Disclameir :
Ini hanya FF, sebuah karya fiksi yang terlahir dari otak sederhana saya. Jangan bash cast yang saya pakai karena mereka tidak tahu apa-apa. Saya hanya pinjam nama saja. V cinta damai chingu ^_^
Cast : KYUMIN and Friends ^^
Chapter satu
.
.
.
Kyuhyun mencoba tersenyum manis walau senyumnya tetap terlihat tak tulus dan terkesan di paksakan. Ingin pula pemuda itu meneguk ludahnya namun sekali lagi hal se-simple itu pun seakan sulit dilakukan.
Jika sedari tadi ia mendapat tatapan super super tajam dari foxy eyes seorang gadis yang berstatus kekasihnya. Kyuhyun menarik nafas terlebih dahulu, sebelum membuka suara.
"Sayang-"
"Aku tidak suka"
Kyuhyun menelan kata-katanya yang belum sempat keluar. Ucapan dingin kekasihnya mengalahkan dinginnya suhu malam ini yang tengah turun salju.
Kyuhyun menghembuskan nafasnya. Menyerah. "Baiklah. Aku minta maaf"
Sungmin, gadis itu memejamkan matanya lalu sedetik kemudian kembali terbuka. Menatap pemuda tampan di hadapannya dengan tatapan mengerti.
Ia tahu niat kekasihnya baik. Mengajaknya makan malam di luar. Tapi ia tidak suka dengan tempat yang Kyuhyun pilih kali ini.
Restoran bintang lima dimana menu utama makanannya berasal dari benua Eropa. Sungmin menyesal membiarkan Kyuhyun menentukan tempat makan malam mereka. Ia lebih suka makan di kedai atau cafe sederhana jika harus di restoran, Sungmin lebih memilih restoran biasa dengan budget 10-15 ribu won.
"Aku maafkan" Kyuhyun tersenyum lebar merasa lega Sungmin memaafkannya. Tidak sia-sia ia menampilkan mimik muka memelas tadi. Dan horay, berhasil.
"Love you" Kyuhyun melempar flying kiss tidak memperdulikan Sungmin yang seakan mengatakan 'berlebihan' padanya. "Makanlah. Sebelum dingin"
Sungmin menatap piring di hadapannya dengan tidak berselera. "Kenapa?" tanya Kyuhyun.
"Kenapa kau memesan Spaghetti?"
"Bukan Spaghetti sayang. Tapi Spaghettini"
"Sama saja"
"Tentu saja beda. Dari nama saja sudah jelas. Spaghetti dan Spaghettini. Dilihat dari teksture, Spaghettini lebih tipis dari Spaghetti biasa"
Sungmin menatap Kyuhyun tajam. Jika sudah begini, Kyuhyun bisa apa. Hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum sekilas lalu dengan tenang kembali makan.
"Kau tahu kan kenapa aku tidak suka makan di tempat mewah seperti ini?"
Kyuhyun menganguk. "Karena mahal"
Sungmin beruntung kekasihnya orang kaya. Jadi ia tidak khawatir karena Kyuhyun sanggup membayar makanan ini. Tapi bukan karena itu saja.
"Benar sekali. Masalah utamanya adalah makanannya sedikit" Sungmin mengangkat piringnya, memperlihatkan pada Kyuhyun jika ia berkata jujur. "Mana bisa kenyang? Aku bahkan bisa menghabiskannya dalam satu suapan"
Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya. Sungmin mengartikan, Kyuhyun tidak percaya dengan perkataanya.
"Kau tidak percaya?"
"Hm. Bagaimana ya?"
"Menyebalkan"
Sungmin meraih garpu, menggulung Spagettini dengan semangat. Merasa semua pasta itu sudah menggulung sempurna lalu memasukkannya sekaligus kedalam mulut.
Kyuhyun melotot melihat Sungmin melakukan apa yang di katakannya. Tak berlangsung lama, Kyuhyun terkekeh kecil melihat wajah kekasihnya yang berubah menjadi semakin menggemaskan dengan kedua pipi yang mengembung penuh dengan bibir mengerucut.
"Jangan tertawa" ucap Sungmin dengan pengucapan tidak jelas. Kyuhyun malah tertawa lepas. Jika saja ia duduk disamping Sungmin, maka bibir plum itu sudah Kyuhyun lumat dengan penuh nafsu.
.
.
.
.
.
"Kau akan ke kantor?"
Eunhyuk menumpu dagunya dengan tangan yang di letakkan di meja. Sungmin berdehem dan menganguk pelan.
Sungmin terlahir di keluarga sederhana. Sejak SMA, ia sudah belajar mandiri dengan hidup sendiri di Seoul sedangkan keluarganya berada di Daegu. Untuk mengurangi beban orang tuanya, Sungmin pun bekerja part time. Saat ini, Sungmin bekeja sambil Kuliah.
Bekerja di sebuah perusahaan dekorasi. Gajinya lumayan besar. Ia bisa membiayai kuliah, tagihan listrik, biaya hidup dan bisa pula mengirim sedikit uang untuk adik dan orang tuanya.
Tangan lincahnya bergerak mengetik sesuatu di ponsel. Mengirim pesan pada kekasihnya.
"Hah! Padahal kau tidak usah bekerja. Calon suami mu sudah kaya" celetuk Eunhyuk.
Sungmin tertawa. "Orang tuanya, Hyukkie. Terima kasih doanya. Semoga Kyuhyun memang calon suamiku yang sudah Tuhan takdirkan untukku" Sungmin menampilkan deretan gigi putihnya.
Sungmin membereskan buku-bukunya. Mengecek satu kali lagi, memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Apa bedanya? Kyuhyun tetap kaya dan tidak akan kekurangan uang"
Sungmin terkekeh. Ya itu memang benar, kekasihnya memang kaya jika di tilik dari harta keluarga tapi jika di lihat dari harta pribadi? Nothing. Hm, Sungmin tengah mencari cara agar kekasihnya itu mau bekerja. "Apa yang akan kau lakukan sekarang?"
Eunhyuk mengendikan bahunya. Ia cukup bosan memang, sebelum Sungmin mendapat pekerjaan full time. Dua gadis itu akan menghabiskan sore sampai malam dengan hang out. Jika tidak, biasanya ada Donghae yang menemaninya. Namun hari ini kekasihnya itu sudah memberitahunya jika akan sibuk untuk menyiapkan skripsi akhirnya –S2.
"Di kantorku ada lowongan pekerjaan. Lumayan untuk membunuh waktu luang kan? Kau tertarik?" tawar Sungmin.
Hm, apa ia harus menerima tawaran Sungmin. Ya walau pun ia tidak akan kekurangan uang karena keluarganya cukup berada. Tidak ada salahnya ia mencoba bekerja magang, mungkin.
"Boleh, lowongan dibagian apa?"
"Office girl"
"Sialan" dengus Eunhyuk.
Sungmin tertawa keras sampai-sampai memegang perutnya yang mulai terasa sakit. "Aku bercanda" Sungmin bangkit, menyampirkan tas nya di bahu. "Mereka membutuhkan seorang asisten. Mau?"
Eunhyuk memincingkan matanya. Sungmin mendesah, ia mengerti arti tatapan itu. "Aku serius"
Gadis bergummy smile itu tampak berpikir. "Beri aku waktu"
"Holl, baiklah. Ku tunggu sampai besok ya, soalnya takut sudah terisi jika tidak cepat-cepat"
Eunhyuk mengacungkan ibu jarinya bertanda oke. "Kalo begitu aku pergi dulu. See u" pamit Sungmin.
.
.
.
.
.
Sungmin tersenyum melihat pemuda yang sudah menunggunya. Kyuhyun melambaikan tangannya. Bergegas Sungmin berlari kecil menghampiri Kyuhyun. Lalu memeluk tubuh tinggi kekasihnya.
"Aigoo. Baby Mingku sayang"
Kyuhyun sangat suka ketika Sungmin dalam keadaan manja seperti sekarang ini. Tapi jika sudah keluar sifat cuek dan dinginnya, Kyuhyun selalu di buat kelimpungan.
Kyuhyun melingkarkan tangan kirinya di pinggang Sungmin dan tangan kanannya mengelus rambut gadis itu. Sungmin sendiri menikmati aroma parfum yang menguar dari tubuh Kyuhyun.
"Lapar~" rengek Sungmin.
Kyuhyun mengerutkan dahinya. Ia melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. Pukul 10.10 malam. Biasanya Sungmin pulang kerja jam 8, malam ini gadis itu lembur.
"Kau belum makan?"
Sungmin menggeleng di dada Kyuhyun. "Karena deadline aku harus cepat menyelesaikannya konsep dekorasinya jadi tidak sempat makan"
"Jika asam lambungmu kambuh bagaimana?" Kyuhyun sedikit menaikkan nada bicaranya.
Sungmin melepas pelukannya, menatap Kyuhyun. "Kan ada kamu" Sungmin tersenyum lebar yang berhasil melelehkan hati Kyuhyun yang sedikit panas karena kenakalan Sungmin yang sengaja melewatkan jam makan.
.
.
.
.
.
Kyuhyun tersenyum kecil melihat Sungmin tertidur. Kekasihnya terlihat sangat lelah dan juga kelaparan. 2 porsi sup kimchi habis di lahapnya.
Kyuhyun tidak berniat membangunkan kekasihnya itu. Ia hendak memangku Sungmin namun gadis itu membuka matanya merasa terusik.
"Aku membangunkanmu?" Sungmin menggeleng pelan.
"Mau jalan atau aku gendong?"
"Gendong" suara Sungmin sedikit serak. "Piggy"
"Kajja" Kyuhyun menyampirkan tas Sungmin di bahunya. Sungmin dengan mata yang sudah 5 watt turun dari mobil dan langsung memerangkap punggung kekasihnya. Kepalanya terkulai di bahu Kyuhyun.
Suasana apartemen tempat Sungmin tinggal sedari SMA sudah tampak sepi. Waktu sudah menunjukan pukul 11.20 malam. Apartemen ini hanya 3 tingkat tingginya. Masalah keamaan tidak usah khawatir. Walau sederhana tapi sistemnya sudah standar keamanan nasional. Pintu pun memakai password. Apartemen Sungmin di lantai 2 nomor 13.
Kyuhyun menurunkan Sungmin perlahan di ranjang. Gadis cantik itu langsung merebahkan tubuhnya tanpa mau repot melepas sepatu kets yang ia pakai. Kyuhyun berdecak pelan. Meletakan tas kekasihnya di gantungan samping lemari lalu melepas sepatu Sungmin.
Kyuhyun menyelimuti tubuh kekasihnya. Ia duduk di samping Sungmin. Tangannya terulur mengelur pipi kekasihnya.
"Kau mau pulang?" tanya Sungmin. Matanya memang sudah berat untuk terbuka tapi Sungmin mencoba menatap Kyuhyun.
"Besok aku ada kuliah pagi"
"Jadi mau pulang?"
"Hm"
Kyuhyun memang sudah sering menginap di rumah Sungmin. Sebagian bajunya pun ada disini. Eits, jangan salah. Mereka hanya tidur bersama.
Baiklah! Baiklah!
Bercumbu sebelum tidur masih wajar kan?
Sungmin mengijinkan Kyuhyun menjamah wajah sampai lehernya. Tidak memberi kesempatan Kyuhyun untuk menjamah dadanya. Karena ia tahu, sesudah dada terjamah maka selanjutnya bisa di tebak.
Kyuhyun mengecup kening Sungmin. Ibu jarinya masih mengelus pipi putih Sungmin. Gadis itu memejamkan matanya ketika Kyuhyun mengecup kedua kelopak matanya. Hidung, kemudian kedua pipinya.
Kyuhyun memandang Sungmin. Ia bersyukur karena setiap hari ia tidak pernah tidak memikirkan Sungmin. Betapa ia mencintai kekasihnya itu. Gadis cantik, sederhana dan mandiri yang berhasil membuatnya jatuh hati.
Pernah mendengar sebuah qoutes yang berbunyi 'I've fallen in love many time, always with you'
Terdengar cheesy memang. Tapi itu benar adanya. Seperti apa yang Kyuhyun rasakan pada gadis yang tengah tetap berusaha terjaga walau kesadarannya sudah berada di awang-awang untuk segera terbuai kealam mimpi.
"Aku pulang ya"
Sungmin tersenyum. Ia menganguk. "Hm. Hati-hati, mengemudinya pelan saja"
Kyuhyun membalas senyum kekasihnya. Wajahnya di dekatkan hingga ia bisa meraih bibir tipis Sungmin. Melumatnya sebentar diakhiri sebuah kecupan di bibir dan kening.
"Mimpi indah, sayang" bisik Kyuhyun.
"Aku akan ada di mimpimu"
"Hm dan disana aku bisa bercinta denganmu"
"MESUMMM. PULANG SANA"
Kyuhyun berlari keluar kamar Sungmin dengan tertawa keras.
.
.
.
.
END or TBC ?
Haloo chingudeul.. apa kabar nya nih?
Aku membawa ff baru, gs, drabble rate m for lime.. yup lime so jgn berharap ada nc ya kkkkk..
Eotteyo?
Next chapter?
See you chingudeul *lambai tangan*
