Minna san~

Ini adalah fict pertamaku. Mohon maaf

bila ada kesamaan ide cerita.

Another Ino

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuIno, NaruSaku slight NaruHina and SasuSaku

Rated : T

Summary : Setiap orang tak ada yang tahu akhir dari cerita cintanya sendiri.

Apakah kau percaya ada seseorang yang menjadi pelindungmu di suatu tempat?

Dan apakah kau percaya akan ada dirimu yang lain menggantikan dirimu di

kehidupan selanjutnya dan melanjutkan kisahmu yang sempat terputus?

Kalau aku jadi kalian, aku percaya.

Warning : Abal, EyD buruk, gaje, typo, ide pasaran, dll.

Gadis itu berulang kali melihat pantulan dirinya di kaca mobil orang yang tak dikenalnya. Berulangkali juga ia merapikan penampilannya yang sama sekali tak ada yang salah. Merapikan seragamnya, merapikan blazernya, dan terakhir menyisir poni dengan jarinya. Kalau menurut kalian hanya dia yang begitu? Kalian salah besar. Seluruh siswi yang berkumpul di gerbang melakukan hal yang sama. Seperti menunggu kedatangan seorang artis papan atas. Kegiatan gadis pirang itu diinterupsi oleh gadis lain dengan warna rambut sama dengan permen kapas. "Minggir kau, Dekorin! Aku yang pertama kali di sini, kau cari saja tempat lain." Seru gadis berambut pirang bernama Yamanaka Ino pada gadis pinky di sebelahnya sambil maju selangkah lagi ke depan."Mobil ini kan bukan punyamu. Jadi kau tak berhak menghalangiku." Balas gadis pinky yang ternyata bernama Haruno Sakura kemudian merapikan penampilannya secepat mungkin.

Jeritan dan teriakan dari para siswi lain menghentikan perdebatan kedua gadis berbeda warna rambut tersebut.

"Lihat-lihat, dia datang," bisik seorang gadis berambut lurus setengah punggung berwarna coklat pada gadis sebelahnya.

"Kyaa…"

"Dia tampan sekali..."

Ya, begitulah setiap warga sekolah sudah biasa akan hal itu. Dan kalau tidak terdengar baru dibilang aneh.

Ino dan Sakura pun langsung berusaha masuk ke tengah-tengah kerumunan.

"Minggir kalian... akh... awaas!" Ino berkata sambil berusaha menghalau saingan-saingannya yang lain. Saat dia hendak menyentuh sang pangeran, tiba-tiba saja dia tertarik mundur ke belakang.

Dilihatnya ternyata itu ulah si gadis pinky. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sakura mendahului Ino masuk ke tengah-tengah kerumunan itu. Dan tak mau kalah juga, Ino menarik Sakura mundur. Begitulah yang terjadi sampai mereka tidak menyadari bahwa kerumunan atau lebih tepatnya sang pangeran sudah tidak ada dan tetap melakukan kegiatan 'tarik-menarik' itu. Jika dilihat orang lain mungkin mereka akan dianggap gila.

"Wah ternyata aku punya fans..." suara berat seseorang tiba-tiba mncul. Ino yang pertama kali menyadari pun langsung mendorong Sakura ke depannya lebih tepatnya mendekat kearah siswa itu.

"Untukmu saja, jidat. Aku rela…" seru Ino yang sudah berlari menuju kelasnya.

Sakura yang keheranan dengan sifat Ino pun langsung menolehkan kepalanya. Dan betapa terkejutnya dia kalau itu adalah…

"Naruto…" Sakura berkata dengan mulut sedikit terbuka.

"Hehehe…" yang dipanggil hanya cengengesan sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V.

"Kenapa kau ada disini, bukannya kau bilang kau sedang sakit?" Sakura melihat Naruto dari bawah sampai atas untuk melihat apakah siswa di depannya ini tidak apa-apa.

"Kalau batuk dan demamnya sudah sembuh sih, tinggal flunya saja. Tapi tidak masalah kok." Naruto menepuk-nepuk dadanya sendiri membuktikan dia baik-baik saja.

Sakura kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali sedangkan Naruto hanya keheranan.

"Ada apa, Sakura-chan?" kata Naruto dengan tampang tak berdosa

"Dasar baka, kita terlambat masuk kelas. Ayo cepat!" Sakura pun langsung menarik paksa tangan Naruto dan berlari secepat mungkin ke kelas.

Braaak… Pintu kelas terbuka dan tentunya mengalihkan seluruh perhatian penghuni kelas.

"hosh…hosh…hosh"

"Sudah terlambat, mendobrak pintu lagi. Apa saja yang kalian lakukan? Pacaran hah?" ucap Kurenai-sensei dengan nada yang lumayan tinggi.

"Pacaran niee…cuit…cuitcuit…" sahut salah seorang siswa dengan tato segitiga terbalik berwarna merah dimasing-masing pipinya sambil berdiri dan langsung saja dihadiahi deathglare oleh Kurenai sensei.

"Diamlah, Kiba-kun." Bisik Hinata tetapi lebih kepada suara cicitan.

Naruto yang tidak mengerti ucapan Kurenai sensei tiba-tiba saja merasakan kalau tangannya dilepas oleh Sakura. 'Berarti selama ini kami berpegangan tangan.' Batin Naruto.

"Sebagai hukuman, kalian berdiri diluar kelas sampai pelajaran ini selesai." Ucap Kurenai sensei dengan emosi yang sudah mulai reda kemudian mengambil buku dan spidol yang sempat diletakkannya.

Dengan terpaksa mereka berdua pun keluar kelas.

"Sampai dimana kita tadi…"

...

'Aku tidak bisa menyalahkannya. Disini aku juga salah' batin Sakura.

"Hihihi…" Naruto terkikik sambil menutup mulutnya dengan satu tangannya.

"Kenapa denganmu Naruto? Apa kau senang kalau kita dihukum?" sahut Sakura dan langsung saja muncul perempatan di dahinya.

"Tidak, aku hanya merasa kalau ini hari keberuntunganku"

"Hari keberuntungan? Aku tak habis pikir" Sakura memijit pelipisnya.

"Tentu saja ini hari keberuntunganku. Sekarang Sakura-chan menjadi fansku, tadi Sakura-chan memegang tanganku, dan sekarang kita sama-sama dihukum. Khufufu…"

"Kau salah paham, baka." Sakura memukul kepala Naruto dan memunculkan benjolan di kepala pemuda pirang itu.

"Kenapa kau memukulku, Sakura-chan?" Naruto mengerucutkan bibirnya sambil memegang bekas pukulan Sakura.

"Hahaha...Tentu saja karena kau baka makanya aku memukulmu." Ucap Sakura masih terus tertawa karena melihat ekspresi Naruto setelah mendengar jawabannya.

Mereka pun tenggelam dalam pikiran masing-masing dalam waktu yang lumayan lama.

"Apa lagi yang akan aku bicarakan dengan Sakura-chan. Berpikirlah, Naruto…berpikirlah…ayo berpikir…Oh, aku tahu. Ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku pada Sakura-chan. Ya, aku akan mengungkapkannya sekarang. Semangat, Naruto. Aku pasti bisa…Yosh...Ganbatte!" batin Naruto setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya.

"Sakura-chan?" Naruto bertanya hati-hati tak ingin mengacaukan semuanya.

"Hmpph…a-apa Naruto? Eng…" ucap gadis pinky itu dengan kaki sesekali disentakkan.

"Kau kenapa Sakura-chan?" Naruto menyentuh sebelah bahu Sakura pertanda bahwa ia khawatir dengan keadaan gadis disebelahnya dan melupakan niat pertamanya.

"A-khu tidak sanggup la-gi …" Sakura masih menyentak-nyentakkan kedua kakinya. Memang mereka tidak dihukum terlalu berat seperti push-up, lari keliling lapangan atau apapun itu. Mereka hanya dihukum berdiri diluar kelas. Hey, tapi ini sudah hampir satu setengah jam. Bohong kalau seseorang tahan berdiri selama itu, apalagi kalau perempuan.

"Sakura-chan, kalau tidak tahan lagi, duduk saja. Nanti aku awasi kalau ada orang yang melihat." Naruto mengintip ke dalam kelas berjaga-jaga agar mereka tidak ketahuan.

"Hhm…baiklah" Sakura pun duduk kemudian menyelonjorkan kedua kakinya kedepan.

"Kau juga sebaiknya duduk Naruto!" Sakura menatap Naruto yang sekarang lebih tinggi darinya.

"Tak perlu, Sakura-chan. Aku masih kuat, kok. Biar aku saja yang lihat kalau ada orang lain yang datang." Kata Naruto tak lupa disertai dengan senyum lima jari andalannya.

"Duduklah, kalau terjadi apa-apa aku juga yang repot. Kalau ketahuan, kan kita sama-sama dihukum" Sakura menarik tangan Naruto untuk ikut duduk bersamanya.

...

"Baiklah, sampai disini dulu hari ini. Baca-baca buku kalian karena minggu depan ada ulangan." Ucap Kurenai-sensei sambil merapikan barang-barangnya.

"Sampai jumpa di pertemuan berikutnya."

"Sampai jumpa, sensei."

Kurenai pun keluar kelas tidak lupa dengan 2 orang yang masih dihukumnya.

"Naruto berdiri!" bisik Sakura begitu menyadari Kurenai sensei akan keluar.

"Maafkan kami sensei. Kami tak akan mengulanginya lagi. Naruto…" Sakura menyikut Naruto yang masih belum minta maaf.

"I-ya sensei, maafkan kami"

"Ya sudah, kalian boleh masuk" Kurenai pun berlalu dari hadapan mereka.

"Arigatou, sensei."

Mereka pun segera masuk ke dalam kelas.

...

...

"Melelahkan sekali!" Naruto duduk dibangkunya kemudian menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Duduk saja melelahkan?" batin Sakura.

"Na-ruto" panggil Hinata tanpa beranjak dari bangkunya.

Ya, Hinata memang duduk tepat dibelakang Naruto sehingga dia tidak perlu susah-susah hanya untuk menghampiri pria yang sejak dulu disukainya. Sedangkan Naruto duduk sebangku dengan Sasuke di deretan pertama dan paling dekat ke pintu. Hinata duduk sebangku dengan Sakura di belakang tempat duduk Sasuke dan Naruto. Kemudian di sebelah tempat duduk Naruto dan Sasuke duduk Ino dan Tenten, di belakang mereka, duduk Kiba dan Shino. Di samping Ino dan Tenten, duduk Neji dan Gaara. Tepat di belakang Neji dan Gaara, duduk Sai dan Lee. Barisan bangku paling belakang dihuni oleh Chouji dan Shikamaru. Kemudian beberapa siswa-siswi lain dibarisan ketiga. Seperti itulah penggambaran tempat duduk mereka.

"Ada apa, Hinata-chan?" Naruto duduk tegak kemudian memutar bangkunya menghadap Hinata.

"Eh, ano... ta-tadi Ku-renai sensei bi-bilang ka-lau minggu de-depan ada u-langan." Hinata berkata sambil sesekali melihat ke bawah.

"Arghh..." Naruto mengacak-acak rambutnya.

"Kenapa kau tega sekali sensei? Kenapa?" Naruto berkata dengan kedua tangan terbuka dan diayun-ayunkan di depan wajahnya.

"Hihihi..." Hinata terkikik melihat tingkah Naruto.

"Kau itu berlebihan Naruto." Sakura pun mengeluarkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

"Kau ti-tidak per-lu kha-khawatir Naruto-kun. Naruto-kun bi-sa meminjam ca-ta-tanku," Hinata pun menyerahkan buku pada Naruto.

"Benar juga, ya. Kita tadikan tidak bisa mendengarkan penjelasan Kurenai-sensei. Apa aku bisa meminjam catatanmu Sasu..." ucapan gadis pinky itu terhenti saat melihat Sasuke tidak ada di tempatnya.

"Pinjam punya Hinata-chan saja, Sakura-chan. Lagipula akukan bisa sekalian diajari olehmu. Bisakan Hinata-chan?" Naruto meminta persetujuan gadis berambut indigo dihadapannya.

"Um..." Hinata mengangguk sedih. Ia berkata dalam hati, 'Padahalkan aku yang punya buku itu, pasti aku yang lebih tahu tulisanku. Lagipula aku jugakan yang tadi mendengarkan penjelasan Kurenai sensei. Kenapa Naruto-kun minta diajari Sakura dan bukan aku? Bahkan mereka tidak mengajakku. Naruto-kun...'

...

...

Ino's POV

'Kemana Sasuke-kun pergi?' batinku.

Aku terus mengikuti Sasuke-kun dan sejauh ini sepertinya dia tidak mengetahui keberadaanku.

Lalu aku melihat Sasuke membuang semua cokelat yang ada di lokernya ke tong sampah kemudian Sasuke mengeluarkan sebuah surat berwarna biru muda dari lokernya dan memasukkannya ke loker yang lain.

'Loh, bukannya itu loker Sakura?'

To be continued

Kyaaa...#pundungdipojokkan#

Akhirnya, terkumpul juga keberanian buat nge-publish fic ini.

Bagaimana menurut kalian? Bagaimana? Bagaimana? Silahkan menuliskannya di kotak review yang telah tersedia#ceilaah. Saya sangat mengharapkan kritikan yang membangun supaya saya lebih baik lagi asal jangan pedas-pedas, ya. Maklum author baru. Saya juga tidak menerima flame, kalau mau flame silahkan log in dulu.

Maka dari itu, REVIEW please...