Kebencian

"Kerjakan semua tugasmu ! dan bersihkan gudang dengan cepat !" perintah wanita tua tersebut lalu berlalu.

"Air, kamu tunggu disini ya" pinta sang kakak, iris matanya berwarna biru tua.

"Onni-chan, mau kemana ?" tanya sang adik, iris matanya berwarna biru muda.

"Aku akan membersihkan gudang" jawab sang kakak lembut.

"Boleh aku tunggu disini ?" Tanya sang adik sambil tersenyum tipis.

"Wakatta (Baiklah) ingat ! jangan nakal" pinta Taufan sambil tersenyum lalu mengusap kepala adiknya yang tertutup topi sebelum ia menuju gudang.

Ketakutan

"JANGAN !" teriak Taufan terkejut.

"Ku mohon, jangan apa-apakan adikku" pinta Taufan dengan wajah memohon dihadapan seorang wanita tua.

"Air ! Daijobu ? (Kamu tida apa-apa) ?" Tanya Taufan khawatir pada sang adik yang kini memeluk kakinya ketakutan.

"Kalau begitu, cepat selesaikan tugasmu !" perintah wanita tua tersebut lalu meninggalkan tempat tersebut.

"Air, tenanglah, kakak disini" ucap Taufan sambil memeluk Air yang bergetar ketakutan.

"Taufan nii-chan, Air takut" ucap Air pelan.

"Jangan takut Air, kakak disini" ucap Taufan sambil memeluk sang adik.

Persahabatan

"Hali nii-chan, Gempa akan belajar kelompok" ucap seseorang dengan warna mata emas, Gempa.

"Hali nii-chan" panggil Gempa sekali lagi.

'Hening'

"Hali nii-chan !" panggil Gempa sedikit keras.

"Pergilah Gempa" ucap sang kakak terbangun dan melihatkan iris matanya yang berwarna merah, Halilintar.

"Hei kalian semua ! lihatlah aku mendapatkan apa ?" Tanya seseorang dengan berlari menuju Halilintar dan Gempa, iris matanya berwarna jingga, Api.

"Game ?" Tanya Halilintar dengan mengerutkan keningnya.

"Wah, benarkah Api ?" Tanya Gempa dengan mata berbinar.

"Kerjakan tugasmu Gempa !" perintah Halilintar sambil memukul kepala Gempa pelan.

"Wakatta (Baiklah) aku mengerti, Gomen ne (Maaf ya) Api" ucap Gempa dengan tersenyum.

Sebuah pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan

"Hali nii-chan" panggil Gempa sambil menuju ruang tamu dengan semangat.

"Naze (Apa) ?" Tanya Halilintar yang sedang membaca bukunya.

"Hali nii-chan lihat oka-san ?" Tanya Gempa masih dengan semangat.

"Sebentar lagi akan turun, tunggulah" ucap Halilintar kembali membaca bukunya.

Dan tak butuh waktu lama sang ibu turun dengan tergesa-gesa.

"Oka-san" panggil Gempa dan langsung menuju sang ibu yang masih menelpon.

"Baiklah nanti saya telpon lagi" ucap sang ibu pada seseorang yang ditelponnya.

"Do shita no (Ada apa) Gempa ?" Tanya sang ibu.

"Oka-san, lihat ! Gem-" ucapan gempa tersebut saat sebuah telpon kembali masuk di handphone sang ibu.

"Kita bicara nanti sayang" ucap sang ibu lalu meninggalkan Gempa yang menunduk.

"Aku bersamamu Gempa" ucap Halilintar sambil menepuk punggung sang adik.

"Oka-san sangat sibuk ya kak ?" ucap Gempa dengan nada lemah.

Kehangatan keluarga yang mereka ridukan

"Taufan nii-chan" panggil Air sambil memeluk Taufan yang sedang bersender pada tumpukkan jerami.

"Naze (Apa) ?" Tanya Taufan sambil menatap Air dengan heran.

"Mengapa oka-san dan otou-san, tidak pulang ?"

"Air rindu oka-san dan otou-san"

"Air rindu saat kita bersama Taufan nii-chan"

Taufan hanya terdiam bingung akan menjawab apa, tidak mungkin ia memberitahukan jika kedua orang tuanya pergi bukan untuk sementara namun untuk selemanya.

Sebuah pertemuan yang tidak di duga.

"Hiks, Taufan nii-chan, sadarlah ! jangan tinggalin Air" pinta sang adik sambil memangku kepala Taufan di pangukannya.

"Air, jangan menangis" ucap sang kakak lemah.

Dan hujan masih terus mengguyur tubuh mereka, Taufan hanya dapat meneyesal sekarang, seharusnya Ia tidak membawa sang adik ikut kabur dengannya, namun Taufan juga tidak tega untuk meninggalkan sang adik bersama wanita tua tersebut.

Suara petir kembali berbunyi, begitu pun dengan kilat petir yang mulai terlihat di langit, hujan bertambah deras, dan tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

Tak lama suara langkah kaki kembali terdengar, suara langkah kaki yang tidak beraturan dan sebuah nafas yang sulit diatur, di tengah hujan, Air melihat samar-samar seseorng sedang berlari menuju mereka menerobos hujan, tidak peduli hujan yang membasahinya dan genangan air yang mengotori bajunya.

Di belakangnya terdapat seseorang yang berjalan dengan tenang sambil memakai sebuah paying, da kini Air berharap jika mereka berdua bukanlah orang-orang yang di suruh wanita tua tersebut untuk membawa mereka kembali.

"Taufan nii-chan, Air takut" ucap sang adik pelan.

'Hening' tidak ada jawaban dari Taufan.

Air menatap sang kakak dengan heran dan rasa takut mulai menyelimuti hatinya, kedua mata Taufan tertutup rapat dan detak jantungnya mulai melemah.

"Taufan nii-chan !" panggil Air khawatir akan keadaan sang kakak.

"Hei, kalian membutuhkan pertolongan ?" Tanya Gempa yang kini berada dihadapan mereka.

"Eh ?" Air malah bergumam tidak jelas dan bingung.

Ternyata orang-orang yang Air pikir mereka jahat, malah justru menolongnya.

"Gempa, sudah kubilang jangan berlari !" bentak Halilintar kesal.

"Hehehe, gomen (Maaf) Hali nii-chan" pinta Gempa sambil tertawa pelan.

"Ayo, kita bawa dia kerumahku" ajak Gempa sambil tersenyum lebar, dan seketika Halilintar membulatkan matanya terkejut.

Tbc

Hai ! *melambaikan tangan* yo, aku datang dengan cerita baru ^^

Dan ini masih sekilas saja, ceritanya belum dimulai , ada yang menginginkan ceritanya dimulai ? lanjut ? atau tidak dilanjutkan ?

Oh iya tentang ceritaku 'Forgotten memories' di pending sementara ^^ karna aku belum mendapatkan hidayah untuk melanjutkan jalan ceritanya yo.

Kelanjutan cerita tergantung review para readers ya ^^

Apakah reviewnya banyak atau ada yang minta lanjut di kotak review.

Perhatian !

Cerita ini mengandung Yaoi, jika diantara kalian ada yang tidak menykai Yaoi, sebaiknya jangan dibaca, aku takut jika yang membenci Yaoi akan membenci ceritaku, karna aku masih tergolong fujoshi ^^ maaf ya para readers ,

Sekian dariku terima kasih ~