Selamat membaca FFn yang abal ini _

Jangan salahkan imajinasi ku yang entah mengapa tiba-tiba pengen bikin FF crime -_-

Padahal FF yang satunya aja belon kelar, yaelah *nepuk jidat reader XD

Naruto by Masashi Khisimoto

What should I do? by Hayari Uchiha


What should I do?

Pandangannya lurus ke depan, waspada. Ditangannya tergenggam sebuah revolver yang siap membunuh siapa saja. Nafasnya tersengal, keringat mengucur dari keningnya, bajunya sedikit robek dengan darah yang sudah agak kering tertempel disana.

"Sial!". Dia terus mengumpat. Rasa perih dari luka di bahunya membuat dia mau tidak mau harus terus meringis. Ya, luka itu didapat dari pertarungan yang baru saja terjadi.

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Suara langkah kaki seseorang terus mendekat. Dia semakin waspada dan memicingkan penglihatannya, rasa perih pada lukanya sedikit dia abaikan. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana jika langkah kaki itu adalah musuh?.

Langkah kaki itu semakin dekat dan..

"Astaga Sasuke! Apa yang terjadi?!".

Ah ternyata itu rekan kerjanya.

"Kaki tangan Akatsuki ada disini. Aaargh…" Sasuke kembali mengerang akibat lukanya, bahunya kembali mengeluarkan darah akibat cengkramannya sendiri.

"Tahanlah dulu, berikan penjelasan mu di markas. Kita keluar dari sini dulu." Gadis bersurai pirang yang notabene adalah rekan kerjanya memapah Sasuke keluar dari gedung tempat pertemuan sebuah kelompok besar, gembong criminal lebih tepatnya.

Mereka keluar dari gedung itu dengan selamat, ya itu semua karena seluruh system keamanan di gedung itu telah dilumpuhkan.

Kini mereka telah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka menuju markas besar tempat mereka bekerja. International Investigation of Federal America.

Ya, tempat dimana orang-orang pilihan dari seluruh dunia yang bergabung untuk menyelidiki kasus-kasus international di bawah pimpinan Amerika.

"Kau tak apa Sasuke?" Tanya Ino, nama gadis yang membantu Sasuke dan sekaligus rekan kerja sesama anggota IIFA.

"Ya." Jawabnya singkat. Tangannya masih memegangi bahunya yang terluka, pandangannya menelusuri isi mobil yang dia tumpangi. Mobil ini bisa dibilang cukup mewah, terdapat beberapa monitor pada setiap jok mobilnya, kaca mobilnya pun memiliki sensor dan mampu menyimpan informasi bahkan mampu menunjukkan peta sekaligus rute perjalanan.

"Mencari dia?" Tanya Ino, sekarang dia berusaha mengobati luka Sasuke.

"Ya, aku mendapat informasi kalau dia yang menjadi rekanku dalam misi ini." Sasuke sudah bertelanjang dada sekarang, badannya yang sempurna sedikit tertutupi oleh beberapa luka sayat dan tembak. Rompi anti peluru yang dia gunakan hanya berguna sedikit.

Ino masih tetap mengobati Sasuke, dengan cekatan dia membalut bahu dan perut Sasuke dengan kain kasa. "Dia berangkat ke Jepang dua jam setelah kau berangkat menjalankan misi. Dia mendapat misi baru dan ditugaskan untuk pergi ke sana. Salah satu agen kita yang sedang melakukan misi di Jepang tertangkap musuh."

"Misi penyelamatan?" Tanya Sasuke.

"Ya, bisa dibilang seperti itu."

"Sendirian?"

Ino mengernyit, tampak tak mengerti.

"Dia berangkat sendirian?

Ino tersenyum, "Kau mengkhawatirkannya? Dia berangkat bersama Neji dari divisi computer dan Shikamaru dari divisi strategi."

Sasuke tak berkata apa-apa lagi setelah itu, entah pikirannya sedang berada dimana sekarang. Kau mengkhawatirkannya eh?


"Sial, bagaimana sih dia bisa tertangkap? Si ceroboh itu, merepotkan saja." Laki-laki nanas busuk itu tak henti-hentinya mengomel, dan tak henti-henti pula dia terus menguap.

"Hhhh.. sudahlah Shikamaru, kau kan tau sendiri kalau Naruto memang ceroboh. Daripada kau terus marah-marah tidak jelas lebih baik kau cepat pikirkan bagaimana membebaskan Naruto dan misi kita cepat selesai." Kata gadis dengan surai merah muda.

"Oke baiklah.., Neji kau retas seluruh system keamanan di gedung tempat Naruto disekap, Sakura lumpuhkan beberapa penjaga untuk sedikit mengalihkan perhatian, biar nanti aku yang akan menyelamatkan si ceroboh itu. Paham?" Kata Shikamaru kepada kedua rekan kerjanya.

"Hm."

"Oke. Menurut informasi yang ku dapat penjagaan disana sangat ketat, dan mereka begitu selektif saat menerima tamu. Bagaimana mungkin Neji bisa meretas system keamanan disana?"

"Kau lupa Sakura? Neji kan mampu meretas system apapun dalam jarak yang jauh sekalipun. Benarkan Neji?"

"Hm."

"Hehehe.. benar juga ya, mungkin karena aku sudah lama meninggalkan IIFA sampai-sampai aku lupa kemampuan masing-masing agen." Sakura tertunduk, jujur dia enggan mengatakan ini karena baginya ini hanya akan mengingatkan pada masa lalu saja.

"Sudahlah tak usah dipikirkan, oh ya besok kita sudah mulai melakukan tugas kita. Sakura siapkan segala perlengkapan senjatamu, kita butuh sedikit menunggu sampai Neji melakukan tugasnya."

"Baiklah."

"Oke, karena ini sudah larut malam sebaiknya kita sudahi dulu diskusi ini. Kita butuh tenaga lebih untuk besok."

"Oyasumi Shikamaru, Neji."

"Oyasumi." Kata kedua lelaki itu bersamaan.

Sakura beranjak meninggalkan kedua rekan kerjanya, menuju kamar apartement yang disewa mereka.

Sementara di tempat lain…


"APA KAU GILA? Dimana otak jeniusmu itu Uchiha? Jangan bertindak bodoh!" Wanita paruh baya ini menggeram prustasi. Kesabarannya hampir habis menghadapi salah satu anak buah kesayangannya. "Itu hanya misi kecil, misi penyelamatan! Profesional lah sedikit, jangan karena Sakura kau sampai melalaikan misi besar!" Wanita ini sudah benar-benar geram sekarang.

"Aku hanya belum bisa mempercayai Sakura, bagaimana kalau dia berkhianat lagi? Apalagi sekarang dia berada di Jepang, akan sangat mudah untuk orang-orang itu menemukan Sakura." Sasuke tetap tenang, meski bosnya ini sedang memarahinya tapi tak ada sedikitpun rasa takut tercetak di wajah tampannya.

"Aku yakin dia tidak akan seperti itu, lagipula itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Oh Tuhan bagaimana kau masih belum mempercayainya setelah apa yang dia lakukan untuk kita, untuk menebus pengkhianatannya? Dan aku yakin kau belum lupa kalau sebenarnya Sakura tidak berkhianat, keadaan yang membuatnya melakukan itu!" Tsunade nama wanita itu, dia sudah memijit-mijit pangkal hidungnya beberapa kali hingga memerah.

"Kau mengatakan itu bukan karena dia adalah murid kesayangan mu kan?" Ucap Sasuke dingin.

"Astaga Sasuke, tega sekali kau bicara seperti itu. Bahkan rupanya kau sudah amnesia atas apa yang Sakura sudah korbankan untuk kau bocah sialan."

Bagaimana Sasuke bisa lupa kalau setiap malam kejadian itu selalu mampir pada tidurnya? Bagaimana dia bisa lupa isak tangis yang Sakura beri untuknya? Oh tapi sungguh Sasuke enggan mengingat semua itu, karena baginya itu hanya akan menambah rasa perih yang sudah lama berusaha dia obati.


Malam sudah sangat larut, namun sepertinya matanya enggan terpejam. Entah apa yang dia pikirkan, namun dari iris emerald itu jatuh setitik bulir bening. Raganya mungkin memang sedang berada disini, namun entah pikirannya sedang berada dimana. Sesekali isakan lolos dari bibir mungilnya. Tangannya memegangi dadanya yang semakin terasa sesak. Bulir itu terus mengalir sedikit demi sedikit hingga akhirnya membasahi pipi mulusnya, tak ada niat sedikitpun untuk menghapusnya.

"Sasuke."

Menunggu review :D