Story By: Bekantan Hijau.

Disclaimer: Yuusei Matsui.

Rate: T

Genre: Humor/Romance/Drama.

Pair: AsaKaru

Warning: Maybe-OOC, some mistakes EYD, AU, Sho-Ai, BL, typo.

A/N: Dipersembahkan pada yang mencekoki diriku dengan asupan Papa Mama. :'(

xXx

Naughty Tobeli

xXx

.

.

.


Wajah menengadah. Kepala ditongak dari jejeran alfabet ganti menilik tembus kaca langsung menuju beludru hitam menghiasi langit penuh hias gemerlap manik-manik. Helai rapi diacak mawut, empunya mengerang bosan.

Baringan di sofa kulit merk paling mutakhir. Menjadi istri kelabang jingga membuat pecinta stroberi ganti haluan dari pembunuh ke waifu idaman. Buku promo cuci gudang toko online langganan dilempar kasar dari atas kepala. Jiwa ibu-ibu sosialita kandas direngut bosan.

Tadinya hendak mencari ganti boxer suami yang kelunturan akibat teledor, lupa sama cucian di bak mandi asyik koling-koling di aiped mutakhir bareng teman lama. Mesin cuci meledak, belum ada ganti, dalaman suami jadi korban.

Punya pasangan hidup yang serba perfect itu menyusahkan. Terlampau merepotkan. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu. Adaaaa saja peraturan, bahkan yang tak masuk akal sekalipun menjadi aturan tak tertulis.

Menolak disalahkan, pelaku pelunturan balas menyalahkan suami yang tidak cinta, karena tidak dikasih wifi ngebut dan pulsa selaut. Ujungnya sebagai istri yang baik dan tidak sombong, masih mau mencari ganti buat suami dan sempat-sempatnya belanja cabe rawit impor.

Acara televisi? Tidak, sama sekali tak ada yang menarik. Hanya acara gosip ria bermata buaya dan nyanyi goyang pinggul syik asyik yang bahkan sama sekali tak bisa dimengerti apa asyiknya. Sempat terbersit niat merayu suami memasang antena satelit yang lebih banyak mencakup saluran channel.

Bersih-bersih? Sudah empat jam lalu dilakukan, pakai celemek dan kemoceng baru dari toko diskon mingguan. Suami rese, sih. Jelas itu alat bersih-bersih, malah dipakai jadi alat bantu kegiatan bikin anak. Terpaksa beli baru, sengaja comot kartu kredit laki tercinta.

Memasak? Delivery sudah dipesan, nasi kuning pula. Lauknya bukan ayam atau ikan pula, telur sebiji tanpa tambahan mie atau bawang goreng. Nggak ada bonus kacang panjang yang ditumis pakai garam dan merica secuil gitu? Tidak, tentu saja. Botol wasabi masih penuh.

Sedang ingin, bukan ngidam. Karma yakin ia belum ada isi.

Di saat begini suami ke mana? Baru saja selesai menuntaskan pekerjaan di layar laptop, meski sebentar-sebentar malah iseng nge-game ria. Dan sekarang sedang mandi.

Jidat si merah terlipat.

Astaga! Ia bosan!

Bosan sekali!

Berguling-guling gelisah, Karma mengisi mulut penuh udara. Pipi digembungkan. Merajuk manja.

Apa tidak ada hal yang menarik untuk dilaku—Hee? Apa itu?

Karna meloncat dari sofa. Tungkai ramping melangkah ringan menuju lemari yang tingginya nyaris mencapai leher. Bukan lemari pakaian, hanya lemari kaca berisikan surat-surat penting macam buku nikah, kelegalan status, dan kadang dijejeli buku memasak.

Nah, pertanyaannya, menapa ada bungkusan plastik hitam di atas lemari? Sejak kapan entitas asing ini ada di sana? Jangan bilang kalau isinya bom nuklir atau bubuk belerang. Karma bahagia apabila isinya susu stroberi atau jeruk manis.

Ujung telunjuk menusuk-nusuk pipi, berpikir. Rasanya sewaktu bersih-bersih tadi, dia tidak melihatnya, deh. Dicoba ingat-ingat kapan bungkusan ini tergeletak tanpa disadari. Masih buram.

Penasaran memaksa jemari ramping meraih bungkusan itu. Tak sabaran menggali dan mengeluarkan isinya. Dijepit jari, ditarik keluar. Jadi, apakah isinya?

Oke. Kotak—gepeng. Kubus, eh? Entah apa. Yang pasti ini berfungsi untuk membungkus, karena ini kotak kemasan susu kehamila—Tunggu. Salah, ini lebih mungil. Rasa penasaran memenuhi isi kepala merah terlanjur bete nihil kerjaan. Tak peduli nantinya akan kena omel, tutup bersegel dikoyak.

Dibolak-balik. Warnanya merah. Ada gambar laki-laki dan perempuan. Rasanya stroberi.

Menyesal ia membuka.

Anj*ng.

Imajiner perempatan merah muncul di jidat Karma.

Pantas sangat familiar. Baru ingat ada iklan di televisi, suatu produk dibuat lagu. Apa liriknya? Enaknya, oh, sama-sama~

Ada yang minta dibegal.

Berdalih hukuman boxer kelunturan, istri diajak berdansa dalam nikmat duniawi. Masih nyeri, lho. Soalnya kalau sudah keenakan, jiwa masonya kumat.

Terus, ini suami pakai beli alat beginian. Bandel amat, sih. Udah tahu istri agresif, enggak mau kalau tidak menyembur di dalam. Rewel minta dipenuhi.

Ini gara-gara artikel rese sperma gak aman di lubang yang satunya. Tjih, kadang ilmu pengetahuan sains menghambat kenyamanan suami istri.

Karma meremas keji kotak tersebut hingga gepeng seperti lempeng beserta bungkusnya. Tak acuh meski isinya nanti ikutan rusak. Bodoh amat, itu bukan urusannya. Kokoro yang gundah semakin jengkel.

Lipan jelek sekarang minta diberi pelajara—... hm, tunggu dulu.

Otak iblis tengil mengalahkan akal sehat waifu Asano tunggal. Terbersit rencana semanis madu diperuntukkan bagi suami tercinta. Suami yang salah, harus dihukum.

Tetapi tidak! Meski mantan berandal kelas kakap, Karma seorang pembenci pembantaian berdarah, lagipula itu tidak akan membuatnya puas.

Usut punya usut, Karma dicurigai merupakan titisan dewi sudah keburu tercemari ketengilan iblis dari neraka sebelum lahir.

Rencana pertama, buang makanan yang sudah dipesan. Kasih ke Jeyuk Satu, Jeyuk Dua, dan Jeyuk Tiga; Nama kelabang yang dipelihara. Hati tak rela kasih ke Tobeli, nama kucing berbulu merah jingga peliharan Karma.

Lagipula empunya restoran delivery diduga naksir suami. Karma tidak cemburu, tapi waspada kalau-kalau ada peletnya.

Pernah dengar kabar kemampuan memasak Karma Aka—Karma Asano setara dengan dewa kematian? Menurut gosip tante-tante janda kembang di apartemen sebelah, masakan si merah unyu selalu berpredikat di luar batas logika. Dari baunya saja sudah mampu membunuh lalat. Bentuknya menyakiti mata.

Rasanya jangan ditanya. Bagaimana seorang Gakushuu masih hidup sampai sekarang patut diberi sejuta tanda tanya.

Kepala celingak-celinguk, mencari-cari sisa baygon. Nanti pestisida bekas basmi kecoak mau dioplos dalam larutan jus jeruk suami. Karma siaga mendaftar bumbu yang akan dipakai. Mau masak kelabang nugget toping wasabi.

Suami tentu saja harus makan, dong. Katanya cinta.

Rencana kedua ...

"Hm~~" Si merah apel menimang-nimang kotak remuk di tangan. Salah satu isi yang masih utuh tanpa goresan dicomot. Sisanya buang. Ke jendela sekalian. Ini lantai lima belas, nggak akan ketahuan siapa yang buang.

Kemudian, Karma melangkah ringan ke lemari kecil berisi beragam alat pertukangan dan alat tulis.

Ya, seperti; lem, lakban, selotip, double tip, palu, kapak, bolpen, dan lain lagi.

Dengan bangga Karma akui sebagai istri, ia rajin mencuci bersih angka nol di rekening suami untuk mengisi ulang persediaan agar kalau butuh mendadak, sudah siaga duluan. Istri idaman, 'kan?

Untuk sekarang ... apa yang diperlukan, ya? Lem octopus? Eh, enggak asyik nanti. Selotip? Tidak, tidak. Cutter? Terlalu gepeng. Pisau? Sayang, itu gunanya buat melempari kelabang kawin—Aduh, kasihan.

OH!

Mana sekotak paku payung sisa memasang poster Tobeli Pawaa? Asli barang impor.

Selain itu ..., mana minyak yang suka dipakainya untuk melumuri baut yang sering rewel berbunyi ngik-ngik?

Sip, semua sudah dapat.

Cepat-cepat pemuda merah itu mempersiapkan semuanya. Ia bahkan tak perlu ganti baju. Sejak awal sudah terbalut celana pendek selutut dan singlet putih yang ditutupi sweater berkancing lengan pendek. Asal comot habis mandi tadi pagi.

Sip! Misi dimulai!

HAJAR!

Oksigen ditarik perlahan, lalu dihela teratur.

Huuuh! Kok jadi gerah, sih? Apa suhu AC diatur terlalu tinggi? Atau malah karena Karma yang terlalu bersemangat? Ah, biarlah. Enggak apa-apa, kesannya jadi makin sensual.

Geraknya ringan mengetuk pintu kamar mandi.

"Shuu ..."

Tak ada sahutan. Hanya suara shower yang menjadi jawaban. Tak dengar kayaknya. Nggak apa-apa, tak perlu marah. Suara shower terlalu deras menderu. Si uke maklum.

Karma terbatuk perlahan. Kemudian memanggil yang di dalam sekali lagi. Kali ini lebih dalam dan sedikit melengking.

"Shuuu~"

/Apa, Sayang? Aku masih mandi. Samponya kupakai, ya./

Sampo? Lagi keramas atau sudah keramas? Sempat mau berteriak tidak boleh pakai yang aroma tobeli, itu khusus miliknya. Namun diurung ingat rencana awal.

Pintu? Oh, enggak dikunci.

Sip.

Gagang pintu ditarik turun perlahan. Bunyi decitan pintu dibuat seminimal mungkin. Tak rela rencana spektakuler berakhir kandas. Begitu terbuka seperempat, puncak merah apel menelusup masuk.

Sedikiiiiit saja! Biar kesannya malu-malu kayak ngintip gurita mandi—eh? Dengan manja memanggil suami sekali lagi.

"Shuuuuu~~"

Yang dipanggil sedang mengguyur diri di bawah shower. Di lantai keramik penuh air sabun. Baru saja selesai keramas. Baguslah, ogah nanti matanya iritasi kena sabun aroma lavender karena dianggap non-higienis.

Tak pernah paham pada selera suami yang mengaku suka lavender. Ikh. Enak bau tobeli, kok.

Suami tercinta tidak duduk. Dia berdiri. Tanpa benang tentu saja. Namanya juga sedang mandi. Kepala jeruk menoleh dari balik bahu. Lalu membatu.

Halo, apa uap di kamar mandi kebanyakan? Atau wangi lavender membuatnya berhalusinasi? Mendadak otaknya pending, tidak menemukan alasan mengapa muncul sosok sang terkasih merangkap iblis tengil di ambang pintu?

Mengintip. Mukanya merona. Terlihat kegerahan. Mata sayu. Menggigit kondom merah merona atau delima.

"Karma ...?" Kelopak mata mengerjap berulang kali. "Sayang, kesurupan stroberi?" Tanya Gakushuu ngawur.

Istrinya tak hirau. Pintu dibuka lebih lebar. Ngapain minta izin? Ini juga apartemennya. Sesuka hati dong—meski ada orang enggak pakai baju di dalamnya.

Gelagatnya unyu, melenggang masuk malu-malu.

Enggak, belum napsu. Masih bengong. Otak mulai jalan. Tentu saja tidak sange begitu saja, begini-begini Gakushuu seorang pria terhormat. Dikira Asano tunggal bisa disamakan Om-Om hidung belang? Abang cakep berakal sehat baru iya.

Nah, jadi, ada apa dengan istrinya? Ke mana harga dirinya yang congkak habis? Atau senyum jahil yang biasanya tak mau lenyap?

Kenapa mendadak tingkahnya bak anak kukang unyu minta dibelai? Tunggu, tidak ada pengintip gelap minta dibegal selain Gakushuu, 'kan?

Si merah menapaki keramik licin. Berjalan berhati-hati menghampiri suami. Tidak lucu kalau terpeleset air sabun. Kelereng gandum sengaja membuang tatapan ke arah lain, walau sesekali berkedip melirik rayu ke arah lensa anggur.

Tangan bergerak gelisah di bawah perut, seakan malu-malu tuk menatap balik sepasang netra lavender yang tercengang nyaris tak berkedip.

Kedua tangan ramping membuka sweater-nya perlahan. Rona merah merambati pipi bulat. Bibir mengerucut, berkedut seakan meminta untuk dicium. Kondom stroberi menguar bunyi gemeresak halus seiring pergerakan otot kenyal seranum persik.

Aduh. Beberapa saraf tubuh mulai menusuk-nusuk.

Betapa bahu mulus tanpa noda itu menggugah hati. Memaksa menjebol mental. Gakushuu menelan ludah melihat lekuk tubuh istri tercinta. Leher jenjang nan halus seputih susu itu seakan meminta dikecup. Sepasang ranum mungil bak buah persik menggigit kondom sedikit bergerak gugup seolah mengundang untuk dilumat.

Demi Lipan Papi Gakuhou.

Gakushuu sedang kedapatan rezeki yang patut disyukuri atau kejatuhan 'karma'?

"K-Karma ...?"

Nah, apakah Gakushuu kecil mulai bangun?

Karma berhenti tepat di hadapan suami. Sweater menyangkut di lekukan siku. Jemari telunjuk dan jari tengah yang kanan menjepit kondom dari mulut, membawanya turun ke sisi tubuh. Sengaja dilepas beserta desahan halus.

Tangan kiri diangkat, menyentuh dada bidang suami yang suka diirikan Karma lantaran menyerupai roti sobek hasil berkencan dengan gym tiap akhir pekan. Membelainya penuh asmara sembari menempelkan tubuh masing-masing, kepala disandarkan di atas bahu lebar.

Ia benci menjelang dewasa, Gakushuu menjulang sedikit lebih tinggi darinya.

Sungguh Gakushuu meriang, ia mulai merasakan sesuatu nyaris bergerak pada bagian di antara kaki.

"Shuu ..." Telunjuk nakal bergerak naik ke leher, terus mendaki hingga melewati dagu, lalu berhenti tepat di pertengahan daging kenyal.

Kepala didongak dengan mata sayu memohon. Nama suami terus disebut seakan sedang mendesah. Telinga kanan kepala jingga ditiup halus.

"Shuu ..."

S***! Tidak bisa ditahan! Mangsa sukarela dilarang ditolak! Haram hukumny—

Seringai iblis timbul. Dengan keji diam-diam putaran khusus air dingin masuk dalam genggaman.

SPLASH!

Debit air menyembuh bak air bah mengenai punggung telanjang.

Ehem.

Hari ini suhu cukup rendah, lho.

AC saja dipasang dalam suhu lumayan tinggi. Mandi shower air es itu nggak baik, lho.

Si iblis merah kabur. Lincah keluar kamar mandi.

Yang tampan mengerang dingin. Shower dimatikan. Handuk dipakai untuk menutupi bagian bawah. Siap mengejar.

"B***! Karma!" Pintu dibanting. Tepat saat sang istri berleha-leha di atas sofa.

Awas. Mas Gaku. Ada minyak di bawah sana.

Ah! Terpeleset.

Tawa liar menggema ruangan mengiringi bunyi berdebam yang besar terjatuh keras. Betapa puasnya Karma.

Belum selesai. Ingat paku payung? Gakushuu terlalu emosi untuk menyadari adanya keberadaan paku mungil namun tajam nan kejam.

"ARGH! BANGSAT! KARMA! DURHAKA PADA SUAMI!"

"Hukuman karena seenaknya membeli pengaman. Lagipula aku sedang bosan," jawab Karma kalem seraya kipas-kipas dengan majalah yang tadi dibuangnya.

xXx

The End

xXx