Sabaku Gaara Mendapatkan Segalanya

Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

Hinata mengintip melalui celah pintu. Di luar, pemuda itu masih duduk di tempatnya. Masih menikmati makanannya. Kadang matanya mencari, kadang mengecek telepon, kadang hanya diam sambil mengunyah.

Hinata meneguk ludah.

Pemuda itu, pemuda bersurai merah dengan tato 'ai' di dahinya akhir-akhir ini menjadi pelanggan setia. Hinata mengenalnya. Namanya Sabaku Gaara, mantan pacar Hinata.

Awalnya Hinata bertingkah biasa-biasa saja, tapi lama kelamaan dia merasa risih. Terutama karena Gaara selalu meminta untuk dilayani olehnya. Ditambah godaan-godaan dan pujian-pujian yang sering dilontarkan pemuda itu dan selalu sukses membuat jantung Hinata dag dig dug.

Hinata bisa melihat pemuda itu mengangkat tangan. Seorang pelayan menghampirinya. Mereka berbicara sedikit, lalu pelayan dengan rambut cokelat itu pergi. Hinata tahu sebentar lagi ia harus keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mundur, duduk, menunggu.

Pintu terbuka dan -seperti yang sudah diduga Hinata- pelayan berambut cokelat yang tadi baru saja ditemani Gaara berbicara menyembulkan kepalnya. "Kau dipanggil."

Hinata menghela napas. "Gantikan aku dulu, Kiba."

"Tidak bisa, dia tidak mau," kata Kiba. "Lagian, kau tidak bisa terus-terusan ngendap di ruang istirahat. Bos bisa-bisa memecatmu," tambahnya, sebelum menghilang dari balik pintu.

Hinata menghela napas. Ia kembali berdiri, sedikit merapikan penampilannya, lalu melangkah keluar dari tempat persembuyiannya.

Di meja makan, Gaara sudah menunggu.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Hinata mencoba bersikap profesional. Padahal dalam hati dia sudah melemparkan sumpah serapah pada pemuda di hadapannya.

"Ya," jawab Gaara. "Sepertinya pesananku belum cukup. Aku ingin memesan lagi." Gaara mengangguk-angguk, puas dengan jawabannya.

Hinata menghela napas. Ia merogoh saku untuk mengambil notes dan pulpen. Ia memberi kode pada Kiba untuk membawa buku menu. Setelah buku menu diletakkan di meja, Hinata berkata, "Silakan memesan."

Gaara membuka buku menu yang sudah ia hapal semua isi dan jenis-jenis makanannya. Membalik-balik halaman hanya untuk membuang waktu Hinata. Dua menit terlewat dan Gaara kembali menutup buku menu.

"Apa yang ku inginkan tidak ada di dalam sini," ujarnya sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di buku menu yang lapis luarnya adalah kayu.

"Maaf, tapi-"

"Sabaku Gaara mendapatkan segalanya."

Hinata memutar bola mata. "Tunggu sebentar."

Hinata berjalan menuju dapur, bertanya apakah tidak apa-apa jika sang koki membuatkan makanan yang tidak terdaftar dalam buku menu. Sang koki yang terkenal dengan semangat masa mudanya menyampaikan ketidak-beratannya dengan senyuman. Hinata membalas senyuman sang koki dan mengangguk sekali sebelum keluar dari dapur.

"Baiklah, silakan memesan apa yang anda inginkan," kata Hinata. Notes di tangan kiri dan pulpen di tangan kanannya siap melakukan tugas.

"Aku ingin memesan hati milik Hyuuga Hinata."

Notes dan pulpen jatuh. "A-apa?"

"Perlu ku ulangi?"

"B-bukan, kami tidak m-menyediakan itu di sini."

"Kau menyediakannya, 'kan?"

Hinata berpikir keras. "B-bukankah Tuan ingin memesan makanan?"

"Ya, awalnya. Tapi kau hanya bertanya 'apa' yang ingin ku pesan, tidak ada tambahan lain yang berhubungan dengan makanan. Jadi kurasa tindakanku ini benar."

Hinata menyadari kebodohannya. Itu sama saja dia yang memancing Gaara. "T-tapi persediaannya t-tetap tidak ada."

Gaara menarik napas dan mengembuskannya dengan kasar. "Sabaku Gaara mendapatkan segalanya."

Seminggu kemudian, Hinata tidak lagi bekerja di restoran tersebut. Namanya bukan lagi Hyuuga, tapi Sabaku Hinata. Di restoran, Kiba merasa kesepian. Tidak ada lagi gadis bermata pucat yang selalu bersembunyi di ruang istirahat.

Owari