Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
No Homo
.
Naruto fanfiction by Unya Puu
Pair: SasuFemNaru
Genre: Romance, Drama
Rate : T
Warning: Gaje plus Garing, Super Duper OOC, Bahasa Amburadul Tidak Sesuai Dengan Pelajaran Bahasa Di Sekolah, Alur Cerita Membingungkan, Cerita Pasaran ala Sinetron-Sinetronan, Kalimat Diulang Ulang, Miskin Kosa Kata, Bisa Menyebabkan Sakit Mata, Sakit Kepala, Mual-Mual. Dan Sebagainya- Dan Sebegitulah.
.
Uchiha Sasuke - 17 Tahun
Uzumaki Naruto - 17 Tahun
Uchiha Itachi - 20 Tahun
Uzumaki Kurama - 20 Tahun
Uzumaki Kushina & Minato – 38 Tahun
.
#TIDAK SUKA, JANGAN BACA
Happy reading ~
.
Catatan gaje :
Keterangan karakter
Minato : asli orang Rusia tapi pakai nama jepang karena orangtua Minato Jepang mania. Tipe pria penurut alias suami yang takut sama istrinya.
Kushina : asli orang jepang, mantan preman cantik. Sangat usil pada anak perempuannya.
Kurama : anak pertama Minato dan kushina. Jadi dia blasteran Rusia-Jepang. Pemarah mirip ibunya tapi kadang kalem seperti ayahnya.
Naruto : anak kedua, blasteran juga. Secara fisik mirip sang ayah, sering jadi korban keusilan ibunya.
Disini mereka semua pakai marga keluarga Kushina karena marga Minato yang ala Rusia sangat sulit di ucapkan oleh orang Jepang kebanyakan.
..…
..…
unyapuu unyapuu
..…
..…
..…
Naruto, cewek yang level tomboy-nya Naudzubillah itu adalah seorang fujoshi dan hobi berkelahi.
Dia jarang terlihat bersama-sama dengan teman sejenisnya karena dia merasa tidak nyaman saat berkumpul dengan sesama perempuan.
Arah pemikiran mereka berbeda, peraturan dan prinsip mereka bersebrangan.
Naruto jadi malas jika harus mengikuti gaya hidup yang menurutnya ribet itu.
Teman-teman perempuan di kelasnya selalu membicarakan make up dengan berbagai merk yang tak bisa diingat otaknya.
Juga sering membicarakan seputar gaun pink atau gaun pastel renda-renda.
Sepatu-sepatu manis ala Cinderella yang berjejer di toko-toko hingga berbicara tentang cowok-cowok tampan yang menyilaukan mata…
…ah, tunggu. Yang terakhir itu, Naruto juga hobi membicarakannya. Sayang tidak ada yang mau mendengarkannya saat ia membahas tentang satu cowok tampan dengan cowok tampan yang lain, selain ibunya.
Meski tomboy dan punya sifat yang lebih 'macho' dari laki-laki, tapi Naruto tak dekat dengan anak lelaki manapun. Intinya, Naruto tidak punya teman di kelasnya setelah mereka tahu Naruto yang sebenarnya.
Para cowok teman sekelasnya risih pada sikapnya yang suka menjodoh-jodohkan laki-laki satu dengan laki-laki dua.
Maklumlah dia kan fujo.
Ditambah lagi dalam kacamata Naruto, teman-teman cowok dikelasnya banyak yang memenuhi kriteria untuk dijadikan pasangan homo.
Karena itu para laki-laki dikelas XII itu menghindarinya dari pada mereka jadi korban fantasi gila Naruto.
Menghindar lebih baik daripada nanti jadi homo sungguhan karena Naruto gencar sekali melakukan perjodohan antar laki-laki yang jelas sangat tidak normal.
Sekalipun sifatnya lebih macho dari laki-laki, Naruto tetap berpenampilan khas anak perempuan pada umumnya.
Walaupun ia selalu memakai celana olahraga sebatas lutut warna kuning cerah bergambar spongebob kesayangannya di balik rok seragamnya.
Berbanding terbalik dengan predikat tomboy yang identik dengan potongan rambut pendek, rambut pirangnya tetaplah panjang. Bahkan lebih panjang dari rambut milik teman-teman perempuan disekolahnya.
Sang ibu melarang keras keinginan Naruto yang ngotot untuk memangkas habis rambutnya agar mirip dengan tokoh favoritnya di komik ninja yang mendunia itu.
Dengan mengancam akan memberhentikan kegiatan sekolah dan akan menikahkannya dengan om-om pedofilia beristri seribu, Naruto akhirnya menyerah. Dan tetap merawat rambutnya hingga sepanjang betis sesuai dengan obsesi sang ibu yang ingin dirinya punya rambut panjang seperti Princess Serenity di Anime dan Manga Sailormoon favorit sang ibu saat kecil.
Naruto sangat takut pada para pedo, dulu saat kecil ia pernah –hampir- jadi salah satu korban om-om jenis ini.
Untung saja Kushina datang menolongnya dan menghajar om-om tersebut hingga wajahnya penyok mirip adonan kue.
Dan Naruto yang sangat manis saat usianya 4, langsung berubah menjadi bocah preman bringas meski tak bisa ganas selevel ibunya.
Kushina mengajarinya berbagai macam ilmu beladiri sejak insiden itu, sebagai antisipasi agar putri kecintaannya bisa menyelamatkan dirinya sendiri jika sewaktu-waktu ada yang berniat menyerangnya tapi tak ada bantuan yang bisa datang menolongnya.
Sebagai ibu –yang tanpa sadar telah mendidik putrinya menjadi gadis sekasar preman-, Kushina tak pernah mempermasalahkan sang putri yang akhirnya jadi tomboy, anti pakai gaun renda-renda ataupun make up seperti remaja-remaja putri kebanyakan.
Mendapati kenyataan pahit itu, Minato hanya bisa ber double facepalm bersama putra sulungnya, Kurama.
..…
..…
unyapuu unyapuu
..…
..…
..…
Kediaman Uzumaki, 06:05 PM
"Kuu…? Kau didalam?"
Biasanya orang bertanya begitu sambil tetap berdiri didepan pintu menunggu jawaban, tapi tidak dengan anak perempuan satu ini.
Tanpa basa-basi, ia langsung membanting pintu kamar sang kakak. Sehingga beberapa orang yang ada didalam jadi kaget dan refleks melihat kearahnya.
Tak ada suara, mereka terdiam cukup lama, mencoba menjabarkan dengan benar objek tidak jelas yang tertangkap lensa mata mereka.
Sesosok mungil dengan tinggi badan hanya 145cm, berambut pirang terurai sepanjang betis.
Mata biru jernih dan wajah bulat bak bayi.
Singlet putih ketat gambar beruang terbalik di dadanya yang rata dan celana pantai longgar warna hijau motif bunga bakung sebatas paha.
Perempuan atau laki-laki? Pikiran mereka jungkir balik.
"Mau apa kau bocah?!"
Kurama muncul dari belakangnya dengan sebuah nampan berisi beberapa kaleng minuman dingin untuk teman-temannya. Disusul sang ibu yang juga membawa nampan berisi makanan ringan buatannya sendiri.
"Kembalikan tab-ku, aku mau main game." Perintahnya dengan suara cempreng.
"Ck, aku sedang ada tamu. Apa kau tak bisa melihatnya? Nanti saja, aku lupa meletakkannya dimana." Jawab kurama malas sambil merangsek masuk ke dalam kamar, ia benar-benar tidak ingat dimana ia meletakkan tab milik sang adik yang dipinjamnya beberapa hari lalu.
"Ara? Naru sayang? Kakakmu sedang ada tamu, jangan berdiri disana dengan baju begitu." Kata sang ibu yang kini berdiri disampingnya. "Kau perempuan, pakai gaunmu" Lanjut Kushina mulai usil.
Naruto paling benci jika ibunya mulai membahas masalah gaun.
Gadis yang sebal itu pun langsung menyingkir dari sana. "Kalian berdua menyebalkan." Sungutnya kesal.
Kushina sendiri hanya terkikik geli melihat kelakuan putrinya.
'JADI DIA PEREMPUAN?!' Batin teman-teman Kurama berbarengan.
"Hihihihi, kalian pasti terkejut ya."
Tebak Kushina tepat sasaran.
"Walaupun dadanya rata seperti papan gilasan, Naruto perempuan lho. Tidakkah kalian berpikir dia manis? Maafkan atas kelancangannya tadi, dia memang suka seenaknya."
Sang ibu meletakkan senampan macaron diatas meja.
"Ayo dimakan, jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri." Sambungnya sambil berlalu keluar dari kamar sang sulung.
Otomatis sweatdrop, itu yang sekarang terjadi pada teman-teman Kurama sekarang.
Ibu macam apa yang dengan gamblang menjelaskan pada tamu laki-laki teman putranya perihal dada rata putrinya sendiri?
DADA RATA? Well, ini lebay.
"Tidak usah kalian pikirkan. Adik dan ibuku memang begitu." Kurama memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Keluargamu lucu juga, Uzumaki." Puji Itachi.
"Bukan lucu, mereka gila." Koreksi Kurama.
"Hei, kau tidak sopan." Tegur Shukaku. "Bagaimanapun mereka keluargamu." Belanya.
Mereka lalu tertawa kering, canggung dengan kejadian yang beberapa detik berlalu.
"Siapa namanya?" Tanya Nagato.
"Naruto."
"SD kelas berapa?" Deidara mulai ikut perbincangan yang dinilainya menarik ini.
"Dia sudah SMA, jika Naruto mendengar ini kau bisa dihajarnya sampai patah tulang."
"Wah? Adikmu unik sekali." Kali ini pujian datang dari Kisame.
"Dia hanya bocah barbar." Jawab kakak sang bocah.
Itachi tetawa. "SMA mana?"
"Konohagakuen." Kali ini Kurama menjawab sambil mengunyah macaron buatan ibunya.
"Ah, bukankah adikmu juga akan masuk kesana Itachi?" Sasori menimpali.
"Adiknya yang muka triplek itu?" Ejek Tobi. Sasori mengangguk membenarkan.
"Ya, Sasuke akan pindah kesana pekan depan." Jawab itachi sambil lagi-lagi tertawa.
"Kelas berapa adikmu, Uchiha?" kali ini Kurama yang bertanya.
"Sama seperti adikmu, mungkin mereka akan jadi teman sekelas."
"Begitukah? Apa adikmu tampan?" Kurama menyelidik.
"Hm? Kenapa kau bertanya begitu? Kau takut adikmu naksir adikku?"
"Jangan-jangan kau sister complex, Uzumaki?" goda Hidan.
"Sembarangan." Kurama mendengus.
"Lalu?" Itachi penasaran.
"Naruto gila, beritahu adikmu untuk berhati-hati jika dia jadi pindah sekolah."
"Tapi adikmu tidak terlihat seperti itu bagiku."
"Ya, dari segi fisik memang tak tampak berbahaya. Tapi asal kau tahu, kalian adalah teman-temanku yang yang selamat dari bidikan Naruto karena ibu berhasil membuatnya kesal dan pergi melewatkan kesempatan."
"Bidikan apa? Memangnya dia pemburu?"
"Kurang lebih begitu."
"Pemburu hantu?"
"Pemburu pria tampan." Jawab Kurama cepat.
"Wow, hobi yang tidak cocok dengan penampilannya yang polos seperti anak kecil." Sasori tampak terkejut.
"Memang tidak cocok. Lagipula buruannya juga bukan untuknya."
"Ini jadi seperti pembicaraan yang rumit. Membuatku bingung." Nagato menyambar kaleng minuman.
"Jika bukan untuknya, lalu untuk siapa?" Tobi bersandar di ujung dipan.
"Adikmu buka jasa perjodohan ya?"
"Iya. Karena itu kalian sebaiknya tak berusaha dekat dengannya." Kurama masih tetap menjawab tiap pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
"Sudah kuduga, aku mencium bau-bau Sister Complex dalam dirimu, bro." Timpal Hidan.
"Bicara lagi kuhajar kau. Terutama kau, Uchiha. Sebagai mahluk yang terlahir dengan gen good looking sepertimu, berhati-hatilah. Tipe-tipe sepertimu adalah karakter favoritnya…"
Kurama menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya. "Naruto hobi menjodohkan pria tampan yang diincarnya dengan pria tampan lainnya."
Semuanya merinding, hobi adik Kurama lebih menyeramkan dari film horror.
Akhirnya mereka malah menggunjing Naruto. Rencana untuk nonton film horror terbaru bersama menguap begitu saja.
..…
..…
unyapuu unyapuu
..…
..…
..…
Kamar Naruto 07:30 AM…
"Demammu semakin tinggi sayang, tidak usah sekolah dulu ya?" Kushina melepas gel penurun panas di dahi Naruto. Thermometer digital menampilkan angka 38,5 derajat Celcius.
"Tidak mau, bu. Aku harus masuk hari ini." Tolak sang putri.
"Hmm, begitu?" Sang ibu memiringkan kepalanya mendapati putrinya tetap menolak agar beristirahat saja di rumah.
Naruto menganguk. Ia harus masuk hari ini. Jika sampai bolos maka ia akan ditertawakan oleh lawan duelnya kemarin.
Pertarungan sore sepulang sekolah dengan preman sekolah tetangga kemarin, Narutolah pemenangnya. Harusnya begitu.
Sayangnya gadis itu sedang sial, sehingga ia terpeleset dan jatuh ke sungai dibelakang sekolah beberapa menit setelah menyorakkan jingle kemenangan.
Dengan sedikit terhuyung karena pusing melandanya, Naruto turun dari tempat tidur.
"Yakin mau tetap masuk sekolah?"
"Un.."
"Tapi ibu merasa khawatir, sayang…."
"Ibu tidak perlu khawatir, ini hanya demam biasa. Nanti juga akan sembuh begitu sampai sekolah."
"Hmmm. Tau tidak? Kalau masih dalam kondisi seperti itu kamu bakal dikejar om-om pedo dengan mudah loh… Salah-salah bisa tertangkap karena tubuhmu melemah. Kamu bisa diculik nanti, dijadikan istri om-om pedo yang ke 1001."
Mendengar kalimat dari sang ibu yang tanpa jeda membuat tubuh Naruto kaku seketika.
Ibunya sedang mengancamnya. Itu jelas-jelas ancaman untuknya.
Tanpa harus mendengar sang ibu mengucapkan ancaman untuk kedua kali, naruto langsung berbaring dengan manis diatas tempat tidur dibawah selimut tebalnya.
"Umm, a..aku istirahat saja hari ini… "
Tangannya mengambil sebuah gel penurun panas baru dan menempelkannya sendiri di dahi. "Ibu, tolong buatkan bubur untukku ya..?" pintanya dengan nada manis yang dibuat-buat.
Kushina tersenyum lebar, 'Tidak sulit menjinakkan rubah liar'.
Dibalik pintu, kedua pria yang tengah mengintip itu hanya bisa membatin.
'Dasar rubah betina licik…'
.
.
.
Konohagakuen High School..
"Untuk beberapa bulan kedepan, mohon bantuannya…"
Sang Uchiha bungsu menundukkan kepalanya, bersikap hormat seperti ajaran sang leluhur.
Kelas semakin gaduh.
Terutama murid perempuan.
Seperti rumor yang beredar, keturunan Uchiha memang tampan.
Sasuke sendiri hanya bersikap biasa.
Setelah sang guru mempersilahkan dirinya untuk duduk dan berbaur dengan murid lain, Sasuke mendudukkan dirinya disamping siswa berambut nanas yang tengah menguap.
"Kau beruntung Naruto tidak masuk. Setidaknya hari ini. Saat dia masuk nanti kuharap kau hati-hati. Atau kau akan jadi korbannya."
Sasuke hanya mengangkat sebelah alisnya heran. Mencerna kalimat yang teman sebangkunya baru saja ucapkan.
'Jadi korban? Naruto..?'
"Siapa Naruto?"
Tanya Sasuke kemudian.
"Kau akan tahu saat dia masuk nanti, ah ya. Aku Nara Shikamaru." Kata Shikamaru sambil menenggelamkan kepalanya diantara kedua lengannya, kembali tidur.
Sasuke mendecih mendapat jawaban tidak memuaskan seperti itu.
Tapi kemudian perhatiannya teralih pada beberapa anak perempuan-teman sekelasnya-yang melemparkan berbagai macam senyum padanya.
Ini benar-benar seperti sedang dalam dunia sinetron. Pikir yang ngetik.
Sekolah pun berakhir begitu saja, kali ini ditambah beberapa kegaduhan atas hadirnya sang Uchiha.
Sementara itu didalam sebuah kamar bernuansa jingga, tidur sesosok mungil bersurai pirang dibalik selimut tebal.
Matanya terpejam, alisnya saling bertaut.
Keringat membanjiri wajahnya yang bulat.
Sepertinya tokoh utama fanfic ini sedang dihantui mimpi buruk.
Perkataan sang ibu tentang om-om pedo masuk kedalam tidurnya.
.
.
.
Kediaman Uchiha, 05:40 PM
"Sudah pulang Sasuke?" Itachi menutup buku yang dibacanya.
"Hn" jawab sang adik.
"Bagaimana hari pertama di Konohagakuen?"
"Biasa saja."
"Baguslah."
"Ibu kemana?"
"Pergi belanja. Ah ya, kau sekelas dengan Naruto kan?"
"Naruto?" Sasuke balik bertanya. Nama itu lagi.
"Bagaimana menurutmu gadis itu?"
"Darimana kau tahu Naruto?"
"Dia adik teman kuliahku. Aku pernah sekali melihatnya dan diceritakan macam-macam dongeng tentang gadis itu oleh kakaknya."
"Oh."
"Jadi bagaimana menurutmu?"
"Apanya?
"Naruto itu, bagaimana dia?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Mereka bilang aku beruntung dia tidak masuk hari ini."
"Jadi kau belum bertemu dengannya?" Itachi tertawa.
"Apanya yang lucu?" Sasuke mulai sebal.
"Tidak ada, sayang sekali kau tidak bertemu dengannya. Dia gadis yang menarik."
"Terserahlah."
"Kuharap kau bisa berteman baik dengannya."
Bingung dengan 2 pendapat berbeda antara teman sekelas dan kakaknya, ia tidak angkat bicara lagi.
Sasuke pergi menuju kamarnya, meninggalkan sang kakak diruang keluarga.
..…
..…
unyapuu unyapuu
..…
..…
..…
Beberapa hari kemudian, Naruto yang sudah terlepas dari demam yang dideritanya akhirnya masuk sekolah.
Saat ia memasuki kelas, matanya langsung tertuju pada sosok tampan berkulit pucat yang sedang duduk tenang di kursinya, seperti sedang mendengarkan lagu dari headphone yang menempel ditelinganya.
Naruto yang kekurangan asupan pemandangan pria tampan berbasis bromance ataupun yaoi karena sakit 3 hari berturut-turut langsung merasa segar karenanya.
Kulit putih bersih, wajah tampan menjurus ke cantik, bibir tipis, postur tubuh tegap dan sepertinya tinggi. Mode fujo Naruto lalu on.
Membayangkan adegan percintaan antar lelaki dengan super seme berwajah cantik dikepalanya yang bisa menyebabkan hidung kecil mancungnya mimisan kapanpun.
Naruto lalu duduk ditempatnya di bangku paling belakang dekat jendela, tanpa melepas pandangannya dari mahluk yang Naruto belum tahu namanya.
Ah, nanti dia akan mencari tahu.
Kali ini Naruto berniat untuk melakukan trik halus dalam melakukan pendekatan pada mahluk yang dianggapnya cocok sebagai mahluk tampan super seme agar laki-laki itu tidak lari ketakutan seperti teman-teman sekelasnya.
Sambil tersenyum girang, Naruto berkhayal dengan pandangan mata lurus keluar jendela.
Shikamaru yang baru bangun dari tidur dan tak sengaja melihat Naruto yang ternyata sudah datang dan duduk manis di bangkunya sendiri langsung menatap heran.
Bagaimana mungkin fujo akut seperti Naruto yang hobi berburu mahluk tampan untuk dijadikan tumbal melewatkan manusia seperti Sasuke untuk dijadikan bahan fantasi gilanya? Apa mungkin Naruto sudah bertobat? Shikamaru jadi pusing sendiri.
"Hei, Uchiha. Kau masih ingin tahu tidak?"
"Tentang apa, Nara?"
"Naruto."
"Oh dia, apa kau punya nasehat untukku lagi dalam rangka menghindarinya?"
"Tidak, aku hanya ingin memberitahumu. "
"Memberitahu apa?"
"Dia disini sekarang."
"Mana?"
"Itu, dibangku paling belakang. Gadis pirang yang sedang melihat keluar jendela."
Sasuke menyipitkan matanya untuk mendapat penglihatan lebih jelas, Naruto terlihat menyilaukan karena rambutnya yang berwarna keemasan terendam sinar mentari. *plis lah, kebawa efek film korea
"Kau yakin dia sekelas dengan kita?"
Sasuke tidak yakin, baginya Naruto tak ubahnya seperti anak SD jika dilihat dari fisiknya yang mungil.
"Seperti yang kau lihat. Walau dia kecil, dia buas. Dan berbahaya dalam berbagai arti."
"Sama sekali tak terlihat seperti itu."
"Yah, untuk jaga-jaga. Berhati-hati sajalah."
"Hn."
"Jangan sampai kau berurusan dengannya. Kau bisa sial seperti kami" Lanjut Shikamaru.
"Apa yang terjadi pada kalian?"
Shikamaru bungkam.
Tak lama bel masuk berbunyi, dan si kepala nanas memulai perjalanannya kembali ke alam mimpi. Sasuke lalu fokus pada pelajaran yang diberikan gurunya. Sedangkan tokoh utama cerita ini asyik menyusun rencana untuk target terbarunya.
.
.
.
Jam istirahat..
Naruto yang sedang asyik melahap makan siangnya di dalam kelas mendapati sosok yang mencuri perhatiannya sedang berada di atas atap dengan seorang pemuda lainnya.
Eh? Apa? Pemuda lainnya?
Benar saja, jiwa fujo Naruto yang kian berkobar dengan datangnya anak baru dikelasnya membuat gadis itu lari sekencang-kencangnya meninggalkan bekalnya yang belum habis menuju atap disebelah utara bangunan sekolah.
Berharap tidak melewatkan kejadian menarik yang kian susah didapatnya di dunia nyata, tepatnya disekolahnya.
Sesampainya disana, Naruto lalu bersembunyi dibalik pintu.
Berharap bisa mendengarkan apa inti percakapan mereka nyatanya ia tidak bisa.
Lokasinya terlalu jauh dengan target.
Tapi Naruto bisa melihat wajah si pemuda lain yang tingginya tak lebih dari dagu si pemuda tampan itu memerah, seperti menahan marah.
'Tipe pemarah, pasti dia uke tsundere.' Terka naruto seenak jidat.
Berbagai spekulasi muncul di kepalanya. Dan persepsi-persepsi gaje yang sangat tidak masuk di akal menyerang otaknya.
Saat jiwa fujo kumat, apa saja pasti disambung-sambungkan dengan permasalahan cinta.
Termasuk pemikiran tentang sang uke yang cemburu karena sang super seme banyak di kelilingi perempuan. Lalu mereka bertengkar seperti sekarang.
Naruto sendiri tiba-tiba melompat keluar dari persembunyiannya saat dilihatnya pemuda lain itu hendak melayangkan tinju tepat ke arah sang pemuda tampan.
Dengan sigap, ditendangnya pemuda lain tadi hingga terjungkal.
Sasuke sendiri cuma bisa bengong saat teman sekelasnya yang dicap berbahaya ini tiba-tiba melayang tepat didepannya hingga celana pendek gambar spongebobnya terlihat jelas.
Kejadian yang sebenarnya adalah siswa laki-laki yang bersama Sasuke tadi merupakan pacar dari salah satu siswi yang tergila-gila pada sang Uchiha.
Tak terima ia diputus begitu saja oleh pacarnya, akhirnya siswa itu melampiaskan kekesalannya pada sasuke yang tidak tahu apa-apa.
Terang saja Sasuke menjawab dengan jujur jika apa yang terjadi padanya sama sekali bukan urusannya, dan jawaban itu yang membuat sang siswa marah dan melayangkan tinju ke arahnya.
"Uh, sial. Ini sakit sekali" Keluhnya sambil mencoba bangkit. "Rupanya kau, gadis gila!"
"Aku tidak gila ttebayo!"
"Tidak gila apanya?! Lihat apa yang sudah kau lakukan. Tak usah sok jadi pahlawan kau cebol!" Hinanya sambil mengusap pipi yang kena tendangan maut Naruto.
"Apa katamu?!" Naruto menggertakkan giginya kuat-kuat, tangannya mengepal hingga terlihat memutih.
"Awas kau!" Siswa laki-laki itu mengacungkan jari tengahnya ke arah keduanya.
Naruto yang sebal melempar sumpitnya hingga menancap dihidung pemuda yang tengah lari menjauh itu, haha bohong ding.
'Cebol ajaib' Ucap Sasuke dalam kepalanya.
Kata-kata Nara Shikamaru dan kata-kata kakaknya benar semuanya.
Gadis cebol ini berbahaya dan juga menarik.
Ingin rasanya sasuke tertawa keras-keras karena tingkah tak terduga si pirang itu.
"Kau baik-baik saja anak baru?" Naruto membenarkan letak poninya.
'Huh?' Posisi Sasuke saat ini tampak seperti mahluk lemah yang ditolong super hero.
"Siapa namamu?" Tanya Naruto lagi sambil menggenggam erat kedua tangan besar Sasuke dengan tangannya yang kecil.
"Uchiha Sasuke."
"Baiklah, Sasuke. Kau sudah aman sekarang. Jangan bersedih, nanti aku akan membantumu mencari uke yang lebih baik. Aku temanmu, oke?"
"Eh?"
Sasuke belum sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja terjadi.
'Apa yang sebenarnya bocah cebol aneh ini katakan?'
.
.
.
To be Continue ….
Terimakasih untuk yang sudah bersedia mampir dan membaca.
Salam Damai~
-Maulidia Raa, 23 Maret 2015 8:01 PM -
.
*edited version – November, 15 2015
.