.
"Uwaaah! Tak biasanya kau datang kemari!" menunjukkan wajah kaget-yang tampak sekali seperti disengaja, Ryouma berdiri dari kursinya sembari merentangkan tangan lebar-lebar, "Ayo peluk aku~"
Takatora mendengus, "Lebih baik aku mengobrol dengan meja daripada harus memelukmu," matanya melirik ke permukaan yang dipenuhi gulungan kertas, perkamen, beberapa kotak kaca, juga sejumlah peralatan yang entah apa namanya, "Percobaan aneh lagi? Ah bukan, memang selalu aneh. Dan... lagi-lagi tidak tidur?"
Ikut memandang pada gelas kertas berlapis mug berisi cairan pekat di samping deretan kotak, Ryouma balas terkekeh, "Seperti tak pernah tahu."
"Aa."
Pria itu menggaruk tengkuknya selagi melipir menuju sisi laboratorium yang lebih remang dan menguap pelan, "Bukan tidak tidur sama sekali sih, sesekali terbentur meja juga. Tapi yang namanya memikirkan rencana bagus itu sungguh membuat kita lupa waktu."
"Kau saja, bukan kita."
"Bilang begitu tapi lingkaran matamu tebal sekali," tukas Ryouma tanpa beralih dari buih-buih dari mesin pembuat kopi di depannya, tersenyum miring mendapati langkah Takatora yang berbalik memunggungi, "Memikirkan yang manis-manis tapi bandel itu ya? Aduh, aku iri lho. Pikirkan aku juga dong, Takatora."
"Memang harusnya tak perlu datang," Takatora merutuk dirinya sendiri sambil berdecak acuh, ditaruhnya karton kertas bersama kantong plastik kecil yang sedari tadi dijinjingnya memakai sebelah lengan, menyusupkan lengan tersebut dalam saku celana serta bergumam tak jelas sebelum berjalan keluar.
"Oi, kopi," panggil Ryouma diiringi suara pintu tertutup kasar. Bibir pria itu dimajukan mencibir seraya mengendap menghampiri meja dan menimang kantong plastik tadi dengan alis berkerut, "Teh mahal. Padahal lebih baik oleh-olehnya pelukan saja."
Pun, keningnya reflek tertekuk begitu merobek bagian atas karton dan menemukan gundukan syal tebal yang dilipat tiga. Hitam bergaris hijau tua, sepanjang dada saat dicoba, dengan label harga tercantum di bagian ujung yang dicabutnya sambil tertawa lepas.
"Aku tak begitu suka memakai benda manis begini lho," kekeh Ryouma sambil melipat tangan, kakinya disilangkan dengan kursi berputar perlahan, sudut bibir terangkat licik, "Tapi sepertinya bisa digunakan untuk yang lain."
.
.
Mengikat, mungkin?
.
.
