*White Love for White Lily*
#
.
.
.
Musim Gugur, Zaman Meiji
Hembusan angin pagi terasa mengusik kenyamanannya saat ini. Tertidur pulas diatas sebuah futon hangat, dan bergelung nyaman dibawah kehangatan selimut putih nan tebal.
Angin musim gugur selalu seperti ini. Membawa hawa dingin, yang tentu saja sangat mengusiknya. Ditambah lagi, sinar mentari pagi yang mencuri celah dari balik fusuma yang langsung menghadap pemandangan taman belakang rumah.
Bola mata sekelam malam tak berbintang itu, nampak membuka sedikit demi sedikit kelopak matanya. Menampilkan kilau dingin dan wibawanya.
Perlahan, ia bangkit dari posisi tidurnya. Mengusap pelan kedua belah matanya, yang masih terasa berat.
Tok… tok… tok…!
Namun tiba-tiba, sesuatu mengusik ketentraman ritual bangun pagi-nya.
"Sasuke-sama! Sasuke-sama!"
Pria tampan, bermarga bangsawan terkenal Uchiha itu, hanya bisa mendengus pelan, sebelum mengizinkan si pemilik suara masuk ke dalam kamarnya.
"Ya, masuk." ucapnya malas, seraya berdiri dan berjalan ke arah fusuma yang tadi sempat mengeluarkan suara keras dari balik sana.
Greeeek!
"Sasuke-sama! Gawat! Ada berita penting!" teriak seorang pemuda tinggi, sambil menunjuk-nunjuk sesuatu yang tidak jelas ada dimana.
Sasuke memngernyit bingung.
"Berita penting? Apa maksudmu?" desis pria itu tidak suka dipermainkan.
Pemuda berbadan tinggi itu, menarik nafas dalam-dalam, sebelum mengatakan suatu hal, yang diyakininya akan membuat sang majikan terbelalak kaget.
Mata coklat tua pemuda itu menatap serius sang majikan, kemudian berkata.
"Sakura-sama… ditemukan pingsan tadi pagi…"
Sama persis seperti apa yang ia bayangkan. Sekarang, mata sekelam malam itu, terbelalak kaget mendengarnya.
White Love, for White Lily
*
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Romance, & Hurt/Comfort
Rate; T
SasufemNaru, SasuSaku (not slight) slight SuiKarin
This fic belong to Miyako Shirayuki Phantomhive
Don't Like Don't Read!
At Morning
Suara derap langkah yang terburu-buru, membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan heran. Ditambah lagi, yang sedang terburu-buru adalah Tuan Muda rumah mereka. Uchiha Sasuke.
"Dimana mereka menemukan, Sakura?" tanya pria itu dengan nafas yang memburu. Pemuda disebelahnya menoleh, lalu terlihat sedang berpikir, mengingat-ngingat.
"Emm… menurut informasi yang diberikan oleh pelayan rumah. Sakura-sama ditemukan pingsan di dekat kolam ikan, di taman belakang rumah, dekat kamarnya." Jawab pemuda bernama Suigetsu itu. Sasuke mengangguk mengerti.
Tak lama, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah bangsawan yang sangat mewah, pintu gerbang rumah itu segera terbuka, saat para penjaga nya melihat siapa yang datang.
"Ohayou Gozaimasu, Sasuke-sama!" sapa mereka sambil ber-ojigi singkat. Sasuke tak menghiraukan mereka, yang ada di otaknya saat ini adalah 'Temui Sakura'. Dan hal itu semakin membuatnya cemas tak karuan.
"Sasuke-sama!"
Nampak, seorang gadis seumuran pemuda yang bernama Suigetsu itu, tengah berlari tergopoh-gopoh menghampiri Sasuke yang berhenti di koridor rumah tradisional itu.
"Karin?" Suigetsu mengernyit heran.
Gadis bernama Karin itu, melirik tajam pemuda di sebelah 'Tunangan' majikannya, kemudian kembali memusatkan perhatiannya ke arah Sasuke yang tampak kelelahan, setelah berlari-lari dari rumahnya, ke rumah 'Tunangan'nya yang jaraknya lumayan jauh.
"Karin! Dimana Sakura sekarang?" teriak Sasuke cemas.
Pelayan yang bernama Karin itu, tampak gelagapan menjawab pertanyaan Sasuke yang kelewat kasar.
"A-ano, Sasuke-sama… Sakura-sama sekarang sedang di periksa oleh tabib di kamarnya. Apa anda ingin ke sa-"
"Antarkan aku segera ke kamarnya!"
Karin bergidik ngeri.
"B-baiklah, Sasuke-sama. Kamar Sakura-sama lewat sini," Karin membungkuk hormat pada Sasuke, lalu berjalan.. atau yang lebih tepatnya lagi berlari dengan terburu-buru ke tempat yang mereka tuju.
#
*White Love, for White Lily*
#
Sasuke's PoV
Aku terus berlari dengan terburu-buru ke arah dimana Sakura berada. Yang katanya, dia sekarang sedang berada di kamarnya.
Astaga… perasaan ku sekarang benar-benar tidak bisa diajak kompromi! Bodoh! Semoga saja, perasaan ku kali ini tidak benar.
Aku benar-benar seperti orang gila sekarang. Pagi-pagi sudah berlari-lari ke tempat tunangan ku berada, berteriak tidak jelas pada pelayan pribadi tunangan ku, dan sekarang... berlari-larian di koridor rumahnya, membuat gaduh seisi rumah ini. Ck, sial!
"Hosh… hosh… hosh… Sasuke-sama… sekarang, kita sudah sampai di kamar Sakura-sama… hosh… hosh.. hosh…"
Ku tatap fusuma berwarna merah muda itu, benda itu di tutup dari dalam, dan samar-samar aku mendengar suara para tabib keluarga ini, yang terdegar sangat panik.
Aku menghela nafas berat. Punggungku merosot, ketika aku merasakan ada sebuah tiang kayu berada dibelakang punggungku. Bisa kurasakan sekarang, kaki ku gemetaran. Seolah mengisyaratkan, kalau aku sekarang sangatlah cemas, sampai kedua kaki ini bergetar hebat. Emm… atau mungkin, karna aku terlalu banyak berlari?
"Sasuke-sama…" panggil seseorang. Aku mendongak dan mendapati Karin yang sedang membungkuk menatap ku. Wajahnya terlihat sangat cemas.
"Hn?"
"Anda tidak apa-apa?" tanya nya. Aku menggeleng acuh, dan kembali menundukkan wajahku. Kami-sama…
"Tapi, Sasuke-sama… wajah anda terlihat sangat… pucat… Apa anda ingin saya buatkan teh hangat?" tawar Karin, lagi-lagi aku mendongak, lalu mengangguk kecil. Karin tersenyum lembut, dan beberapa detik kemudian pergi dari hadapanku.
Kembali kutundukkan wajahku, yang Karin katakan tadi sangat pucat. Tentu saja, aku berlari-lari dari rumah ku, yang jaraknya sangat jauh dari kediaman tunangan ku ini, saking cemasnya.
Ya, tunanganku. Haruno Sakura adalah tunangan ku. Tunangan yang sangat ku cintai.
Sebenarnya, dari kecil ia sudah mengidap suatu penyakit langka. Penyakit yang bersarang di tubuhnya itu semakin lama, semakin parah. Para tabib keluarga ini sudah berusaha mati-matian, agar bisa menyelamatkan nyawa tunangan ku ini.
Mereka bilang, penyakit Sakura ini bukan berasal dari tempat kami berada. Konohagakure.
Para tetua pernah berkata, penyakit ini bukanlah penyakit biasa. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, atau tanaman herbal. Penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan tanaman sihir, yang berarti penyakit yang diderita Sakura adalah penyakit, yang ditimbulkan oleh pengaruh sihir seseorang.
Aku sama sekali tak habis pikir. Memangnya Sakura pernah berbuat apa? Sehingga, seseorang dengan seenaknya menanamkan sebuah penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan biasa, ke dalam tubuh rapuhnya! Aaarrgghh!
Greeek!
Dengan cepat aku berdiri dan menghampiri seorang tabib terkenal yang tadi memeriksa Sakura di dalam.
"Bagaimana keadaan, Sakura?" tanya ku cepat. Si tabib yang bernama Shizune itu menghela nafas berat. Sungguh, perasaan ku sekarang sangat tidak enak…
"Sasuke-sama… anda sekarang tidak usah cemas lagi.. keadaan Sakura-sama, sudah lumayan membaik. Dia sudah bisa merespon kinerja otaknya. Sekarang, dia sedang tidur nyenyak, setelah diberi obat bius…" jelas Shizune yang diiringi dengan senyuman lembut wanita beriris onyx sepertiku.
'Kami-sama… terima kasih banyak…' batinku lega. Tubuhku dengan lemasnya terduduk di lantai. Kedua tangan ku menutupi wajahku, yang terlihat seperti hendak menangis.
"Tapi… sepertinya, penyakit Sakura-sama, sudah menyebar luas hingga ke daerah vital nya." Aku terbelalak kaget. "Dan itu membuat kami para tabib, tidak bisa berbuat apa-apa. Kami sama sekali tidak bisa mengobatinya, Sasuke-sama… penyakit ini sudah terlampau parah… Yang bisa kita lakukan saat ini adalah… berdoa… hanya itu…"
Baru saja aku meraskan kelegaan yang luar biasa. Sekarang? Aku diliputi ketakutan dan kesedihan… Kami-sama… berhentilah bermain-main pada kami…
Aku tertunduk lesu. Kedua mata onyx-ku, yang biasanya selalu menatap tajam dan angkuh lawan bicara ku… sekarang hanya bisa menatap sendu, dan kosong, tanpa harapan.
"Dengan kata lain… Sakura-sama… sudah mendekati ajalnya…"
Jantung ku serasa berhenti berdetak, sekarang juga.
Sakura… Tunangan ku… wanita yang sangat kucintai, melebihi apapun di dunia ini… akan segera dijemput oleh dewa kematian…
Aku sama sekali tidak bisa membayangkan.
Ia yang selalu tersenyum ramah padaku… akan segera dijemput oleh kematian…
Bibir ranumnya yang selalu melengkungkan senyum terindah yang pernah kulihat…
Cristal emerald, yang tak perduli, meski ia sesakit apapun… ia akan tetap bersinar… meskipun itu menyakitinya…
Jemari lentik, yang membuatku ketagihan untuk selalu membuatnya menyentuh, dan membelai rambut raven ku…
Kening lebar, yang selalu membuatku betah untuk menciumnya berlama-lama…
Dalam beberapa waktu kedepan… semua keindahan itu akan sirna… hilang, bagai serpihan daun kering yang terinjak.. kenangan kami… semua itu akan hancur… musnah… dan pasti akan selalu membuatku tersiksa… aku sangat mencintainya…
Tubuh ku bergetar hebat… kelopak mataku mulai basah oleh sesuatu… ya, itu air mata… Aku menangis…
"Apa… tidak ada cara lain.. untuk membebaskannya dari penyakit, itu, heh?" tanya ku dengan suara yang bergetar. Walaupun, aku sudah menahannya mati-matian… Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur dilanda kesedihan…
Shizune terdiam lama. Sepertinya ia sedang berpikir keras.
"Ya… sepertinya sebuah mitos bisa membantu kita dalam masalah ini, Sasuke-sama…" jawab Shizune, kepalaku langsung mendongak ke arahnya. Menatapnya serius.
"Apa itu? Cepat katakan padaku!" Shizune melangkah mundur sekali, menghindari teriakan ku yang terlampau kasar (daripada yang sebelumnya) padanya.
Shizune menatap ku takut-takut. Tapi, aku tak perduli. Yang ada di kepalaku sekarang adalah, 'Selamatkan Sakura!'… tak ada yang lain…
"Tap-tapi… itu akan membutuhkan perasaan, Sasuke-sama… dan juga… nyawa anda, sebagai tameng nya…"
Mataku menatap Shizune tajam. Membuatnya semakin ketakutan.
"Aku tak perduli pada nyawaku… ataupun perasaan ku, yang seluruhnya hanya diisi oleh rasa cintaku, pada Sakura… Kau mengerti?" desis ku tajam, sambil menunjuk wajahnya kesal. Atau mungkin marah…
"*glek*" Shizune tersenyum canggung ke arahku. "B-baiklah… sekarang, saya mohon… anda ikut ke ruang kerja saya… ada beberapa hal penting, yang harus sampaikan pada anda, Sasuke-sama…"
Aku hanya mengangguk mengerti, seraya menurunkan jari telunjuk ku, yang tadi dengan tidak sopannya menunjuk wajahnya secara terang-terangan…
Setelah mengatakan hal itu. Shizune langsung berjalan lebih dulu, didepanku. Membimbing ku ke tempat kerja nya.
#
*White Love, for White Lily*
#
Normal's PoV
In Shizune's Room
Ruangan itu terlihat sangat berantakan. Dimana-mana tumpukan kertas dan buku menghiasi ruangan yang cukup luas itu.
Mata onyx Sasuke menatap datar, semua yang ada didalam ruangan itu. Berbeda dengan wanita di sebelahnya, yang 'sedikit' lebih tua darinya, yang menatap tumpukan berantakan itu dengan tatapan tidak enak.
"Maaf, kalau tempat ini mengganggu penglihatanmu, Sasuke-sama… Akhir-akhir ini, saya sangat sibuk dengan penelitian penyakit Sakura-sama… sehingga saya sendiri lupa untuk membersihkan ruang kerja ini…" aku Shizune, dengan cengiran tidak enaknya.
"Hn," sahut Sasuke pendek. "Aku tak perduli dengan ruangan mu ini… Sekarang, cepat beritahukan aku hal-hal penting yang kau katakan tadi…"
Shizune mendengus pelan. Dalam hati, ia menggerutu, kenapa wanita secantik, dan seramah Sakura, bisa tahan bertunangan dengan pemuda dingin nan angkuh ini? Tidak ada yang tahu jawabannya apa. Yang tahu, hanyalah Tuhan, dan Sakura sendiri.
Shizune berjalan terburu-buru ke arah sebuah tumpukan buku, dan gulungan kertas tua di sudut kiri meja kerjanya, yang sama berantakannya dengan ruangan miliknya itu.
Tangan lentiknya, dengan sigap membuka dan menganalisa buku ataupun gulungan yang tengah ia cari itu. Apakah itu benar buku, atau gulungan yang sedang ia cari?
Sasuke dengan bosan menunggu wanita itu, mencari sesuatu yang ia sendiri tak tahu itu apa.
Tak berapa lama, mata onyx wanita itu berbinar ria. Sepertinya, ia sudah mendapatkan apa yang ia cari tadi.
"Ah, dapat!" seru wanita itu, seraya mengacungkan sebuah gulungan tua yang berwarna biru keemasan, dengan sebuah tulisan berhuruf kanji, tercetak di sampul putih, gulungan berwarna biru keemasan itu.
Shizune tersenyum tipis, saat mendapati gulungan tua bersampul biru keemasan itu, berada di bawah tumpukan gulungan dan bukunya yang lain.
"Kau sudah mendapatkannya?" tanya Sasuke, masih dengan kedatarannya. Shizune kembali tersenyum senang. Dan itu membuat Sasuke, sedikit merasa aneh dengan senyuman itu.
Shizune menatap tajam sebuah gulungan tua itu. Sepertinya, ia harus menggunakan 'sedikit' sihir di sini, untuk membuka ikatan sihir yang melingkari badan tengah gulungan itu.
"Baiklah, Sasuke-sama… sepertinya, saya harus menggunakan 'sedikit' sihir di sini." Jelas Shizune seraya bersiap membuat sebuah segel di tangannya. Sasuke mengernyit heran.
"Sihir? Untuk apa?" tanya pria berambut hitam kebiru-biruan itu. Shizune melirik singkat ke arah Sasuke yang sepertinya, sedang menatapnya dengan tatapan, 'beritahu-aku-sekarang-juga-aku-paling-benci-menunggu-dan-penasaran-seperti-ini'
Shizune menghela nafas maklum. Keringat dingin, meluncur mulus, dari pelipisnya.
"Err… Begini, Sasuke-sama… Di gulungan ini, digunakan kekkai yang hanya bisa dibuka dengan sihir. Maka dari itu, saya perlu menggunakan sihir, untuk bisa membuka segel kekkai sihir ini." Jelas Shizune panjang lebar. Sedangkan Sasuke, ia hanya mengangguk-ngangguk tanda mengerti.
"Hn, kalau begitu, cepatlah… aku bosan menunggu terus…" gumam pria itu.
Tanpa memperdulikan ucapan datar nan malas, yang dilontarkan Sasuke. Shizune segera merapalkan sebuah kalimat sihir, atau bisa juga disebut mantra, dengan kedua tangannya yang sudah siap, membentuk segitiga.
"Yon no futsu kekkai! Kenko no futsu yon kekkai!" seru Shizune. Dalam sekejap, kertas yang bertulisakan huruf kanji 4 segel kekkai itu, terbakar tanpa merusak bagian gulungan yang lain.
Sasuke menatap takjub, pelepas segel sihir yang digunakan Shizune tadi. Rupanya, ia mulai tertarik dengan ilmu sihir.
"Apa itu sudah bisa dibuka, heh?" tanya Sasuke sambil menunjuk gulungan tua itu. Namun sayangnya… Shizune tak menjawab pertanyaan pria itu, melainkan, ia malah melanjutkan kegiatannya.
"Yon futsu! Kei no kekkai!"
Tiba-tiba saja, gulungan tua itu, terbuka dengan sendirinya. Menampilkan sebuah gambar atau, bisa juga disebut dengan lukisan. Di samping kanan dan kiri lukisan itu terbapat sebuah tulisan-tulisan tangan manusia.
Sasuke mendekat ke arah Shizune, yang sedang membaca dengan serius tulisan berhuruf kanji di gulungan tua, tersebut.
"Apa yang tertulis disana?" tanya Sasuke lagi. Kali ini pertanyaannya itu, dijawab oleh Shizune, tanpa mengalihkan pandangannya dari gulungan tua itu.
"Hm… sepertinya ini cerita mitos itu. Dan sepertinya lagi… gulungan tua ini, ditulis dan digambarkan secara rinci, oleh pembuat gulungan ini." Jawab Shizune, suaranya merendah, seakan sedang menakut-nakuti Sasuke yang berada disebelahnya. Tapi, kenyataan berkata lain. Malahan, Sasuke semakin penasaran dengan isi dari gulungan tua, yang tengah dibaca oleh Shizune.
"Ah, lihat! Ada nama pembuat nya!" seru Shizune, seraya menunjuk sebuah nama, yang terletak di pojok kiri bawah, gulungan tua itu.
"Namikaze… Minato…?" baca Sasuke dengan alis berkerut, merasa familiar dengan nama itu.
"Na-namikaze Minato?" seru Shizune tak percaya. Membuat Sasuke mengernyit penasaran.
"Hm? Memangnya, siapa dia?" tanya Sasuke (lagi).
Mata onyx Shizune, masih terbelalak tak percaya.
"D-dia adalah…"
"Dia siapa?"
"Dia adalah… pembuat gulungan ini…"
#gubrak!
"Shizune! Berhenti bermain-main! Aku serius, bodoh!" teriak Sasuke kalap. Membuat Shizune cengengesan tak bersalah.
"Hehehe… maaf, Sasuke-sama… saya cuma mencairkan suasana… hehehe… Gomen ne…"
Sasuke masih menatap tajam Shizune.
"B-baiklah, Sasuke-sama… saya akan serius…" ucap Shizune yang merasa dirinya, dihadiahi oleh tatapan membunuh oleh sang Uchiha.
"Kalau begitu, cepatlah! Jangan bermain-main, lagi!"
Shizune mengangguk paham, dan kembali membaca isi dari gulungan tua itu. Sasuke kembali bertanya.
"Siapa dia sebenarnya?" tanya pria tampan itu. Shizune terdiam sebentar, sebelum menjawab pertanyaan sang pria tampan yang berada di sebelahnya.
"Hm… menurut mitos yang beredar… Dia adalah orang pertama, yang berusaha mendapatkan lily putih dari tangan seekor siluman, yang konon katanya…-"
"Tunggu sebentar…" sela Sasuke. "Lily putih?"
Shizune mengangguk, mengiyakan.
"Ya, Lily putih."
"Tanaman apa itu?" Sasuke bertanya (lagi).
"Itu, adalah sejenis tanaman, yang mempunyai kekuatan sihir penyembuh paling dahsyat dimuka bumi ini.
Kata beberapa tabib, yang pernah mengajarkan saya ilmu ini… Lily putih itu, bisa menyembuhkan segala macam penyakit… tidak terkecuali, penyakit yang sedang diderita Sakura-sama… bahkan, menurut informasi yang ada di gulungan ini… Lily itu, dapat membuat orang yang memakainya menjadi hidup abadi… tapi, ada juga yang mengatakan… kalau tanaman itu, juga bisa membangkitkan orang yang sudah mati…" jelas Shizune panjang lebar.
Sasuke tak dapat berkutik lagi. Semua perkataan Shizune terus berputar-putar di kepalanya. Bisa menyembuhkan segala penyakit? Juga penyakit akibat sihir, seperti Sakura? Astaga, ia harus mendapatkan tanaman itu…
"Aku harus mendapatkannya!" gumam Sasuke berapi-api. Shizune menggeleng lemah.
"Tapi, untuk bisa mendapatkan Lily itu… anda harus mengorbankan apa, yang anda punya saat itu juga… tak ada alasan…" ucap Shizune lirih. Sasuke mengernyit bingung.
"Apa maksudmu, Shizune?"
Shizune terdiam lama.
"Anda pasti akan tau, jika saat itu benar-benar tiba…"
Lagi-lagi Sasuke menatap Shizune dengan tatapan aneh.
"Dasar aneh…" gumam Sasuke lagi.
Shizune melirik Sasuke tajam, sebelum melanjutkan penjelasannya.
"Lalu, Lily itu dijaga oleh siluman yang di gulungan ini, sama sekali tidak disebutkan siluman jenis apa itu… yang jelas… siluman ini suka ketenangan…
Dan disini juga dituliskan, kalau siluman ini selalu bicara terang-terangan, juga ekspresinya mudah terbaca… tapi, jangan pernah meremehkan mereka, kalau mereka sedang marah besar… begitu katanya…" jelas wanita itu seraya mengernyit heran.
"Ada apa?" tanya Sasuke.
Shizune menggeleng tidak.
"Tidak… tidak ada apa-apa, Sasuke-sama…" gumam wanita itu, masih dengan ekspresi herannya.
"Lanjutkan…"
Shizune mengangguk. Lalu, kembali membaca kelanjutan tulisan yang ada di gulungan itu.
Telunjuk nya bergerak, mengikuti alur membacanya. Tak lama kemudian, mata onyx Shizune, menemukan sesuatu, yang sangat menguntungkan pencarian Lily, yang ingin mereka cari itu.
"Emm… ah!"
"Ada apa lagi, Shizune?" tanya Sasuke bingung. Membuat, Shizune menoleh cepat ke arah sang pria tampan.
"Di gulungan ini disebutkan, kalau letak Lily itu berada di sebelah barat Hutan Terlarang… berada tepat di tengah-tengah gunung yang…-"
"Jadi, Lily itu berada tepat di tengah-tengah gunung Hutan Terlarang, heh?"
Lagi-lagi Shizune mengangguk membenarkan.
"Benar, Sasuke-sama…" jawab Shizune. "Lebih tepatnya lagi, Lily itu berada di sebuah portal, menuju dimensi lain. Nah, portal itu sendiri, berada di tengah-tengah gunung.
Dengan kata lain… untuk mendapatkan lily itu… anda harus masuk kedalam portal, yang terletak di antara kedua buah gunung Sukiyama dan Kedo."
Sasuke terdiam lama. Mencoba mencerna satu-persatu semua kalimat, yang terlontar dari bibir ranum, milik wanita di sebelahnya.
"Hm… Apa tidak ada petunjuk lain, tentang dimana tempat portal itu berada?"
Tanpa menunggu waktu lama. Shizune kembali membaca kelanjutan dari tulisan yang ia baca sebelumnya. Sasuke terdiam, menunggu hasil pencarian yang dilakukan oleh Shizune.
Shizune sempat menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda pencarian pada paragraf-paragraf yang ia baca, berbuah nihil.
Gerakan itu terus ia lakukan, sampai pada paragraf terakhir. Lagi-lagi ia menggeleng kan kepalanya, kali ini bertanda, bahwa ia sedang kecewa.
"Maaf, Sasuke-sama… saya tak menemukan informasi apapun tentang dimana letak portal itu berada… Maaf…" lirih Shizune kecewa.
Sasuke yang mendengar ucapan kecewa dari Shizune, hanya bisa menghela nafas bingung. Beberapa ucapan, dari Shizune tadi mengusik jalan pikirannya.
"Jadi… tak ada informasi lain, tentang hal itu?" gumam Sasuke tak percaya, seperti merasa jalan hidupnya, hanya satu. Yaitu, kematian.
Shizune menggeleng pasrah.
"Tak ada, Sasuke-sama… Maafkan saya…"
Shizune tertunduk, merasa pencariannya ini tak menghasilkan apa-apa. Bukan hasil, yang ingin mereka dapatkan, melainkan rasa lelah, dan kecewa, yang terus menghantui sanubari mereka.
Kalau mereka sama sekali tak tahu dimana letak portal itu berada, berarti, sama saja mereka membuang-buang waktu untuk mencari informasi tentang Lily itu.
Bayangkan saja. Tempat dimana portal itu berada, sangatlah luas. Hal itu memperlukan waktu yang sangat lama, untuk mencari dimana portal itu berada. Bersembunyi diantara bebatuan, dan pepohonan, yang seperti jalan tak berujung.
Entah apa yang ada dipikiran Sasuke. Pria itu mengangkat wajahnya, optimis. Seakan menentang takdir yang telah menghadang dirinya. Sasuke menatap Shizune yang tengah tertunduk lesu tanpa gairah hidup.
"Aku akan mencari sendiri portal itu…"
Satu kalimat itu meluncur mulus, dari bibir tipis pria yang bermarga bangsawan Uchiha ini.
Shizune langsung mendongak, dan menatap Sasuke dengan tatapan tak percaya.
"A-anda bercanda, Sasuke-sama?"
Sasuke menggeleng.
"Hah? Anda pasti akan kewalahan menangani hal ini sendiri, tanpa informasi yang lebih jelas! Apalagi, letak portal masih belum jelas ada dimana!" teriak Shizune, mencoba menurunkan semangat Sasuke, yang sepertinya, sudah sangat yakin dengan jalan yang akan ditempuh pria itu nanti.
"Tapi sudah tidak ada cara lain lagi selain ini, untuk menyelamatkan Sakura!" teriak Sasuke tak kalah dari Shizune. Membuat wanita itu terdiam tak berdaya.
"Tapi, itu tidak mungkin Sasuke-sama! Anda tak mungkin mencari nya dalam informasi sesedikit ini! Anda membutuhkan lebih! Tunggu lah, sampai saya menemukan informasi lain!" balas Shizune setelah sadar dari ketidak-berdayaannya.
"DAN KAU MENGATAKANNYA, PADA SESEORANG YANG SEDANG CEMAS DENGAN KEADAAN TUNANGANNYA, HAH?"
Shizune tersentak kaget.
"Menunggu? Menunggu sampai kau mendapatkan informasi lain? Sementara Sakura sudah berada di ambang pintu kematian?"
Shizune terdiam sambil menundukkan kepalanya. Sementara, Sasuke mengacak rambutnya frustasi.
"Sakura sudah tidak bisa menunggu lagi, Shizune! Dia butuh hal yang pasti! Sesuatu yang bisa menyelamatkannya! Apapun itu! Meskipun informasi yang kita dapatkan, masih sangatlah sedikit! Tapi kita perlu mencobanya, Shizune!"
Shizune masih terdiam. Nafas Sasuke tersengal-sengal, sehabis berteriak pada wanita itu.
Shizune memalingkan wajahnya ke samping. Menghindari tatapan tajam Uchiha dihadapannya ini. Tatapan yang menuntut akan pengertian seorang murid, dari tabib terkenal.
"Ini pengecualian, Shizune…" desis Sasuke. "pengecualian… untuk nyawa Sakura… dia membutuhkan tanaman ini secepatnya… Dia sudah tidak bisa menunggu lagi…"
Shizune memejamkan matanya erat. Bibir ranumnya terkatup rapat tak berkutik. Ia sama sekali tak bisa membantah perkataan tunangan pasiennya. Semua perkataan yang terlontar dari bibir Sasuke, memang benar adanya.
Sakura sudah tidak bisa menunggu lama lagi. Keadaan wanita itu semakin memburuk. Penyakitnya sudah semakin sering kambuh. Dan itu, sangatlah bahaya bagi si penderita. Apalagi, Sakura mempunyai tubuh yang lemah. Mudah terserang penyakit lain.
Tapi… apakah benar? Jika ia memutuskan untuk membiarkan calon penerus keluarga bangsawan Uchiha yang terkenal, untuk mencari tanaman Lily putih ini, demi seorang tunangan sakit-sakitan seperti Sakura? Mempertaruhkan nyawanya, yang sangat berharga, hanya untuk mendapatkan sekuntum Lily putih yang letaknya saja, sangat tidak menguntungkan bagi Sasuke sendiri.
Jika ia memutuskan ini dengan secara sepihak… ia juga yang nanti akan disalahkan…
Semuanya serba salah… Ia benar-benar tak tahu, harus melakukan apa… Ini sudah diluar kendalinya, sebagai seorang tabib.
"Kalau kau tidak mengizinkan ku… aku akan pergi sendiri… tanpa pengawal… dan aku tidak membutuhkan pertolongan mu sama sekali, untuk ke sana… Aku akan benar-benar melakukannya sendiri…" tantang Sasuke, seraya berbalik, dan berjalan menuju fusuma yang tertutup rapat. Tapi, sebuah suara nan pelan membuatnya berhenti berjalan.
"Saya akan membantu anda…"
Sasuke sukses berbalik, dan menatap mata onyx Shizune yang menatapnya dengan tatapan pasrah.
"Apa maksudmu, Shizune?" tanya Sasuke, alisnya mengernyit curiga.
Shizune menghela nafas berat.
"Saya akan membantu anda dari sini…" jawab Shizune, wanita itu tersenyum lembut. "Saya akan membantu anda, untuk pergi dari sini, malam ini juga… Anda pasti akan membutuhkannya bukan, Sasuke-sama?"
Pada saat itu juga. Senyum tipis Sasuke keluar dari tempat persembunyiannya selama ini.
"Arigatou Gogaimasu.."
#
White Love, for White Lily
To Be Contineud
#
Author's Note; Hei-hooo~~!
This is Mi-chan again! With another story for FNI!
Hohoho…
Ini fic muncul tiba-tiba pas waktu solat teraweh di mesjid…
Hehe
Hasilnya ya gini… Mi-chan harap readers suka dengan fic acak bin adul ini..
Hehe
Yap!
Ini bisa juga sebagai pengganti dari 'Summer Will Be Gone' nya Mi-chan yang itu…
Dikarenakan… Mi-chan sudah gag dapet inspir dan gambaran tentang apa yang akan terjadi kedepannya dalam cerita itu…
Jadi.., Mi-chan mohon maaf sebesar-besarnya untuk para readers yang menunggu-nunggu fic ini.
Dan, Mi-chan sangat bereterima kasih, pada para readers yang sudah memberikan review nya, dan simpatik untuk membaca fic Mi-chan yang berjudul 'Summer Will Be Gone' itu…
Hehehe
Kepada para readers yang menunggu fic Mi-chan yang lain, seperti, 'Save My Heart chap; 8' dan 'I Love You My Husband chap; 3'
Kedua fic itu akan di publish tidak lama setelah fic terbaru ini publish..
Hehe
Last word!
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1432, PADA SEMUA MINNA-SAN YANG MERAYAKANNYA!
Hehe
Semoga, kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, setelah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 ini!
Yeeeey!
Tak lupa~
Mi-chan selaku salah satu author dari FNI, dan semua Chara yang ada di semua fic Mi-chan, mengucapkan;
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN!
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN!
Yeeeey!
Akhir A/N, Mi-chan mengharapkan setulus-tulusnya review dari para readers sekalian~
Hehe
Tiada fic ini tanpa semangat membaca para readers~
Review yaaaah~
