Plot Story from Unbroken ©Skylar Otsu.

Re-writing & editing by Christal Alice.


Pairing: Kim Taehyung/Jeon Jungkook

Genre: Mistery. Romance. Hurt Comfort.

Warning! BL. AU.


Part. 1


Udara dikamar utama yang luas itu terasa begitu dingin dan mencekam, suasana berat yang mengekang terasa lebih hampa tatkala hanya terdengar bunyi dengungan alat-alat medis penyokong jiwa si pemilik kamar yang kini tengah terbaring diam dengan kulit pucat pasi.

"Sudah,pergilah. Jangan cemaskan semua hartamu…" suara lembut yang terdegar serak itu menggema ditengah keheningan malam. "Kau sudah berhasil membuat ku sepertimu, dan aku telah berhasil menambah kekayaanmu selama kau sakit…"

Pemuda tanggung berwajah manis khas Negeri Ginseng —pemilik dari suara lembut itu menatap datar pada seorang pria separuh baya yang terbaring kaku di atas tempat tidurnya. Mata indahnya yang selalu berkilau kini tampak dingin dengan bibir merahnya yang terkatup rapat.

"….pergilah,dan berhenti merepotkan aku, Ayah" Suaranya kembali tertelan udara.

Hampa. Rasanya tak ada oksigen yang masuk ke paru-parunya. Perlahan dan pasti, rasa sesak merasuki relung hatinya.

Pemuda manis bersurai hitam itu masih terpaku di tempatnya berdiri ketika tersadar dirinya telah berada di satu tempat lain. Tidak lagi di sebuah ruangan rumah sakit dengan berbagai macam dengungan alat-alat medis, melainkan tepat di samping pusara nisan yang tertera nama Jeon Ho Joon.

Masih dengan tatapan yang sama― datar dan kosong. Suasana mencekam khas penguburan sama sekali tidak mengganggunya, atau bisa di bilang suasana seperti itu sudah sangat bersahabat dengan dirinya.

Puas memandangi nisan yang tertanam di pusara tersebut, ia memutuskan untuk , baru saja ia berbalik beranjak dari sana, sesuatu yang dingin mencengkeram tangan kanannya dengan erat, membuat dirinya spontan menoleh kembali ke arah pusara.

Kedua mata bulatnya membelalak— terkejut ketika netranya melihat sebuah tangan yang terulur keluar dari dalam pusara yang sejak tadi ditatapnya. Lalu suara itu kembali menggema―

"Jungkook…"

Kedua kelopak mata milik Jungkook terbuka cepat, iris matanya yang indah menatap nyalang pada langit-langit kamarnya yang tinggi. "Mimpi?" gumamnya lirih, merasa tidak percaya. Namun, Jungkook dapat dengan mudah menguasai keadaan.

Pemuda manis itu mendesah kasar, lalu menarik bantalnya untuk kembali menyamankan posisi kepalanya. Meski Jungkook tidak bisa bergerak lebih karena kekurangannya, tetap saja ia melakukannya.

"Kali ini, mimpi seperti apa yang kau lihat ?" tanya suara berat yang terdengar sarat akan perhatian. Jungkook menoleh ke sisi kanannya—ke arah set sofa di sana—dengan kekesalan yang belum hilang karena terpaksa terbangun akibat mimpi buruk yang terus saja datang.

"Apa yang sedang kau lakukan di tengah malam seperti ini?" tanya Jungkook balik. Satu alisnya terangkat naik saat melihat sosok bodyguard nya yang tampan, duduk di salah satu sofa berwarna deep red di sana dengan lembaran kertas di tangan serta laptop yang masih menyala di atas meja kaca.

Taehyung— pemuda dengan surai dark blue; sosok bodyguard itu segera mengalihkan perhatiannya dari lembaran kertas yang sedang ia baca pada sosok Jungkook yang berada di atas tempat tidur.

"Sebelum tidur, kau menyuruh ku untuk memeriksa semua laporan hari ini." Jawabnya datar, balas menatap majikan kecilnya itu.

"Benarkah?" si manis itu mengerutkan kening, lalu mendesah pelan. "Aah… setiap hari bergaul dengan para orang tua itu membuatku semakin mirip seperti mereka." Gerutunya kemudian. "Menurutmu, apakah pikun itu menular?" tanya Jungkook yang kini merubah posisi tidurnya.

"Pikun bukan penyakit, jadi tidak akan menular." tukas Taehyung dan kembali membaca lembaran kertas di tangannya.

Mulut Jungkook terkatup rapat bersamaan dengan kedua alisnya yang menukik tanda kesal. "Jadi maksudmu aku memang pikun, begitu ?" Pemuda itu tampaknya tidak terima dengan penuturan sang bodyguard.

"Tidak. Aku juga terkadang lupa akan beberapa hal."

"Sudahlah, berikan laporan itu padaku." Ujar Jungkook kesal seraya mengangkat tubuhnya untuk bangkit duduk bersandar, dan menggunakan bantal untuk mengganjal punggungnya. Taehyung menghela napas perlahan, lalu bangkit berdiri untuk menghampiri Jungkook dan segera menyerahkan laporan tersebut.

"Ada catatan?" Jungkook bertanya seraya membaca satu persatu kertas laporan yang baru saja diterimanya.

"Tidak ada, semuanya baik. Hanya sedikit penurunan penjualan pada produk makanan bayi." Taehyung menunjuk pada lembar ke tiga.

"Ck. Sudah ku duga. Cara kita memasarkan produk ini kurang tepat." Gerutu Jungkook lagi.

Taehyung menatap Jungkook beberapa saat, sebelum menyampaikan pendapatnya. "Kurasa bukan karena cara pemasarannya, tapi karena kemasan produknya."

"Kau mau bilang kalau desain kemasan yang ku buat aneh? Old ? Atau apa?" Jungkook menoleh kepundak kanannya, melirik tajam pada sang bodyguard. Taehyung hanya diam, lalu menatap kearah lain.

"Hanya kurang menarik." Ujarnya penuh kejujuran dan rasa tenang, dan akibat perkataannya itu membuat Jungkook semakin menyipitkan matanya.

"Keluar dari kamarku!" Usirnya menunjuk kearah pintu. Jungkook benar-benar kesal sekarang.

Taehyung kembali menatap Jungkook, "Setelah menyuruhku untuk memeriksa laporan, sekarang kau mengusir ku begitu saja?" tanya pemuda itu.

"Ya aku mengusir mu. Keluar!"

Taehyung menyeringai, "Tidak butuh bantuan ku lagi ?"

"Tidak! Aku bisa melakukannya sendiri" Jawab Jungkook ketus.

Hening beberapa saat, sebelum Taehyung kembali berkata. "Baiklah."

Pemuda bersurai dark blue itu pun segera beranjak menuju sofa untuk mengambil jas hitamnya yang tergeletak di atas sana dan menyampirkannya pada lengan kiri. Namun, baru beberapa langkah, Taehyung kembali menghentikan langkahnya tepat di depan ranjang dan menoleh untuk menatap Jungkook. "Ah ya, aku menemukan ada beberapa tabel yang tidak sesuai dengan auditing Hoseok hyung. " ucapnya kemudian.

"Halaman berapa ?" tanya Jungkook sambil memilah-milah kertasnya.

"Halaman tujuh." jawab Taehyung dan Jungkook membuka halaman yang di katakan Taehyung barusan,tetapi dirinya tidak menemukan tabel yang pemuda itu maksud.

"Tidak ada tabel yang salah" Ujarnya masih sambil membolak-balikkan halaman. Taehyung pun kembali mendekat ke arah ranjang, menghampiri Jungkook.

"Mungkin halaman lima." ucapnya lagi.

"Tidak ada."

"Halaman enam ?"

"Heh, kau mempermainkanku, ya?" Jungkook mengangkat wajah, semakin kesal menatap Taehyung. Namun, karena jarak wajah mereka yang cukup dekat, membuat Jungkook segera memalingkan wajah; karena dirinya benci jika jantungnya selalu berdegup kencang disetiap kali bertatapan langsung dengan sang bodyguard.

"Sepertinya aku salah, coba kulihat." Taehyung merendahkan tubuhnya, tak menghiraukan tatapan tajam sang majikan dan tetap mencondongkan tubuhnya untuk membalik lembaran laporan. Tiba-tiba saja Taehyung menoleh pada Jungkook dan membuat si empunya tersentak karena jarak wajah mereka yang terlampau dekat.

Tidak sampai sedetik, Taehyung telah menempelkan bibirnya pada bibir semerah delima milik Jungkook. Pemuda manis itu sontak memejamkan kedua matanya, meski begitu lambat laun ia mulai membalas ciuman bodyguard kesayangannya itu. Ciuman yang mungkin dapat melunturkan segala kekesalan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Taehyung melumat bbir Jungkook lembut, lalu memberikan kecupan terakhir sebelum melepaskan tautan bibir mereka ketika dirasa deru napas Jungkook yang mulai tidak beraturan. "Jeon Jungkook. Wajahmu memerah." ucapnya berbisik mesra tepat di telinga pemuda itu lalu menatap lekat ke dalam bola mata sewarna cokelat miliknya.

Jungkook—pemuda manis itu mendorong kasar bahu sang bodyguard dan memasang raut segarang mungkin, walaupun begitu tetap tidak melunturkan sisi manisnya.

"Kim Taehyung, Ketua Keamanan di rumah keluarga Jeon. Siapa kau ? Berani-beraninya mengomentari wajahku ?" Namun, rasa malunya itu malah berubah menjadi kemarahan yang memalukan. Taehyung hanya diam untuk beberapa saat, lalu menegakkan tubuhnya. "Baiklah. Selamat malam Tuan Muda." ucapnya sopan, tak lupa sedikit menundukkan kepalanya.

Jungkook melemparkan berkas ke sisi kiri tempat tidurnya, menatap kesal pada pintu yang telah tertutup. Rasanya sungguh campur aduk, dan Jungkook sangat benci akan hal ini. Apalagi jika pemuda bernama Taehyung itu selalu berhasil membuatnya malu. Dan kekesalannya semakin memuncak ketika telinganya mendengar suara tawa tertahan.

"Apa yang kau tertawakan hah?!" tegurnya sengit pada seorang wanita muda berambut ikal yang tiba-tiba muncul dan duduk di pinggiran ranjangnya.

Wanita itu—yang tak terlihat oleh mata telanjang—menutupi mulutnya agar tidak terus tertawa, sesekali melirik kearah Jungkook yang masih menatapnya kesal. 'Ketua tim benar, wajahmu memerah.' kata arwah wanita itu. Jungkook melotot kearahnya.

"Siapa yang menyuruh mu berkomentar? Pergi sana!" usirnya kemudian.

'Tunggu tunggu! Bukan maksudku begitu, aku hanya tidak sengaja melihat kalian berciuman.' Ujarwanita itu membela diri. Wajahnya yang sepucat salju tampak menyesal.

"Kubilang pergi. Aku sedang tidak mood melihat arwah penasaran sepertimu!"

'Kookie-ya… aku minta maaf atas perkataan ku tadi.'

"Pergi atau ku bakar kau sekarang!" Jungkook mengangkat tangan kanannya yang mengepal ke udara.

'Ah baik-baik! Aku akan pergi!' wanita itu buru-buru bangkit berdiri dan kemudian menghilang.

Jungkook menghembuskan napas kasar, lalu menyandarkan punggungnya kembali. Ia memejamkan matanya sambil berusaha mengatur ritme napasnya yang kacau karena kesal, kemudian membuka matanya kembali perlahan. Jungkook mendongak, memperhatikan lukisan potret keluarga Jeon yang terukir indah di langit-langit kamarnya. Terutama pada potret sang Ibu yang tersenyum. Untuk sejenak, Jungkook bisa melupakan kekacauan yang terjadi di dalam hidupnya dengan merekam senyum itu juga senyuman milik kakak perempuannya.

Dan tanpa ada rencana, sepertinya malam ini pun Jungkook harus kembali tidur larut malam.


tbc

Otsu & Christal.