Hal yang pertama kali kulakukan ketika membuka mata ialah memandang lurus ke depan, di mana kulihat terhampar begitu luas rerumputan dengan pepohonan yang begitu rindang. Aku menyipitkan kedua mata—mencoba melihat lebih teliti—dan kudapati warna-warna merah yang cukup mencolok menyembul di antara dedaunan tersebut.
o
Kurasa di depanku ini adalah sebuah lahan yang begitu luas dengan beragam jenis tumbuhan yang sedang berbuah. Kali ini kucoba mengangkat kedua lenganku, kuremat jari-jemariku di depan wajah, sesekali kubalikkan kedua lenganku untuk memastikan sesuatu.
o
Dan hasilnya sungguh mengejutkan! Ini terasa begitu nyata! Kali ini kuamati seluruh badanku, mulai dari pakaian yang kukenakan, yaitu baju lengan panjang yang cukup tebal dengan kerah menutupi leher dilengkapi celana panjang berwarna hitam dan sepatu standar. Sempurna, pikirku.
o
Kuamati lagi sekelilingku dan berbalik arah, kini di depanku terlihat kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kurang-lebih 15 meter, di tengah-tengah kolam itu terdapat sebuah patung seorang ksatria dengan tinggi berkisar 3 meter, mengenakan zirah, menggenggam pedang juga perisai. Di balik patung tersebut dapat kulihat sebuah desa yang cukup ramai.
o
'Akhirnya' batinku penuh antusias, kini aku bermain dalam sebuah game VR-MMORPG (Virtual Reality-Massive Multiplayer Online Role Playing Game) bernama
o
✩ Art Of Life ✩
o
Naruto © Masashi Kishimoto
CrossOver
Sword Art Online © Reki Kawahara
in
Art Of Life
( Seni Kehidupan )
By : Patih Alam
A/N : Di sini saya akan menampilkan sisi logis dari sebuah game VR. Apalagi yang bertemakan pembunuhan seperti ini. Para gamer yang bermain game (di fic ini) berusia 21 tahun ke atas. Jadi, untuk Kirito atau Asuna, di sini sudah dewasa.
o
Sebab, jika mereka masih belasan tahun, yang saya pikirkan adalah dampak psikologis ketika mereka berada di dunia nyata. Masa' iya belasan tahun sudah lincah ke sana kemari ngayun pedang? Apa bedanya dengan maraknya anak bau kencur udah tawuran pakai senjata tajam?
o
Dan untuk para pembaca, diharapkan aktif dalam berkomentar baik kritik maupun saran untuk perkembangan fic ini. Dan fic ini akan dibuat selogis-logisnya dan menekankan REALITAS. Selamat membaca!
o
7 September 2022
.
P.O.V.
.
Hai. Perkenalkan namaku Naruto Uzumaki, 24 tahun. Seorang pemilik usaha sebuah toko buku sederhana di Ibukota Shizuoka, wilayah Chubu, pulau Honshu, Jepang.
o
Meski sederhana, aku bersyukur toko ini selalu ramai setiap harinya. Itu dikarenakan aku selalu up-to-date dengan trend yang sedang populer, seperti novel—tak jarang aku membelinya dari luar negeri—atau dekorasi baik luar maupun dalam ruangan yang setiap minggunya kuubah, hal itu merupakan bentuk strategi untuk menarik minat pengunjung. Dan terbukti, sukses.
o
Faktor lain mengapa toko ini selalu ramai adalah pelanggan tetap. Ya, karena toko ini kuwariskan dari kedua orangtuaku setelah mereka wafat. Ayahku—Minato Namikaze—wafat ketika usiaku 15 tahun, sedang Ibuku—Kushina Uzumaki—wafat 3 tahun setelahnya. Aku bersedih karena mereka meninggalkanku di usiaku yang masih muda, mengharuskanku untuk hidup mandiri sejak saat itu.
o
Aku begitu kelimpungan karena kami dulunya hanyalah keluarga kecil, tak memiliki sanak saudara jauh. Namun karyawan di toko ini—berjumlah 4 orang—bersimpati padaku, mereka membantuku bangkit dari keterpurukan.
o
Bersama mereka yang masih seusia denganku (sebenarnya karyawan di toko ini adalah anak angkat orang tuaku, bisa kuanggap sebagai saudaraku, karena menurut Ibu, mereka telah menggelandang di usia belia, akhirnya Ibu membawa mereka masuk ke dalam kehangatan keluarga kecil kami), kami hidup saling menopang, membagi tugas untuk mengatur dari urusan rumah, hingga toko.
o
Kami memiliki selisih usia tak jauh, namun aku masih yang paling tua di antara mereka. Dan ketika usiaku menginjak 20 tahun aku mulai merenovasi bangunan ini, memperlebarnya serta menambah ruang pribadi untukku dan saudara-saudariku di bagian dalam toko.
o
Cukup dengan kisah latar belakangku. Kini beralih soal kegiatan sehari-hariku yang sebenarnya membosankan. Sebagai seseorang yang selalu mencari perkembangan trend, aku selalu aktif dalam berbagai grup sosial media. Alhasil, aktivitasku yang paling banyak memakan waktu adalah hanya duduk di hadapan komputer dalam ruangan pribadiku di toko ini.
o
Ya, mau bagaimana lagi? Aku terlalu malas untuk berjalan-jalan keluar dengan fenomena yang seperti itu-itu saja. Bagaimana tidak? Hanya ada jalanan padat, suhu udara yang begitu panas—karena pepohonan sudah begitu jarang di Ibukota ini—dan. . .meski jarang ada asap karena kendaraan masa kini sudah dioptimalkan dengan bahan bakar tenaga surya dan listrik, tetap saja membuatku bosan.
o
Aku membuka beberapa website yang sudah menjadi langgananku dalam membeli buku-buku baik lokal maupun impor, nampaknya belum ada sesuatu yang baru. Kuputuskan untuk membuka akunku di sosial media, menyapa teman-temanku, mengobrol seputar trending topic hingga sampailah pada obrolan tentang game yang baru dirilis.
o
Aku ingat, berita tentang akan diluncurkannya sebuah game perdana berbasis VR-MMORPG ini telah ada sejak satu tahun yang lalu, berbagai media heboh meliputnya, bagaimana tidak? Dalam game ini, kita diberi tubuh virtual untuk memainkan game di dalamnya. Yang membuatku tertarik adalah setting yang dihadirkan dalam game ini, yaitu alam yang masih membentang hijau!
o
Namun sengaja aku tak menunjukkan rasa antusiasku pada mereka—teman-teman sosial media—karena memang pada dasarnya aku bukanlah orang yang suka blak-blakan. Sampai kemudian seseorang meng-upload sebuah foto. . . tiket? Ia mengatakan baru saja mendaftarkan diri sebagai pembeli game VR tersebut dan mendapat nomor urutan untuk pengambilannya.
o
Hal ini tentu saja memancing reaksiku, dengan cekatan kubuka situs resminya. Dan benar saja! Terdapat form untuk mengisi pendaftaran yang langsung saja kuisi dengan biodataku. Mengapa harus mengisi form biodata? Katanya, hal ini diperlukan untuk mencegah adanya pemalsuan alat yang disebut NerveGear dan video game yang ada di dalamnya.
o
Jadi, data yang telah diisi akan diproses dan langsung di-input secara permanen ke software yang ada dalam NerveGear tersebut. Selanjutnya, ketika pengambilan barang yang sudah berisi data kita, akan diadakan lagi sesi pelengkap biodata, dalam hal ini kita akan diminta secara rinci ukuran tubuh, tinggi badan, bentuk wajah, dan lain sebagainya agar benar-benar sesuai dengan penampilan kita dalam dunia nyata. Dan hal yang diperbolehkan untuk diganti hanya warna rambut, warna mata dan nickname. Hal ini ditujukan untuk mencegah adanya player palsu, misalnya seperti player laki-laki namun menggunakan avatar perempuan, atau sebaliknya. Bisa kasus itu namanya. Kasus. Hehe.
o
Kini aku telah menyelesaikan form-ku dan melakukan pembayaran secara online, kali ini tinggal menunggu dataku diproses. Tak perlu menunggu lama, tampil notifikasi bahwa aku telah sukses melakukan pembelian. Di bawah tulisan tersebut terdapat sebuah gambar—mirip tiket—dengan nomor urut 666. Wow. Angka yang cantik.
-oOo-
'Mohon cetak kartu ini untuk diserahkan kepada kasir ketika pengambilan barang. Ini menunjukkan bahwa anda adalah pembeli yang telah terdaftar.'
-oOo-
Oke. Oh ya, buku resmi Art Of Life—nama game ini—juga sudah diterbitkan beberapa pekan sebelumnya. Jadi, dalam game ini dikatakan akan ada 5 desa besar, Desa Daun(Konohagakure), Desa Pasir(Sunagakure), Desa Air(Kirigakure), Desa Tanah(Iwagakure) dan Desa Petir(Kumogakure). Meski disebut 'desa', namun dari yang kulihat dari beberapa tangkapan layar/screenshot dalam situs resminya, setial wilayahnya cukup luas. Dan jarak antar desa pun begitu jauh. Lebih rinci kita bisa simak di halaman 5 dalam buku ini.
-oOo-
Konohagakure, desa ini terletak di tengah hutan, membentang dari bukit satu sampai bukit lainnya, juga terdapat satu gunung berapi yang sudah tidak aktif. Mayoritas penduduknya—terutama warga sipil(NPC)—bekerja sebagai petani. Desa ini merupakan desa penghasil tanaman algaea, yaitu sejenis tanaman merambat yang berfungsi sebagai penerang dikarenakan batang dan daunnya mampu mengeluarkan cahaya ketika malam hari. Bisa dibilang sebagai pengganti lampu dalam dunia nyata. Tanaman ini juga telah diekspor ke empat desa besar lainnya. Karena meski sudah ada listrik, namun di game ini tidak ada lampu. Selain itu terdapat tanaman hias yang tak kalah menariknya, seperti chrysanthemum, water lily, tulip, dan masih banyak lagi.
o
Sunagakure, desa ini terletak di tengah padang pasir dikelilingi beberapa tebing tinggi yang difungsikan sebagai benteng, mayoritas penduduknya(NPC) bekerja sebagai koki dan penambang, karena desa ini merupakan desa penghasil emas, perak, dan minyak bumi. Selain itu, desa ini juga merupakan desa dengan sumber pangan terbesar dari empat desa besar lainnya, karena desa ini adalah desa penghasil gandum, tak heran jika desa ini terkenal dengan kualitas roti terbaiknya.
o
Kirigakure, desa ini terletak di dekat laut, berderet dari atas tebing hingga pesisir pantai, bahkan terdapat beberapa pulau kecil yang masih termasuk dalam wilayah desa ini. Untuk mengakses pulau-pulau tersebut, selain dengan menggunakan perahu, tersedia juga kereta bawah laut. Ya, kalian bisa melihat keindahan biota laut tanpa harus khawatir akan adanya bahaya, karena di sepanjang rel tersebut sudah dilapisi dinding kaca tebal. Dan mayoritas penduduknya(NPC) bekerja sebagai nelayan, desa ini juga terkenal dengan penghasil mutiara dan segala jenis sumber daya laut.
o
Iwagakure, desa ini terletak di atas tebing yang begitu tinggi, untuk bisa mengakses ke desa ini, dibuatlah ribuan anak tangga yang begitu lebar, terdapat 1 tempat pemberhentian sekaligus penginapan di sisi anak tangga bila sudah mencapai setengah perjalanan. Atau alternatif lain bisa menggunakan jalur khusus, yaitu. . . kereta derek, seperti lift namun dengan bentuk lebih sederhana, yaitu bak—bentuknya seperti keranjang besar—yang ditarik menggunakan katrol dan mesin. Uniknya, untuk bepergian dari desa ini terdapat satu alternatif, yakni. . . flying fox dengan beberapa jalur, sehingga tak perlu khawatir untuk mengantri. Mayoritas penduduk(NPC) di desa ini bekerja sebagai pedagang dan penambang, karena desa ini merupakan desa penghasil beragam batu berharga, seperti diamond, ruby, topaz, dan masih banyak lagi.
o
Kumogakure, berkebalikan dengan Iwagakure, desa ini terletak di tengah-tengah lembah dikelilingi dinding—tebing—batu yang begitu terjal. Di setiap sudut tebing tersebut dibangun sebuah menara pengawas. Selain itu, di desa ini juga terdapat beberapa gunung batu yang begitu tinggi, hal ini dimanfaatkan penduduknya untuk menggali tambang. Ya, mayoritas penduduknya(NPC) bekerja sebagai penambang dan pandai besi. Sebab tambang di desa ini menghasilkan bijih besi, tembaga, logam, dan sejenisnya. Tak heran bila Kumogakure terkenal akan desa ahlinya pandai besi.
-oOo-
Bila dilihat dari peta, kelima desa ini membentuk rangkaian sudut segilima dalam satu pulau, selain 5 desa besar ini masih terdapat desa-desa kecil lainnya yang termasuk ke dalam wilayah salah satu dari lima desa besar tersebut. Tentunya para pemain akan ditantang untuk menjelajahi semua desa tersebut dan mengungkap misteri-misteri lain yang memang disediakan oleh pihak developer.
o
Cerita bermula ketika kelima desa besar ini mulai menjalin hubungan politik yang baik. Saling bekerjasama dalam membangun sarana dan infrastuktur masing-masing desa. Dan sebagai lambang kerjasama mereka, dibangunlah sebuah monumen yang dilakukan oleh masing-masing perwakilan tiap desa di tengah-tengah kelima desa tersebut(bila kelima desa ini membentuk sudut segilima, maka monumen ini berada persis di tengah-tengahnya).
o
Monumen yang sangat besar dan menjulang tinggi ke langit, monumen ini juga terlihat dari seluruh desa. (A/N : mungkin kalian bisa bayangkan, bila Monas terlihat dari Banten, atau Bandung, bisa dibayangkan ya? Sebesar apa monumennya). Monumen ini dinamai Monumen Pencakar Langit dikarenakan tingginya yang menembus langit, sama sekali tidak bisa dilihat ujungnya.
o
Namun semuanya berubah saat negara api menyerang, hanya ava-Eh. Tunggu. Salah naskah. Namun semuanya berubah ketika hujaman benda-benda angkasa—kalian bisa menyebutnya hujan asteroid— menghantam pulau ini mengakibatkan gempa yang begitu dahsyat. Kelima desa besar ini mengalami kerusakan yang cukup parah, namun nyatanya yang lebih parah ialah monumen tersebut.
o
Beberapa waktu terlewat ketika seluruh desa hampir pulih seutuhnya. Barulah mereka menyadari, bahwa mereka kehilangan kontak dengan prajurit yang menjaga monumen tersebut, hingga ketika mereka mengirim pasukan penjemput pun tak pernah ada yang kembali lagi.
o
Timbullah desas-desus tidak mengenakkan tentang apa yang terjadi pada monumen tersebut. Ya, padahal monumen itu terlihat masih berdiri kokoh menjulang tinggi ke langit. Hingga suatu hari ada seorang pengintai yang berhasil kembali, namun dalam keadaan sekarat. Ia berkata terputus-putus.
.
"M-mo-monu-men-r-run-tuh-m-mon-ster-it-"
.
Dia tak pernah melanjutkan kata-katanya lagi. Akhirnya pesan itu disampaikan ke seluruh desa, dan mereka mengirim tim terbaiknya untuk mengintai apa yang sebenarnya terjadi pada monumen tersebut. Pesan dari para pemimpin desa untuk tidak terlalu mendekati monumen tersebut, cukup melihat dari jauh dan laporkan apa yang terjadi.
o
Selang beberapa hari mereka kembali dengan selamat, dan mereka melaporkan bahwa bagian atas (pucuk menara) monumen tersebut telah patah dan jatuh tak jauh dari menara itu sendiri. Padahal ujung monumen itu saja sampai sekarang belum pernah terlihat. Lalu berapakah tinggi monumen itu sebenarnya?
o
Dikatakan daerah sekitarnya juga begitu porak poranda, berbagai macam ukuran kawah dengan bongkahan asteroid menggambarkan betapa buruknya daerah tersebut. Mereka mengatakan tidak pernah sekalipun melihat pasukan yang pernah dikirim, menemukan jejaknya pun tidak. Namun mereka memberikan kesaksian bahwa mereka pernah melihat beberapa sosok hitam di sekitar menara tersebut. Sosoknya tidak terlalu jelas karena mereka hanya melihat dari kejauhan.
o
Berbicara mengenai hujan asteroid, benda angkasa itu bukan hanya jatuh di sekitar menara, melainkan juga di sekitar perbatasan kelima desa besar. Namun mereka tidak pernah melihat adanya sosok asing yang dilaporkan, hanya ada perubahan terhadap beberapa makhluk hidup yang berperilaku aneh, seperti hewan-hewan yang kini berperilaku brutal dan agresif. Pernah juga ada laporan bahwa mereka melihat pohon berjalan, namun sepertinya itu hanya isu belaka.
o
Kini pelatihan untuk menjadi bagian pertahanan menjadi lebih sulit. Hal ini akan dialami kalian—para player— yang memutuskan untuk menjadi prajurit. Karena mereka bukan lagi untuk sekedar menumpas bandit. Tantangan untuk player di sini ialah untuk mengungkap kebenaran yang terjadi pada peristiwa di waktu itu. Namun mereka juga bebas untuk melakukan petualangan ke desa besar untuk mengasah kemampuan dan pengetahuan. Berani mencoba?
o
✩ Art Of Life ✩
o
SKIP TIME
.
8 September 2022
.
Kututup buku panduan yang baru saja selesai kubaca. Kini aku menoleh pada NerveGear yang tergeletak di meja samping kasurku. Terlihat begitu menggoda, seakan memaksaku untuk segera mengenakannya. Beranjak dari tempat duduk, dengan cekatan kukenakan NerveGear itu, kubaringkan diriku, kunyamankan posisi sejenak. Dan kugumamkan kata kuncinya. . .
[ LINK START ]
V
V
V
V V V
V
[To Be Continued]
Yo. Perkenalkan, saya adalah author baru. Bagaimana tanggapan kalian dengan fic yang satu ini? Ya, memang baru sekedar prolog. Ketik review kalian di bawah ya, jangan sekedar bilang 'lanjut'. Karena saya butuh kritik dan saran untuk membuat fic ini lebih baik. Patih Alam, izin mengundurkan diri dari hadapanmu.
