IN WILDERNESS LAVENDER (capt.1)

Pairing: Sasu/Hina always.

Rating: T

Tags: Romance

Disclaimer: All characters in this story belongs to Masashi Kishimoto

Happy reading..

###########################

Sasuke menyesapi aroma pinus yang menyeruak dalam indra penciumannya. Mengindahkan dinginnya udara malam, pemuda 27tahun itu mulai mengisi paru - parunya dengan rakus. Pandangan matanya lurus kedepan. Binarnya menyiratkan gairah dan kepuasan.

"Supermoon.."

Sebagaimana mulutnya menggumamkan kekaguman akan fenomena langka ciptaan Yang Esa, matanya pun kini mengerjab penuh puja.

Tangan kanannya teguh menyangga Nikon Coolpix P900 kesayangannya, sementara jemari tangan kirinya dengan lincah mulai memainkan fokus lensa. Bunyi ceklikan shutter terdengar bagai irama bass dalam alunan hutan yang sedikit jazzy, membuat Sasuke kian semangat membidik buruannya.

Puas menembak, kakinya kembali mundur dan mendekati meja kecil yang berdiri tidak jauh dari tempatnya memotret. Sasuke mengamati layar LCD dari Pad miliknya. Sesekali keningnya berkerut saat dia merasa kecewa, dan sesekali pula bibir tipisnya menyunggingkan senyum mahalnya saat dia merasa puas dengan hasil kerjanya.

Puas!

Itulah yang kini dia rasakan.

Onyx sehitam malam itu kini mendongak, kembali menatap hamparan bimasakti yang berkerlip bagai berlian. Seolah tak ingin kalah dengan pesona sang rembulan, agaknya genit kerlingnya masih mampu melenakan Sasuke untuk kembali membidikkan kameranya.

"Sekali lagi.." Gumamnya.

Tangannya mulai mengarahkan ujung lensanya pada salah satu tepian tebing.

.

.

.

IN WILDERNESS LAVENDER

.

.

.

Hinata hampir saja pingsan. Tidak! Mati berdiri tepatnya. Mutiara pucatnya semakin memucat kala melihat lingkaran merah dengan huruf laknat itu tertempel diatas lukisannya.

Coba bayangkan! Menurut kalian, apa yang lebih konyol dari nilai F dipelajaran seni lukis, untuk siswa SMA yang menuliskan cita - citanya sebagai pelukis dengan huruf kapital besar dilembar konsultasi kariernya?!

Demi Tuhan! Saat ini Hinata lebih menginginkan dampratan bahkan dengan bumbu gimmick alay sekalipun, daripada mendapat tatapan lembut namun penuh intimidasi dari Senseinya ini.

"Kalau lukisanmu tetap begini.." Ucap sang Sensei tanpa meninggalkan senyum, "aku yakin, jangankan untuk Frankfurt, masuk akademi seni Nagoya pun akan sulit.."

Hinata menunduk, walau telinganya tetap setia mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur mulus dari bibir penuh senyum itu, namun otaknya sudah meliar kemana - mana.

"Aku memberimu nilai F bukan karena lukisanmu buruk.." Ucap pria itu kalem, "aku harap Hinata Chan paham itu.."

Dan anggap Hinata gagal paham.

"Jadilah dirimu sendiri, Hinata Chan. Melukislah dengan passionmu sendiri seperti saat pertama aku mengajarimu teknik melukis."

Kalimat terakhir Sai Sensei dibarengi dengan gestur sang pria membungkukkan tubuhnya. Ia mencoba mensejajarkan matanya dengan salah satu anak didik kesayangannya itu. Ada kesan cemas terpancar dimata pria itu yang sayangnya gagal ditangkap oleh Hinata.

"Dan kembalilah melukis setelah kau yakin.." Ucapnya lagi.

Hinata meremat ujung roknya dengan gelisah. Matanya sudah retak oleh serpihan kecewa yang sebentar lagi turun membentuk barisan sungai.

Kembali menjadi dirinya sendiri?

Memang selama ini dia sudah menjadi siapa?

Tidak bisakah Senseinya ini berhenti dengan kuliah psikologisnya dan langsung saja menunjukkan dimana letak kesalahannya?

Hinata saat ini sedang berusaha berkompromi. Dengan Sai Sensei, dan utamanya dengan dirinya sendiri.

"Ha.. hai.. wakarimashita.." Ucap gadis itu pada akhirnya.

Putus asa dan ingin segera pergi menghilang dari tatapan guru seninya, gadis itu segera membungkuk pamit.

"Aah.. Hinata.."

Sai sensei tergesa mendekati Hinata yang hampir mencapai pintu. Berdiri lama dihadapan siswanya, tangan pria itu tampak menimbang - nimbang helaian kertas kecil berbentuk persegi panjang.

"Tiket?" Hinata menatap kertas yang disodorkan padanya.

"Sepupuku.. dia akan mengadakan pameran di Imperrium Galeria.." Sai Sensei meraih tangan Hinata dan menjejalkan tiket itu disana.

"Tugasmu adalah mengikutinya, hingga kau mengerti kebutuhanmu sendiri.."

#bersambung...

.

.

.

Haluuuuuu.. Hitora disini. Setelah lama tak berjumpa malah datang dengan fik lain. Hehehehe.. Hitora blm bs uplot fik blue house with purple flower cz hati hitora lagi mode romansa. Ga bs nemu mood buat bikin fik sedih. Hitora jg blm bs uplot After wedding cz... malu.. kwkwkwkwkw! Hitora rasa masih terlalu kecuuuuuut. Jangan lah ya.. Hitora masih sayang bat sama reader san sekalian. Soooooo.. ditunggu fik Hitora selanjutnya. Ketjup penuh cintah! Muuuuuach!