"Wedding" (c) Yuuki Kira
"Fairy Tail" (c) Hiro Mashima
A/N: Bold means flashbacks
Sebuah pernikahan –sebuah dongeng baru yang tercipta, dan sebuah dongeng lama yang terlupakan.
Lonceng gereja berdentang beberapa kali, bergema di loteng tempat benda tua itu dipajang, juga bergema di hati dan kepalaku. Aku melirik tanpa daya pada sepasang sepatu kaca yang meyembul dari balik gaun pernikahan putih itu, mendadak teringat akan dongeng Cinderella yang berakhir bahagia.
Seakan mendapat kekuatan, aku mendongak, menatap wajah manis Natsu yang tampak malu-malu karena keharusan mengenakan tuksedo resmi dan rapi, di pernikahannya sendiri.
Sang pastor berdehem sebelum meminta jawaban Natsu yang tadi sempat tertunda karena isakan ribut Happy yang terharu melihat pernikahan partner abadinya. Exceeditu sudah tenang sekarang –karena death glare Erza memaksanya.
Laki-laki itu menghela nafas panjang lagi. Gugup.
"Aku... bersedia."
Seketika nuansa lain mengguyur seisi gereja. Tepuk tangan membahana. Beberapa laki-laki membunyikan siulan. Gadis-gadis terisak di sapu tangan putihnya, terharu. Semua orang ikut bahagia atas lahirnya pasangan baru malam ini. Semua orang tersenyum bahagia –yah, kecuali satu orang.
"Ketika kita tumbuh dewasa nanti, bisakah aku menjadi istrimu?"
Terkadang kita tersenyum untuk menyembunyikan tangis.
"Sekarang kau boleh mencium pasanganmu."
Tangan mereka bertautan. Natsu menatap lurus ke iris karamel gadis pirang itu. Lucy balas menatapnya penuh arti. Pipi mereka merona terang. Perlahan membuang jarak diantara mereka, hingga akhirnya tenggalam dalam ciuman panjang yang manis. Hadirin mendesah dramatis.
"Lisanna, kau menangis," celetuk Mirajane yang duduk di sebelahku.
Dengan canggung aku menyeka jejak air mata di pipiku. Aku bahkan tak sadar kalau aku menangis.
"Aku terharu," kilahku. "Lucy-chan benar-benar gadis yang beruntung."
Mira-nee tertawa kecil, entah untuk apa.
"Seorang ayah harus membela istri dan anaknya, bukan?"
Dongeng lama itu telah berakhir.
"Selamat."
...tinggal.
*FIN
15 Agustus 2013, 11:39
