GHOST
*Ch 1*
Story © alice dreamland
Vocaloid © Crypton Media & Yamaha Corp
Genre: Mystery, Horror, Romance
Warning: Typo(s), alur lambat/ngebut, all in Normal PoV
Summary: Dua sekolah kini digabung kembali setelah tiga tahun terpisah. Dan setelah kedua sekolah itu digabungkan, kejadian-kejadian horror pun dimulai…
"Hei, hei!" bisik seorang gadis berambut merah cherry kepada teman yang bisa dibilang tidak terlalu dekat dengannya—Kagaine Rin. "Apa kau tahu asal usul Crypton Academy?"
Rin memutar bola matanya—tidak tertarik.
"Diamlah, Furukawa-san. Aku sedang ingin membaca novel horror saat ini," desis Rin pelan sambil berkutat kembali dengan novel horror yang dibawanya dari rumah.
"Cihhh! Rin-san! Sejarah Crypton Academy itu kan juga cerita horror!" protesnya.
"Hah? Masa?" tanya Rin sambil menoleh kearah sang gadis berambut merah—Furukawa Miki. Sepertinya kini Rin mulai tertarik dengan ceritanya.
"Iya!" angguk Miki dan memulai kisahnya. "Jadi begini… Dahulu, Crypton dan Yamaha Academy itu merupakan satu sekolah!"
"Hah? Maksudmu sekolah seberang itu?" tanya Rin. Miki mengangguk lalu melanjutkan ceritanya.
"Namun… 3 tahun yang lalu, 10 murid dikabarkan menghilang tanpa jejak! Karenanya mulai muncul berbagai konflik, salah satunya protes dari orangtua murid karena merasa sekolah tidak dapat menjaga murid-murid mereka dengan baik. Karena itulah sekolah kita ini akhirnya dibagi menjadi dua bagian," jelas Miki.
"Itu kan bukan seperti horror. Tidak ada horrornya sama sekali," ucap Rin malas lalu kembali menekuni novel horrornya.
"Heiiii! Tapi coba kau pikir! 10 murid menghilang tanpa jejak! Sudah jelas kan kalau itu bukan penculikan? Itu kan juga merupakan kisah nyata! Buktinya masuk Koran 3 tahun yang lalu! Juga…" Miki menghentikan kalimatnya sebentar, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Apa?" tanya Rin, menuntut jawaban lebih.
"… Salah satu dari mereka yang menghilang adalah teman baikku," ucapnya dengan suara lirih. Rin yang mendengarnya menjadi tidak enak karena telah menuntut jawaban dari Miki.
"Maaf…," desis Rin.
"Tidak apa-apa," jawab Miki.
"Ngomong-ngomong, darimana kau dapat cerita itu? Juga bagaimana kau bisa yakin kalau itu bukan penculikan?" tanya Rin penuh minat. Karena cerita itu memang tidak pernah masuk dalam sejarah sekolah, walaupun memang ada berita 10 murid yang menghilang. Tiba-tiba Miki tersenyum mengerikan, membuat Rin merasakan hawa dingin disekitarnya.
"Dari mana ya? Hmm?" ucap Miki dengan nada horror dan mengerikan. Rin yang melihatnya menjadi ketakutan sendiri.
"Dari… 'dia'," ucap Miki penuh misteri sebelum pergi ke kelasnya yang sebenarnya—9-C. Rin hanya diam kebinggungan mendengar jawaban dari Miki.
"Siapa maksudnya… 'dia'?" gumamnya pelan sebelum kembali menekuni novelnya.
.
.
.
[Yamaha Academy]
"Hey, Len!" ucap seorang lelaki berambut merah bernama Kasane Ted.
"Jangan sok akrab memanggilku Len, Kasane-san," jawab seorang anak laki-laki berambut emhoneyblonde/em diikat emponytail/em dengan nada tak suka. Ted berdecih sebal.
"Ya sudah… Jadi… Kagamine-san, apa kau tahu sejarah Yamaha Academy?" tanya Ted. Len hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kuceritakan ya?" pinta Ted. Karena Len tidak menjawab, Ted pun memulai ceritanya.
"Tiga tahun yang lalu, Yamaha dan Crypton Academy itu satu sekolah. Tapi karena ada suatu kejadian, yang kabarnya sepuluh murid menghilang, jadinya banyak protes dan yah, begini deh hasilnya! Sekolahnya dipisah lagi! Tapi katanya 1 minggu lagi digabung kembali, kok~," ucap Ted. Namun Len sama sekali tidak mendengar penjelasan Ted dan hanya membolak-balikkan buku yang berada di tangannya.
.
.
.
"Hari ini merupakan hari dimana Crypton dan Yamaha Academy digabung kembali. Tanpa mereka sadari, hari ini jugalah hari-hari 'horror' mereka dimulai…
"Rin-chan! Apa kau tidak apa-apa?" tanya salah seorang teman baiknya dengan wajah khawatir. Kini mereka sedang berada di kelas mereka—kelas 9-B.
"Aku tidak apa-apa, Neru. Jangan khawatir," jawab Rin lalu menghela nafasnya sekali lagi. Teman baiknya—Akita Neru—memang emoverprotective terhadapnya.
"Ohya? Tapi hari ini kau terlihat tak bersemangat…," ucap Neru lagi. "Atau… Apa kau ada masalah? Mungkin aku bisa membantumu untuk menyelesaikannya!"
Rin terlihat bimbang sesaat, namun ia menjawab pertanyaan Neru dengan anggukan.
"Kurasa lebih baik aku menceritakannya kepadamu…," ucapnya kemudian. Neru terlihat bersemangat.
"Nanti, kau ikut aku ke ruangan OSIS," lanjut Rin.
"Tapi—" Neru hendak memprotes, namun Rin memotong ucapannya.
"Aku mau konsultasi ke Lui-senpai," ucap Rin. Neru mengerjapkan kedua matanya—kemudian mengangguk.
KKRRRIIINGGGG!
Bel sekolah berbunyi, semua murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Kini kelas 9-B berisikan murid-murid dari Yamaha dan Crypton Academy. Tak lama kemudian, seorang guru berambut pink panjang masuk ke dalam kelas membawa pengumuman.
"Minna! Karena hari ini hari dimana Crypton dan Yamaha digabung, maka hari ini tidak ada pelajaran! Jadi, kalian harus berkenalan dengan teman-teman dari Yamaha Academy!" ucapnya sambil tersenyum manis. Kemudian ia berjalan keluar lagi.
Seketika, kelas tersebut menjadi berisik—penuh akan celotehan murid disana sini.
"YEEEYYY!"
"AYO KITA KE KELAS SEBELAH!"
"HEII, AYO KENALANNN!"
Setidaknya itulah teriakan-teriakan anak-anak kelas 9-B dan kelas-kelas lainnya.
"Neruu… Ayo kita ke ruangan OSIS sekarang!" ucap Rin sambil menepuk pundak Neru yang tengah melamun.
"E-Eh?" tanya Neru kebingungan.
"Ayoooo kita ke ruang OSIS sekarang!" ulang Rin. Neru kini paham dan mengikuti Rin yang sudah berlari ke arah ruangan OSIS. Tak memerlukan waktu terlalu lama pergi kesana.
TOK TOK TOK!
Rin mengetuk pintu ruang OSIS. Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara yang mengatakan "masuk!" yang Rin yakini merupakan suara Lui.
"Permisi…," ucap Rin pelan lalu masuk ke dalam ruang OSIS. Di dalam ruang OSIS, hanya terdapat Ketua OSIS Crypton Academy—Hibiki Lui—dan seorang anak lelaki berambut honeyblonde. Mereka berdua tampak sedang membincangkan sesuatu sambil duduk di sofa.
Dan kelihatannya ia datang dengan motif yang sama dengan Rin, konsultasi.
"Jadi… Rin, ada apa kesini? Konsultasi juga?" tanya Lui sambil tersenyum lembut. Rin memang cukup dekat dengan Lui, ia juga sering datang untuk konsultasi jika ia memiliki masalah. Rin mengangguk sebagai jawaban.
"Eh? Juga? Berarti dia juga konsultasi?" tanya Neru yang berada di belakang Rin. Ia menunjuk lelaki berambut honeyblonde yang sedang duduk di sofa sambil minum teh. Lui mengangguk lalu mempersilahkan Neru dan Rin duduk.
"Iya… Jadi… Siapa duluan yang mau bicara?" tanya Lui sambil melihat kearah Rin dan lelaki honeyblonde itu bergantian.
"Biar aku saja," ucap lelaki berambut honeyblonde itu lalu meletakkan gelas yang dibawanya tadi.
"Tidak apa-apa kan, Rin? Biar Len yang memulai duluan?" tanya Lui. Rin mengangguk, toh ia juga masih harus merangkai kata-kata untuk menjelaskan masalahnya.
"Jadi, Len, silahkan dimulai," ucap Lui lalu mempersilahkan pemuda honeyblonde itus—Len—memulai ceritanya.
"Tujuh hari ini aku sering mimpi aneh," mulainya. Semuanya diam mendengarkan, kecuali Rin yang tengah berusaha merangkai kata-kata dalam benaknya.
"Mimpi apa?" tanya Lui.
"Terdapat sepuluh anak yang berteriak minta tolong padaku. Mereka mengejarku dalam mimpi, namun sebelum mereka sempat meraihku, tiba-tiba mereka sudah mati dengan keadaan tragis. Tanah di sekitar mereka sudah berubah seperti lautan darah, digantikan oleh seseorang dengan kapak berlumuran darah," lanjutnya. Neru dan Lui merinding. Namun lain halnya dengan Rin, ia mendengarkan dengan penuh minat.
"Biar kutebak. Dari sepuluh orang itu, terdapat lima perempuan dan lima laki-laki. Setelah orang yang membawa kapak itu membunuh semuanya, ia pun berusaha untuk membunuhmu, benar? Namun kemudian kau terbangun sebelum ia sempat membunuhmu."
Semuanya melongo dan menoleh ke asal suara.
"K-Kau... Bagaimana kau tahu?" tanya Len terkejut sambil memandang kearah Rin.
Gadis itu pun menghela nafas lalu tersenyum kecut. "Karena aku juga bermimpi sama sepertimu."
.
Oke, saya barusan edit ulang. Dulu saya Kiriko Alicia, tapi sekarang ganti penname ya 0w0
Saya keponakannya alice in wonderland helloooo /abaikanini
Sekian...
~alice dreamland
