarkan kedua matanya. Kyuubi menghisap kuat bibir Naruto. Hanya sebentar, ia ingin merasakan penderitaan adik tercintanya, ia melepaskan hisapannya kemudian menatap sapphire di depannya lekat. Seandainya adiknya itu tidak dalam keadaan seperti ini ia pasti akan meninju wajah tan dengan tiga garis seperti kumis kucing itu. "NA— "
BRAK!
"KYUUBI!"
Teriakan seseorang yang mendobrak pintu kamar rawat itu membuat Kyuubi mengalihkan perhatiannya. Menatap sekilas mata jade yang mendekat ke arahnya dengan mata yang menatapnya tajam. Ia mendecak, kemudian menurunkan tubuhnya dari ranjang. Dan berjalan menuju pintu—hendak keluar.
"Mau kemana kau?!" Tanya pemuda itu saat Kyuubi berpapasan dengannya.
"Bukan urusanmu!"
BRAK!
Haah~, Gaara mendesah lelah melihat tingkah Kyuubi. Pemuda itu selalu saja semaunya sendiri. Apa dia tak tahu Naruto itu pasti sangat down sekarang. Seharusnya Kyuubi tidak memaksanya. Untung saja tadi ia sedang menuju kamar tempat Naruto dirawat ini saat mendengar Kyuubi berteriak tadi!
Gaara berjalan mendekati Naruto. Ia duduk di ranjang sebelah Naruto.
"Naruto." Panggilnya lembut. Naruto hanya melirik Gaara sekilas. Gaara menghela napas pelan. Ia memaklumi perasaan Naruto. Ia akan menunggu keadaan Naruto membaik dan menceritakan kejadian itu sendiri kepada Gaara. Gaara menggenggam kedua tangan Naruto erat, membuat pandangan iris sapphire itu beralih ke iris jade miliknya.
"Gaara." Lirih Naruto dengan suara parau.
###### ######
.
.
.
.
Suara televisi yang tidak begitu keras, terabaikan oleh sang pemilik yang hanya menatapnya dengan pandangan kosong.
Sasuke Uchiha, pemuda tampan yang sedang termenung sendirian di depan televisi yang menyala ini merasa sangat menyesal. Ia sangat menyesal karena telah membohongi pemuda blonde yang baru ia sadari telah ia cintai. Tapi semua sudah terlambat. Naruto pasti akan membencinya. Apalagi dirinya yang telah menjual sang kekasih itu kepada lima orang sekaligus. Para orang kaya yang selama ini telah menopang hidupnya. Ia tahu, hati pemuda blonde itu pasti akan sangat hancur.
Jangankan si pirang, ia sendiri pun membenci dirinya.
Sasuke mengepalkan kedua tangannya erat, hingga remot yang ia pegang remuk tak berbentuk.
Seandainya, seandainya waktu bisa diputar
Batinnya.
…TBC…
[edited]
