"Love Scene"

a story-line by guardianxing

warn! sangat sangat sangat ooc;yaoi;suho and lay. rating bisa saja berubah—haha karena aku sudah legal menulis hal hal berbau tubuh dan rasa seseorang.

.

.

Jari-jari panjangnya terus menari dengan lincah diatas keyboard netbook miliknya. Matanya sekali-kali menelaah tiap kata yang ia ketik dilayar kecil itu—guna meminimalisir adanya typo. 1000 kata lebih telah ia tumpahkan dalam Microsoft Word—terkadang ia akan mengerutkan dahi bingung mendapati kata-kata yang ia pilih tidak sesuai;atau akan menggigit bibirnya dan setengah tersenyum manis saat puas akan hasil yang ia kerjakan—membuat lekukan yang dalam muncul dipipi kanannya.

Zhang Yixing namanya;jika kalian berfikir dia bukan orang hanguk asli, jawabannya adalah ya. Dia adalah seorang penulis yang baru selesai menerbitkan satu buah buku. Pria berdarah china ini mengkiblatkan karya tulisnya pada kehidupan nyata dan tertarik akan perjalanan hidup seseorang;entah itu adalah seorang milyarder, artis, rakyat biasa, hingga rakyat menengah bawah pun ia akan tertarik. Satu keinginan yang dimiliki nya; Ia ingin karyanya bisa diangkat ke layar lebar—layar televisi dan dijadikan series pun tak apa.

"Yixing hyung," seseorang memanggil Yixing dengan suara serak khas bangun tidur. Yixing tidak menggubris, ia masih terfokus pada benda elektronik yang selalu ia bawa kemana-mana itu.

"Xing hyung," ada jeda, "aku lapar." Dan Yixing mendapati adiknya;Zhang Shixun—atau teman-temannya sering memanggilnya Sehun, memeluk lehernya erat.

Zhang Yixing dan Zhang Shixun adalah sepasang kakak-adik yang hidup berdua di Negara orang. Tidak, jangan sangka mereka adalah anak yang dibuang orang tuanya karena masalah ekonomi dan semacamnya. Awalnya hanya Yixing yang akan pindah ke Korea;karena ia mendapat usul dari dosen sastranya jika pendidikan sastra di Korea sangat bagus. Kedua orang tua Yixing sangat mendukung akan keinginan Yixing;karena orang tuanya termasuk orang-orang yang keadaannya sangat berada di China sana, tanpa menunggu lama ia langsung diterbangkan menuju Korea.

Sehari setelah ia sampai di Korea, ditengah udara pagi Korea yang baru masuk menuju system pernafasannya, ia dikejutkan dengan kehadiran sesosok adiknya tersayang;tersayang jika Shixun tidak berbuat macam-macam padanya, sedang menggigil kedinginan diluar apartement barunya—karena hari itu sudah memasuki penghujung bulan Desember.

Dan disinilah ia, Zhang Shixun, menemani Zhang Yixing merantau dinegeri orang.

"Hyung," kata Shixun. "Pesankan aku chicken~" rengeknya.

Yixing menghela nafas, dan bangkit berdiri;meninggalkan sementara pekerjaan menulisnya yang tinggal satu per tiga rampung, dan memesan makanan untuk breakfast.

Setelah puas melihat kakaknya yang mengabulkan permintaannya, ia duduk disofa nyaman ditengah ruangan, dan menyalakan televisi dengan volume sangat kencang; membuat Yixing yang baru saja duduk untuk melanjutkan pekerjaannya memutar mata sebal.

Yixing berdecak sebelum berkata, "Kupikir kau tahu alasan mengapa aku suka ketenangan, Zhang Shixun." Ledek Yixing pada adiknya.

Kali ini adiknya yang berdecak, mematikan teleivisi dan duduk disamping kakaknya itu.

Yixing pun mengernyit heran akan kelakuan adiknya, dan berkata "Kurasa kau tahu—"

"—mengapa kau tidak ingin kutemani saat sedang didepan komputer," sela Shixun pada perkataan Yixing. "Oh, ayolah, ge! Kenapa sih penulis itu harus tenang?" lanjutnya. Ia kemudian menekan tombol play music otomatis pada keyboard netbook milik Yixing—Yixing dengan spontan membulatkan matanya dan menatap Shixun tajam.

"Bahkan Yixing ge tidak ingin mendengarkan musik-musik ini! Kalau begitu, untuk apa Yixing ge men-download lagu-lagu ini?" Shixun mengerucutkan bibirnya. Yixing menghela nafas saat mendengarkan penuturan Shixun dalam bahasa China;jika Shixun berkata dalam bahasa aslinya, maka Shixun benar-benar kesal sekarang. Yixing memutar kursinya dan menghadapkan dirinya didepan Shixun.

"Shixun," panggil Yixing. "Penulis itu membutuhkan suasana tenang dalam pekerjaannya. Penulis dan pekerja biasa sangatlah beda;karena pekerja biasa bisa bekerja dalam suasana ramai, sedangkan penulis tidak." Yixing mengerutkan keningnya,"..dan kupikir kau sudah tau peraturan itu."

"Tapi kau mengacuhkanku!" Shixun berbalik, berjalan mengelilingi ruang kosong dihadapannya dengan kaki menghentak-hentak tanah. "dan aku pikir hyung tau akan hal itu." Lanjut Shixun.

Yixing kembali menghela nafas;semenjak ia hidup berdua bersama Shixun, ia semakin sering memijat keningnya dan menghela nafas berat. Yixing beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Shixun yang masih cemberut dipojok ruangan.

"Baiklah. Besok kita pergi ke Myeondeong untuk membeli apa yang Shixun inginkan."

Dan selanjutnya pekikan girang;dan juga pekikan kesakitan dari Shixun yang memeluk Yixing memenuhi ruangan.

.

.

Bibirnya terhubung dengan sedotan plastik bening, dan sesekali menghisapnya;membuat minuman didalam gelas kaca itu naik keatas menuju mulut Yixing. Suasana kantin kampus hari ini terlihat sepi. Yixing pun tidak tahu mengapa hal ini terjadi, karena biasanya kantin akan penuh sesak dengan orang-orang kelebihan hormon yang mengantri meminta sesuap nasi—atau makanan pada bibi kantin.

Setelah adegan Yixing yang dipeluk terlampau erat oleh Shixun, Yixing memutuskan untuk pergi ke kampus (jarak apartement Yixing dengan SNU sangat dekat sekali, serius!) menikmati wifi gratis;karena kuota modem jadul-tapi-cepet nya sudah habis.

"Uh, oh! Kurasa ada penulis yang numpang wifi-an gratis," seseorang duduk didepan Yixing;tanpa meminta persetujuannya, membawa bubble tea dan satu bungkus nacos.

"Well, Yixing hyung, jika kau butuh uang untuk membeli kuota, aku dengan senang hati akan membelikannya untukmu—karna demi tuhan! Aku bingung dengan tumpukan uang yang berada dikamarku." Yixing mendelik sebal pada lelaki tiang kedua ini;Yixing menyebutnya seperti itu karena ada satu orang idiot lagi yang lebih tinggi dari si idiot ini.

Chanyeol—nama si tiang kedua ini, meletakkan sikutnya di atas meja, menopang dagu dan memandang Yixing dengan tatapan kagum.

Yixing hanya meliriknya bosan;bosan karena Chanyeol sering melayangkan tatapan itu padanya, bisa dibilang ia sudah terbiasa.

"Tatapan mu seperti akan menelanjangi kulit kepalaku." Desis Yixing, masih dengan terpaku pada netbook-nya.

"Aku tahu," Chanyeol membenahi posisinya;menopang dagu menggunakan dua tangan. "Kau sudah sering mengatakannya—kemarin, kemarinnya lagi, kemarin kemarinnya lagi, dan seterusnya." Lanjut Chanyeol dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada pipinya.

"Dan kau terus saja mengulanginya, idiot." Suara berat yang lain menginterupsi kegiatan Chanyeol;menatap Yixing, dan mengalihkan pandangannya pada lelaki yang beberapa centi lebih tinggi dari nya.

'Sial. Dua tiang ini akan menghancurkan hariku.' Rutuk Yixing tanpa menolehkan kepalanya pada lelaki yang baru saja duduk dihadapannya;karena ia sudah hapal betul suara dari lelaki ini.

"Yeol, kulihat Bekhyun kekasihmu didepan sedang duduk sendirian," Kris mengambil potongan nacos milik Chanyeol. "Tumben sekali kau tidak ada disekelilingnya." Lanjutnya.

"Hm. Dari pada kau disini terus memperhatikanku, lebih baik kau hampiri dia dan kacaukan hari orang lain." Sambung Yixing—setengah bergumam pada pernyataan Kris.

"Dia bukan pacarku." Chanyeol mengelak. "Aku tidak mungkin menjalin hubungan konyol bersama orang yang lebih konyol."

"Kau cocok dengan orang konyol karena kau idiot, yeol." Kris dengan santai melenggang pergi menuju counter junk food setelah melontarkan kata-kata itu;sukses membuat Chanyeol mendesis geram.

"Bule ngondek itu! Arh! Xing hyung, kau rela melihat your-future-couple teraniaya seperti ini, hm?" Chanyeol memajukan wajahnya, memasang wajah puppy pada Yixing;yang entah kenapa Chanyeol terlihat seperti Chihuahua—menurut Yixing.

Yixing akan membuka mulutnya;menanggapi pernyataan Chanyeol jika saja orang yang Chanyeol sebut konyol datang menghampiri meja mereka—dan Yixing setuju akan opini Chanyeol bahwa Baekhyun itu konyol saat melihat dia membawa payung ungu yang bercap toko emas;padahal ini didalam ruangan dan dia membuka payung itu?!

Yixing segera membenahi pakainnya, kemudian bergegas pergi dari tempat itu saat Baekhyun baru saja menempatkan pantatnya disamping Chanyeol.

"Eh, Yixing hyung mau kemana?" Tanya Baekhyun. Yixing menatap Baekhyun;penasaran, sebenarnya apa sih obsesi seorang Byunbaek membawa payung pada ruangan seperti ini.

"Aku berusaha supaya hariku akan tetap normal." Kemudian melenggang pergi meninggalkan mereka.

Demi Tuhan! Yixing tidak suka diganggu.

.

.

Fyuh

Hembusan nafas beratku menjadi hal pertama yang aku lakukan saat kakiku memasuki lift yang segera meluncur menuju lantai 7 apartement tempatku tinggal. Astaga, tidakkah aku mempunyai satu hari saja yang sangat normal?! Menyeka keringatku, kemudian melirik arloji yang melingkar manis dipergelanganku. Sialan! Deadline untuk naskah novel ku yang selanjutnya tinggal beberapa minggu lagi. Sementara ide dan topik yang akan aku tuangkan pada tulisan kali ini sama sekali belum menemukan titik terang.

Ting

Pintu lift terbuka, aku melirik kebagian atas kepalaku dan angka 4 terpampang dipemberitahuan lift. Kemudian mataku tak sengaja menemukan sepatu hitam mengkilap sedang berdiri didepan pintu lift.

Sepatu yang bagus. Tapi bung, bukankah itu sedikit kuno?

Secara spontan aku mendongakkan kepalaku untuk melihat pemilik sepatu kuno itu. Dan—Astaga!

Mataku terpaku. Nafasku memburu. Jantungku bergetar tidak konstan. Perasaan menyenangkan menggelitik tubuhku dan—oksigen! Aku butuh oksigen! Karena lelaki didepanku ini sangat mempesona—tidak! Jauh dari kata mempesona tetapi—sangat sangat sangat rupawan! Menatap mataku dengan pandangan tegas, garis muka yang sangat menawan, bibir merah muda yang manis—sangat manis! Dan juga jangan lupakan tubuhnya yang cukup—lebih dari cukup untuk mengundang hasrat ingin memeluk perawakan sempurna itu atau bahkan melakukan hal yang sangat menyenangkan seperti—uhm, berada diranjang dengan lelaki asing itu diatasku?

Omong-omong, siapa ya yang akan menjadi top? Mengingat tubuhnya yang tidak terlalu tinggi tapi—hey, don't judge people by his cover. Siapa tau saja dia memiliki abs yang—

"Ekhem!"

Deheman dari orang yang sedang ku eksplor tubuhnya ini menyadarkanku dari pikiran kotorku—maafkan aku tetapi aku memang tidak bisa menghentikan pikiran liar ku ini karena dia sangat terlalu hot untuk dilewatkan. Apalagi suara dehemannya yang—ukh! Bagaimana suaranya jika ia mengerang diatasku dengan—

"Kurasa sudah cukup bagimu untuk meng-eksplor tubuhku, nona. Berikan aku jalan untuk masuk."

Sialan.

Benar-benar hari sial untuk Zhang Yixing.

Aku tidak pernah menyangka kesialan akan selalu datang padaku meskipun aku berada dijarak ratusan kilo meter tanpa duo tiang sialan itu.

Akupun bergeser dan sebisa mungkin untuk menutupi wajahku karena—ketahuan memperhatikan tubuh seseorang dengan pikiran kotor itu sangat memalukan. Omong-omong, suaranya sangat lembut. Sepertinya ia mengikuti kelas khusus menyanyi karena melodi dari kerongkongan sangat teratur dan lembut. Apalagi saat ia memanggilku nona—

WTF?!

Dia memanggilku nona?! Hey meskipun aku adalah bottom—oke, jangan tertawa!—tetapi aku tidak sudi disamakan dengan wanita! Memangnya dia tidak melihat penampilanku yang manly ini, huh?

Ganteng-ganteng kok katarak?

Aku mendelik sebal dan melemparkan pandanganku padanya. Cukup lama aku memandang sinis padanya sampai akhirnya dia menyadari jika sedang diperhatikan olehku. Tanpa diduga dia menaikkan dagunya padaku dan mengernyit—memberi pandangan 'apa?'

"Siapa yang kau sebut nona, eh?" merendahkan nada suaraku, dan sedikit menggeram. Membuat dia merasa takut karena suaraku seperti serigala—yah, tidak jauh lah dari bayi serigala.

"Kau." Dia memicingkan pandangannya, menelusuri tubuhku dari kepala hingga kakiku. Spontan aku mendekap tas tangan laptop yang sedari tadi kubawa didepan dada. Siapa tau saja dia ingin berbuat jahat seperti merampas harta bendaku atau—uhm, memperkosaku? Untuk yang terakhir mungkin aku masih bisa mentolerir perbuatan itu dan ikut mendesah dibawah—

Asdfghjkl! Zhang Yixing naikkan harga dirimu sedikit!

Lelaki itu kemudian tersenyum meremehkan dan berdesis, "Penampilanmu sangat uke sekali, nona." Dia menatap tanganku yang mendekap erat tas laptop, "—dan aku tidak tertarik untuk memperkosa lelaki kucel sepertimu."

Double WTF!

Aku tidak salah dengar kan? Lelaki culun—sebenarnya hanya sepatunya saja yang kuno—didepanku ini menolak seorang diva seperti Zhang Yixing? Tidakkah dia tahu jika dulu ia diperebutkan oleh banyak orang?!

Meskipun itu dulu.

Tapi—yang benar saja!

Ding!

Belum sempat aku melayangkan protes dan mengungkapkan segala kelebihanku, pintu lift terbuka dan menunjukkan jika aku sudah sampai didepan apartemen ku. Aku menghela nafas kesal dan menatap sebal—sekali lagi pada lelaki asing yang kutemui beberapa menit yang lalu. Tetapi kemudian, aku tersenyum jahil saat ide cemerlang tiba-tiba saja melintas dipikiranku. Setidaknya, aku harus memberi kesan perpisahan yang manis pada lelaki ini.

Zhang-sexy-Yixing sangat pintar.

Maka, aku menyimpan tas laptopku didepan pintu lift—menahan agar lift tertutup. Aku berjalan lambat dengan sedikit bumbu nakal kepadanya, membuatnya menatapku heran dan sedikit membuat dia menjauhkan tubuhnya kebelakang. Aku menarik dasinya seduktif, memainkan dasinya menggoda.

"Well, nice to meet you, tuan. Kurasa tidak ada salahnya jika aku memberikan salam perpisahan yang bisa membuatmu rindu padaku." Aku mengerling nakal dan membuat jarak diantara hidung kami menipis, hingga hidung ku menyentuh lembut hidungnya.

Jantungku, tolong! Ia sangat wangi!

Fokusku terbagi menjadi dua—antara ber-fanboying atau tetap teguh untuk menjahili lelaki kuno ini. Aku menggigit hidungnya dan mengecup pelan pucuknya, membuat lelaki ini menahan nafas untuk beberapa saat. Mataku menangkap bibir merah manisnya, dan entah sejak kapan, bibirku berubah haluan—mengecup bibirnya dan sedikit menghisapnya.

Aku melakukan itu tanpa sadar—demi tuhan!

Menyadari apa yang telah kuperbuat, segera aku menarik diri dan bergegas mengambil tas laptopku dan berjalan keluar—secepat mungkin kulakukan karena sungguh wajahku memanas dan rasa malu menyelubungi diriku.

Astaga! Lelaki itu sungguh memikatku!

.

.

so yeah hello guys. this is my new story and idk bakal ada kelanjutannya atau cuman sampe segini. semoga dapat mengobati kerinduan dan haus akan sulay. and i really miss yixing's smile.