Suasana sore itu ckup tenang. Langit keemasan. Matahari yang condong ke barat. Angin sepoi-sepoi yeng menyejukkan. Tak lupa sekumpulan burung nuri yang bertengger diatas pohon sakura,bernyanyi riang dengan suara merdunya. Serasa seperti berada di suga dunia bukan? Apalagi jika kau ditemani oleh bidadari-bidadari cantik yang dengan setia menemanimu. Hmm lupakan tentang hal ini.

Namun ketentraman itu tak bertahan lama ketika sesosok gadis dengan brutalnya mencabik-cabik batang pohon tak berdosa di depannya dengan sebilah katana di genggamannya. Nafas yang memburu,keringat bercucuran,dan tubuh yang mulai kelelahan tak menyurutkan semangat gadis itu untuk terus menyiksa si pohon. Kelompok nuri yang tadinya berniat untuk melanjutkan nyanyian mereka pun terpaksa harus menyudahinya,tak mau mengambil resiko segera menyusul teman-teman mereka yang (mungkin) sudah berada di Nirwana.

BRUK

gadis itu menjatuhkan tubuhnya diatas rumput hijau tempatnya berpijak. Mengatur nafas yang terengah-engah. Memejamkan mata dan meresapi angin sejuk yang membelai wajah cantiknya. Seekor tupai mendekat dan menjilat pergelangan tangannya. Sedikit kaget,sang gadis membuka matanya dan menoleh kearah samping kanan. Tangan kirinya terulur dan dielusnya hewan mungil itu.

Matanya mengarah pada langit yang mulai menggelap. Menyudahi aktivitas mengelus bulu sang tupai,gadis itu beranjak berdiri untuk meninggalkan tempat 'latihannya'. Sang tupai pun mendongak menatap sang gadis. Gadis itu menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya. Menunduk lalu dielusnya kembali bulu binatang tersebut lalu tersenyum lembut sebagai salam perpisahan mereka.

.

.

.

"darimana saja kau Sakura?" sebuah suara mengusik gadis yang kini tengah mendudukan pantatnya di sofa merah maroon.

"rumah Ino" jawab Sakura seraya mengikuti arah pandangnya kearah pemuda bertato 'Ai' tersebut.

Sang pemuda tak menyahut. Dilihatnya seksama wajah gadis itu,membuat sang objek heran.

"ada apa Gaara-nii?apa ada yang salah dengan wajahku?"

masih tak menyahut pemuda yang dipanggil Gaara-nii itu mengambil selembar tissue di dekatnya. Dengan gerakan lembut dan wajah datar diusapnya wajah berdebu adik kesayangannya tersebut. Sedangka Sakura? Oh jangan ditanya,lihatlah wajah porselennya sudah senada dengan warna kepiting yang direbus. Walaupun Gaara adalah kakak kandungnya tapi tentu saja gadis itu tetap tidak bisa untuk tidak merona. Ayolah..dia juga seorang gadis biasa yang akan merona jika berada di dekat pria tampan. Apalagi jika pria itu memperlakukannya dengan lembut.

Untuk beberapa saat Sakura tak mampu untuk berkedip. Masih dengan setia memandangi wajah tampan kakaknya tersebut.

"jangan mencoba untuk membohongiku Saku" Gaara memecahkan lamunan sesaat Sakura.

"a-aku ti-"

TUK

ucapan Sakura terpotong ketika Gaara menyentil jidat lebarnya. Membuat gadis yang identik dengan bunga kebanggaan Jepang itu meringis.

"ittaiiii..apa yang kau lakukan nii-chan" dielusnya jidat kesayangannya dengan pelan. Mencoba menghilangkan rasa sakitnya.

Bukannya menjawab Gaara malah melangkahkan kakinya meninggalkan Sakura yang cengo.

'apa-apaan dia,sudah menyakitiku bukannya minta maaf malah pergi begitu saja. Dasar panda merah sialan' inner sakura.

"mau sampai kapan kau disitu?" tanya Gaara tanpa menatap Sakura," cepat bersihkan tubuhmu lalu ke ruang makan".

Lagi. Sakura kembali cengo melihat tingkah aneh kakaknya tersebut. Tak mau berlama-lama membiarkan perutnya kosong,gads itu segera menuruti perintah sang kakak.

.

"kyaaaa Sasuke-kun!"

"Sasuke-kun I love you"

"Sasuke kau tampan sekali"

teriakan-teriakan dari para gadis yang menyebut dirinya sebagai fansgirl Sasuke menggema di sepanjang koridor KHS. Sedangkan sang idola tak mengiraukan mereka sama sekali. Masih berjalan dengan pose dingin dan angkuh. Khas Uchiha.

Di belakangnya terdapat dua makhluk berbeda karakter dan warna rambut. Kuning jabrik dan hitam klimis. Ketiga pemuda itu memasuki kelas mereka yang masih diisi oleh segelintir siswa. Suatu rekor bagi mereka bisa datang sepagi ini. Pukul 07.20. masih ada sisa waktu 5 menit sebelum bel berbunyi. Biasanya mereka akan menginjakkan kakinya di kelas pada jam 07.35. 5 menit setelah bel berbunyi. Jadi tidak salah bukan jika ini adalah rekor baru bagi para pria pemalas tersebut?

KRIINGGGGG

tepat satu menit setelah bel berkumandang seorang guru berambut hitam lurus dengan mata seperti ular memasuki ruang kelas. Kelas yang tadinya ramai mendadak hening dengan kedatangan guru tersebut.

GLEK

Naruto menelan ludah dengan susah payah. Dilihatnya tumpukan kertas yang terbaring diatas meja guru.

"jangan bilang..."

"masukan buku kalian kedalam tas. Dan diatas meja hanya ada selembar kertas dan alat tulis" perintah sang guru tegas.

"ulangan dadakan" pemuda berambut klimis yang duduk di dekat Naruto menyambung kalimat sahabat jabriknya.

Naruto memukulkan jidatnya ke meja dengan pelan. Tak jauh beda dengan Naruto,beberapa anak yang bisa dikategorikan memiliki IQ jongkok pun lemas seketika. Hanya Sasuke dan seorang gadis berambut pink yang menyeringai senang.

.

.

.

"hoahhhh menyebalkan!" Naruto mengacak rambut kuningnya dengan frustasi. Kini dia tengah berada di kanti bersama dua sahabatnya. Menyegarkan otak dengan beberapa mangkuk ramen adal pilihan yang tepat bagi pria Namikaze tersebut.

"ini sudah ke delapan kalinya kau berkata begitu Naruto" celetuk pemuda pucat di sebelahnya dengan senyum palsu di wajahnya.

Naruto mendelik ke arahnya,bersiap untuk mendebat tapi ia urungkan niatnya ketika semangkuk ramen sudah terhidang di depan hidungnya.

"itadakimasu" teriaknya.

Kedua pemuda di depan dan sampingnya hanya mendengus.

Dari kejauhan nampak tiga orang gadis yang duduk berseberangan dengan meja mereka. Dua pemuda ini memperhatikan gadis-gadis tersebut.

'berbeda' begitulah inner kedua pemuda dengan manik onyx tersebut. Masih sibuk memperhatikan ketiganya. Tiba-tiba datang seorang gadis dengan kacamata yang bertengger di wajahnya menghampiri para gadis tersebut. Di belakang sang gadis berdiri dua pengikutmya. Yahhh.. katakanlah begitu.

"apa yang kau lakukan di tempat dudukku Nona Akasuna?" tanya sang gadis merah dengan sinis.

"makan" jawab Sakura singkat. Sedangkan kedua temannya terkikik geli. Tak beda jauh dengan kedua pemuda yang masih mengamati mereka. Mendengus geli.

"ini bangku milikku!" seru gadis merah itu geram. Namun tak ada respon berarti dari lawan bicaranya. Menimbulkan atmosfir yang mendadak menjadi tegang. Dan hal tersebut disadari oleh para penghuni kantin yang mendadak hening,memperhatikan mereka. Berbeda dengan Naruto yang masih asyik dengan ramennya yang tak kunjung habis.

BRAK

Gadis merah menggebrak meja di depannya dengan tatapan penuh amarah. seolah-olah ia siap untuk memakan gadis merah muda di depannya hidup-hidup.

"kau tuli ya gadis tanpa ayah dan ibu"

Sakura menghentikan gerakan sumpitnya. Lalu diletakkannya dengan anggun sumpit itu. Semua pasang mata memperhatikannya dengan nafas tertahan. Tak terkecuali Sasuke dan sahabat kulit pucatnya. Sakura berdiri dan mempperhatikan gadis yang berdiri di depannya dengan tatapan datar.

"ja-jangan menatapku seperti i-itu" bentak gadis berkacamata itu tergagap.

"pfffttt" Sai tertawa tertahan. Sesangkan Sasuke mendengus melihat ketakutan salah satu fansgirlnya tersebut.

"setidaknya aku tumbuh menjadi gadis yang mempunyai etika dan sopan santun walau tanpa orangtua. Aku masih mempunyai aniki yang bisa mengajariku tentang bagaimana cara menegur seseorang yang dengan lancang mendududki BANGKU MILIKNYA dengan baik" ujar Sakura panjang lebar dengan penekanan pada dua kata tertentu. Hal tersebut semakin membuat gadis merah di depannya murka,tanpa babibu segera ditamparnya Sakura. Tetapi dengan gerakan yang tak kalah cepat Sakura menangkap pergelangan tangannya dan memuntir ke belakang. Membuat sang korban menjerit dan semua pasang mata membelalakkan mata tak percaya. Menunggu beberapa saat untuk melepaskan tangan sang gadis,Sakura membisikkan sesuatu ke telinngaya sebelum pergi.

"jangan mencari masalah denganku Nona Karin"

Karin tak menyehut,meringis kesakitan menatap kepergian Sakura bersama kedua temannya. Di lain sisi Sasuke menyeringai,'menarik'.