L memulai debutnya pada tahun 2010, ketika boyband Infinite mengeluarkan album, lagunya sangat diminati banyak orang. Hal itu membuat boyband ini meraih keuntungan yang sangat besar, penggemarnya pun bertambah. Pada tahun 2013 dan 2014 Infinite hadir di MAMA music award. Mereka tidak pulang dengan tangan kosong tetapi membawa penghargaan. 2014 pun dimulai dengan terkejutnya L dengan ucapan orang tuanya bahwa ia telah dijodohkan. Pada saat itu popularitasnya mulai menurun, ia sangat bingung dalam keadaan yang sedang dialami, akhirnya ia berencana untuk kabur dari perjodohan yang telah di gariskan. Tetapi tetap saja "Kurasa itu tidak bisa dihindarkan" pikirnya. Akhirnya keluarga kecilnya berunding. "Bagaimana bisa aku yang dijodohkan? Mengapa tidak Moonsoo?"

"Kau ini gila, Moonsoo itu masih dibawah usia" ibunya berkata dengan nada penuh penekanan sambil menepak kepala anaknya supaya sadar.

"Akh... Apakah ibu tidak pernah melihat drama? Kurasa itu wajar saja jika Moonsoo menjadi penggantiku." Myungsoo mengelus-elus kepalanya agar rasa sakitnya perlahan hilang.

Ayah nya menjawab dengan nada rendah "Tetap saja tidak bisa, sudah diputuskan bahwa yang dijodohkan adalah anak pertama."

"Apakah Ibu dan Ayah gila aku baru saja mendapat popularitas." L berlari ke kamarnya, ia segera mengemas barang-barangnya. Ketika ia ingin keluar pintu, kamarnya terkunci "Ibu...Ayah" teriaknya. "Aish" L menghentakkan punggungnya ke pintu, lalu mendudukan dirinya, kedua tangannya memegangi kepalanya yang pusing, kemudian di akhir ia menjambak rambutnya kuat. "Ah" disituasi ini L jadi ingat kunci cadangan yang ditaruh di lacinya. KLEK,

Ia segera membuka pintu kamar dan menuju keluar rumah, ayah dan ibunya mencoba menghentikannya tapi langkah kakinya terus berjalan mengikuti sesuai dengan kata hatinya.

Ketika L membuka pagar rumah dan beranjak pergi, ia melihat beberapa pria ber-jas tepat di sebrang rumahnya membuat langkahnya terhenti. L yang mempunyai firasat buruk tentang hal itu berusaha berlari, tetapi beberapa pria ber-jas itu malah berlari mengejarnya dan berusaha menangkapnya, untungnya ada mobil yang berhenti disampingnya. Orang yang berada di dalam mobil mengisyaratkan L untuk masuk ke dalam mobil dan L berhasil meloloskan diri dari beberapa pria ber-jas yang mengejarnya berkat Sungjong, maknae member Infinite.

"Mengapa kau dibuntuti orang-orang aneh itu" tanya Sungjong dengan tatapan mengintimidasi.

"Ah i don't know" dengan nafas tersenggal L menjawab. Setelah deru nafasya normal ia baru menyadari sesuatu tertinggal "My Koper !" panik melanda sekujur tubuhnya.

"Hah, apakah kita harus kembali?" Sungjong jadi ikut merasa tegang.

"Aniyaaa" dengan lemas L menjawab.

Di dorm Infinite.

Sunggyu terkejut mendengar keluhan L "Apa kau dijodohkan? Apakah kau bercanda?"

"Ya, aku serius tentang ini!" Sungjong terkejut bukan main.

"Lalu bagaimana dengan Infinite? apakah kau ingin keluar dari kesenanganmu ini?" Hoya menghujam dengan beberapa pertanyaan.

"Apa kau gila, aku benar-benar tidak ingin menerimanya, aku serius tentang ini!" L menjawab dengan kesal dan setelah itu ia nampak sedih.

"Tidak ada jalan keluar untuk hal ini, apa yang akan kau lakukan?" dan Dongwoo bingung harus melakukan apa.

Sungyeol berfikir sejenak, lalu berkata dengan nada pasrah "Satu-satunya cara, kau harus menghadiri perjodohan itu."

L langsung menyergap tak suka "Jangan bicara sembarangan!"

Woohyun memberikan respon baik terhadap perkataan Sungyeol "Menurutku Sungyeol benar, kau hadiri saja perjodohannya lalu kau meminta sesuatu yang membuatmu dapat keluar dari masalah keuangan. Tentang hubungan itu, jika ingin diteruskan atau tidaknya terserah kau."

Semua member (SY, H, SG, SJ, W kecuali L) memberikan respon baik "Kami setujuuu."

L masih bingung dengan saran yang diberikan semua temannya, dengan langkah lunglai ia berjalan menuju ke rumah makan. L yang sudah selesai makan telah memutuskan apa yang akan ia lakukan selanjutnya, tangannya meraih handphone di sakunya lalu segera menghubungi nomor telepon rumahnya dan tak perlu 1 menit menunggu, seseorang mengangkat panggilan telephonenya "Yeobseo" yang di telepon mengucapkan salam.

"Moonsoo-ah... kau tau dimana alamatnya?" L menyipitkan matanya yang terkena pantulan cahaya matahari.

Adiknya terkejut ketika mengetahui kakaknya secara tak langsung dengan pertanyaan yang diajukan telah menyetujui perjodohan itu "Jinjja, kakak ingin menghadiri acara itu!"

"Cepatlah kirim alamatnya, sebelum aku berubah pikiran" L menutup ponsel jadulnya. Tak lama di layar handphonenya tertera satu pesan masuk setelah ia berlindung di bawah tenda yang mempunyai bayangan gelap.

L sekarang berada di depan pintu gerbang istana yang tingginya melebihi tinggi badannya dan hal itu membuatnya bingung bagaimana cara ia membuka gerbang itu, terlebih lagi di sana tidak ada bell. "Haish, menyusahkan sekali" ia menyerah tanpa bertindak, ia membalikan badannya dan hendak pergi, ketika ia baru ingin melangkah pergi, pintu gerbang itu terbuka. Hal itu membuat keinginannya untuk pergi terhenti dan wajahnya memaling 'Bagaimana bisa?.'

Di pandangnya seorang dengan pakaian rapih membungkuk kearahnya "Anyeonghaseo tuan muda, aku Zain maaf membuat kau menunggu lama di luar, silahkan masuk"

'Bagaimana bisa mereka mengetahui keberadaanku' batin L. {Yes of cours they are know, itu karena di atas gerbang itu ada CCTV, Bodohnya L}

Ketika L memasuki ke ruang utama ia disambut baik oleh para pelayan. L diiringi pelayan yang sebelumnya menyambut kedatangannya tadi untuk menuju ke suatu ruangan (Zain) "Silahkan Tuan" mempersilahkannya L untuk masuk, lalu setelah L masuk pelayan tersebut meninggalkan mereka berdua karena ada urusan pekerjaan yang belum di selesaikan.

Dan disanalah L melihat seseorang yang telah dijodohkan dengannya sedang duduk di kursi menunggu kedatangannya, sepertinya sudah cukup lama ia disana karena ketika melewatinya L melihat teh yang ada di hadapannya hanya berisi setengah cangkir. Mereka duduk berhadapan, L sebenarnya sangat terkejut pada saat baru datang tetapi ia tetap memasang wajah tenang, melihat punggung orang itu saja ia telah merasa aneh dengan perjodohan ini, walaupun ia belum melihat wajahnya.

L berjalan ke tempat duduknya dan segera duduk di kursi kayu yang telah disiapkan untuk ia duduki secepatnya, tak lama salah satu pelayan membawakan teh untuk L sambil tersenyum kepadanya "Silahkan diminum tuan"

"Kamsahabnida" L menjawab sambil mengambil secangkir teh diatas meja. "NAMJA" L berucap tanpa menghiraukan orang yang ada di depannya, ia lebih tertarik untuk menikmati teh yang diminumnya ketimang orang yang sedang menatapnya, ia meneguk tehnya sampai habis.

Orang itu tersenyum remeh "Apakah kau terkejut?."

L perlahan menaruh cangkir tehnya yang telah ia telan habis isinya di meja dan menggebrak meja secara tidak sabaran "Daniel Henney jangan bercanda, kau ingin aku dijodohkan denganmu" nadanya sedikit menyentak dengan tatapan tajam.

"Aku juga berfikir... ini sedikit gila dan membuat popularitasku menurun. Kurasa tidak ada cara lain untuk membatalkan perjodohan ini jika hanya memikirkan ego, tapi aku tidak bisa berbuat dengan seenaknya karena aku adalah generasi ke sembilan dari MLRo." Daniel menjawab dengan santai setelah itu ia menyeruput teh yang baru saja dihidangkan.

"Baiklah terserah apa yang kau katakan tapi jika kau ingin perjodohan ini terlaksana dengan baik aku meminta persyaratan." L menyilangkan kedua tangannya di dada sambil bersandar di kursi empuk yang tengah ia duduki.

"Mengapa semua orang selalu meminta persyaratan ketika mereka dipaksa" Daniel memutar bola matanya malas.

L langsung duduk tegap "Huh" dengan wajah lugu yang sedikit kesal karena suara Daniel yang terlalu kecil.

"Ani, cepat katakan apa maumu?." Daniel mengembalikan cangkir teh ke tempatnya.

L sudah matang-matang mempersiapkan persyaratan yang akan ia ajukan dan ia hanya butuh waktu beberapa menit memikirkan semua itu ketika ia menuju ke istana {jadi L persiapkan persyaratannya dengan matang-matang ga sih?}. "Baiklah, dengar baik-baik apa yang kukatakan karena aku tidak akan mengulang perkataanku. Setelah aku bertunangan denganmu:

Hana: berikan aku uang setiap sebulan sekali, kira-kira... (L berbisik),

Dul: kita tidak boleh mempertahankan hubungan ini sampai pernikahan,

Set: dan yang terakhir ini, yang paling penting ! Kau tidak boleh menyentuhku.

Arachi!" akhirnya kalimat panjang L telah selesai ia utarakan.

"Baiklah..., 3 hari setelah pertemuan kita, kau harus hadir di istana pada jam 09.00 pagi. Jangan sampai telat dan jangan hancurkan pertunangan ini, jika kau tidak melaksanakannya aku akan batalkan persyaratan mu yang ketiga. Tetapi jika kau melakukannya dengan baik dan tepat waktu, aku akan melaksanakan 3 persyaratan yang kau lampirkan." jawab Daniel santai, terlihat seperti tidak menghiraukan pernyataan panjang yang telah L utarakan dan hal itu membuat L mendelik, ia juga sedikit menyipitkan matanya karena tidak mengerti kalimat terakhir yang Daniel sampaikan.

"Bagaimana bisa kau mengatakan persyaratan yang ketiga yang akan dihapus, bukankah jika persyaratan itu dihapus harusnya berawal dari nomor yang kecil ke nomor besar" L membela sesuatu yang menurutnya memang itulah suatu kebenaran.

"Hal itu sudah biasa, kurasa jika dihitung dari nomor yang paling besar ke kecil lebih menantang dan menyenangkan, ketika dihitung mundur dari 3,2,1 …and SKAKMAT?" Daniel tersenyum.

"Apakah kau..." dengan nada menyentak, tetapi pembicaraan L terputus pada saat Daniel bangkit dari tempat duduknya.

"Mianhe keunde... hari ini aku benar-benar ada sedikit permasalahan" sambil membereskan jas dan tas yang ada di bangkunya, Daniel segera pergi keluar ruangan.

"Jangan memotong pembicaraan ku" L bangkit dari tempat duduknya dan BRUK ia terjatuh bersamaan dengan cangkir teh yang terjatuh dan pecah karena ia sontak menggerakan tangan dan tak sengaja mengenai kedua cangkir teh yang telah habis isinya. Beberapa pecahan itu mengenai jari kelingking dan jari manis tangan kanan L.

Daniel menghentikan langkahnya yang telah berencana pergi dari sana dan kembali secepatnya dari ambang pintu. Ia mengangkat tangan kanan L, lalu memasukan jari kelingking dan jari manis L yang mulai berdarah ke dalam mulutnya ia mencoba menghentikan pendarahan. Setelah darah tidak menetes lagi Daniel mengeluarkan jari L dari mulutnya dan meminta kepada pelayan yang mulai berkerumun untuk mengambilkan kotak P3K, "Seharusnya kau lebih berhati-hati" Daniel menatap L tajam dengan wajah khawatir, tapi L sepertinya tersipu malu. Al hasil tubuhnya merespon untuk langsung melepaskan tangannya dari Daniel dan berlari meninggalkan Daniel, dengan cepat ia beranjak pergi dari istana.

L mulai lelah dan berhenti di pertengahan jalan pulang, ia segera mengatur nafasnya yang mulai sesak karena ia memaksakan kakinya untuk berlari padahal ia sudah tidak kuat lagi. Ia kemudian berjalan pelan menuju ke rumahnya dengan sedikit pemikiran aneh di otaknya yaitu membayangkan kejadian yang baru saja ia alami, ketika pemikirannya terpojok pada suatu hal, ia menghentikan langkahnya sejenak, wajahnya yang sebelumnya tertunduk lemah kini terkejut "Apakah dia... TIDAK" berteriak.

TBC