Ohayou! Konichiwa! Konbawa!

.

Niatannya sih mau bikin jadi NaruSasu… TAPIII~ *evil smirk* berhubung Sasuke muridnya Orochimaru-sama *Light bukannya error*, jadi… Sekali lagi Light bikin SasuNaru~~hyahahahahaha!

Di awal manis, makin ke bawah makin…Gaje! Light lagi kena virus… Sebuah virus gaje, yaitu pengen heboh-hebohan. Berhubung Light lagi mengalami sepi melulu~HPku sayang, HPku nista, nggak ngasih pemiliknya OL! Gak dikasih pulsa sehari langsung rusaaak~hiks!

Dozo, Minna-Sama!

Rate:

T, untuk kenistaan! XD

Disclaimer:

Mbah Masashi Kishimoto~yang rajin menabung, tidak sombong, serta pandai menyiksa pita suara Fujoshi yang akhir-akhir ini jejeritan melulu~ *dikemplang*

Warning:

Canon verse, out of character, FULL of lebayness and gajenesss, a little typo, Boys Love. To Readers who hate boys love, please leave this page by pressing the 'back' button.

.

Di sini tidak ada OC, XD!

Have a nice read! ^__~

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

.

Entah sejak kapan, semua hal yang mengenai dirimu, sudah menjadi kebiasaanku untuk mengamatinya dan mencoba memahaminya.

Terutama, setiap pukulanmu untukku.

Sedikit waktu, kuluangkan hanya untuk memahami setiap pukulanmu untukku, membuatku mengerti sedikit tentang perasaanmu yang tidak terkatakan. Karena kau adalah seorang pemalsu dan pembohong ekspresi terhebat yang kukenal—walaupun aku jauh lebih lihai darimu—kau pasti membenarkan itu.

Kau selalu memukulku dengan cepat dan kencang, lalu wajahmu merengut dan kau berteriak kesal. Matamu menyiratkan tawa, ujung bibirmu terangkat mengukir senyuman. Artinya, kau menikmati setiap detik bertengkar denganku.

Kau memukulku satu kali sekuat tenaga, dan ekspresimu terasa tawar, matamu menyipit penuh amarah. Itu tandanya, kau marah. Padaku dan kebodohanku.

Kamu memukulku sekuat yang kau bisa, lalu berangsur-angsur memelan, dan akhirnya kedua tanganmu menggantung di lengan bajuku. Menggantung begitu saja.

Mungkin, aku tidak akan pernah sanggup memandang ke dalam langit di matamu saat nuansa sendu menyapu dirimu, tapi dengan pukulanmu saja, aku mengerti, setiap pukulanmu mengalirkan seberapa dalamnya rasa kecewa dan sedih karena aku.

Serta sedikit waktu di mana aku yakin, kau tidak menyadari keberadaanku yang selalu di sampingmu, menemanimu.

Setiap malam, saat hati ini sudah yakin kalau kau sudah lelap dibuai mimpi, aku pasti akan mendekatimu, mengelus rambutmu yang halus, dan mendengar igauanmu.

Aku heran, mengapa setiap engkau mengigau, kau selalu menyebutkan namaku. Seolah namaku begitu berarti untuk diucap. Terlebih, kau yang selalu mengucapkan namaku. Dan baru kusadari, aku selalu tersenyum menatapmu, jika kita berdua bersama tanpa siapapun.

Setiap malam, tidak peduli dengan kondisiku sendiri, walaupun aku bersimbah darah penuh luka atau terlalu lelah, pasti akan kusempatkan sedikit waktu untukmu… Untuk hadir di sisimu saat malam.

Pasti.

Sekedar hanya untuk mengecup keningmu dan memakaikan selimut untukmu.

Mengalirkan perasaan rindu yang tak mungkin terucap dariku.

…Lalu, pergi lagi meninggalkanmu. Setelah membalas menyebutkan namamu disisa tenaga terakhir yang kumiliki.

"…Naruto…"

#~**~#

A SasuNaruSasu fanfiction,

Only for a Short Time

By: Light-Sapphire-Chan

#~**~#

Bagaimana bisa Sasuke akan pergi begitu saja setelah ia mengucapkan banyak hal?

Saking banyaknya, rasanya ia hampir kelepasan bicara. Hampir saja… Mungkin, jika mereka hanya berdua saja yang ada di sini. Ia akan mengakan semuanya. Semua perasaan tertekannya, marahnya, sedihnya, kecewanya, dan hatinya.

Selama beberapa saat di keheningan yang terselubung, mereka bertemu tatap di antara semua perhatian yang terpusat pada mereka.

Sebelum akhirnya Sasuke membalikkan badannya, lalu berjalan melangkah pergi menghampiri Zetsu dan Madara.

Sekali lagi, Naruto hanya bisa terdiam menatap kepergian Sasuke. Hanya tinggal menunggu hitungan detik, sebelum Sasuke menghilang—bahkan tanpa kepulan asap.

Ketika jarak antara dirinya dan Sasuke sudah melampaui sepuluh langkah, terdengar helaan napas Sasuke, seiring dengan pemuda tampan itu menghentikan langkah ke sebelasnya.

Sasuke menolehkan kepalanya ke belakang sedikit, menemukan mata biru yang begitu intens menatapnya.

…Bolehkan ia tersenyum kecil, karena menemukan seseorang yang membuat dirinya tetap hidup, tak henti memandangnya dengan tatapan berharap?

Mungkin, tatapan mereka kali ini, akan menyuarakan intesitas keindahan yang teramat sangat, andai saja tidak ada suara-suara yang menginterupsi tidak pada tempatnya.

"KAU PASTI MATI DI TANGANKU, BRENGSEEEEKK! DASAR PENGKHIANAT NARUTO-SAMA!!!"

Sasuke dan Naruto sama-sama mengalihkan pandangan ke arah massa yang menumpuk banyak di hadapan mereka. Sasuke jelas-jelas menyukai Naruto yang berteriak apapun yang jelek padanya—hal ini tidak perlu diragukan keakuratannya.

Massa yang datang, rupanya anti-Sasuke.

Pasti ada alasan kuat, mengapa mereka membenci Sasuke.

"TAK AKAN KUBIARKAN KAU MENYAKITI NARUTO-KUUUN~!"

Sasuke lebih menyukai dirinya yang diganggu perempuan-perempuan cantik dan seksi, di banding Naruto-nya. Karena kalau ia yang berada di dekat perempuan-perempuan tersebut, jelas ia tidak akan tergoda.

Ah, andai Sasuke mengerti, kalau Naruto yang justru merasa risih jika hal itu terjadi.

"DASAR PENGGANGGU SIALAAAAN!"

Sasuke benar-benar benci pada para lelaki yang sok kuat melindungi Naruto. Menurut Sasuke, mereka hanyalah sekumpulan archa layaknya curut yang mengganggu.

"Eeeeeeeh~" sepertinya keautisan seorang Tobi benar-benar all out ketimbang jiwa Madara-nya. "RAMAAIII SEKALIIII!" tak lupa tepuk tangan ala anak TK yang mendapatkan balon.

Jika mata bisa segaris, maka mata Sasuke sudah menjalin garis lurus, yang tandanya ia benar-benar muak dengan semua orang yang mendadak hadir di sini.

"Ka-kalian…" Mata biru Naruto membulat besar. Sungguh sebuah kejutan untuknya, mendapati mereka—semua orang yang pernah ditolongnya dulu, kini datang lengkap dengan senjata menghadang Sasuke.

Mereka melempar senyum manis pada Naruto-nya, Sasuke bersumpah, setidaknya ia akan menendang bokong mereka semua satu per satu. Lengkap dengan genjutsu sangat menakutkan. Kalau perlu, tambahkan sedikit chidori di ujung rambut mereka. Biar hangus.

Paket komplit.

Bayarannya mudah saja, cukup teriakan kesakitan dan tidak mendekati Naruto, itu sudah sangat cukup untuknya.

Sasuke merasakan senyum mengerikan terkembang di wajahnya.

"Naru-chaaaaan~"

Demi Kami-sama… Halooo~ bocah-bocah kecil! 'Kalian ini benar-benar setan cilik!' Pikir Sasuke. Dia saja tidak pernah memanggil Naruto seakrab itu. TERUS MEMELUK NARUTO DENGAN BEGITU MUDAHNYA!

Aaaarrrggghhh! Ia benar-benar tidak pernah melakukannya! Terkutuklah bocah-bocah itu yang memeluk dan memanggil Naruto seperti sekarang ini.

Tidak butuh sharingan untuk melihat kepulan asap yang menguar dari Sasuke. Atau aura-aura mengerikan yang setara dengan Kyuubi.

PLUUK!

Apalagi dengan bonus hiasan kulit pisang di kepala.

Sasuke membalikkan badannya sempurna, membelakangi para anti-anti dirinya, menghadap Naruto-nya yang dipeluk kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah dengan… Begitu dekat, lekat, erat, kuat dan mesra.

Deathglare a la Uchiha pun tidak mempan mengusir mereka semua dari Naruto.

Kakahi dan Sakura berpandangan heran, keduanya pun takjub melihat para pendukung Naruto—bisa dikatakan pecinta ataupun penggemar Naruto.

Boleh saja di Konoha, banyak gadis yang tidak menyukai Naruto. Tapi di luar Konoha…

Sangat banyak.

Apalagi hasrat para Seme. Jauh lebih banyak lagi.

"Waaaah~ semangat di sini begitu menggelora! Rasanya, akupun turut tertular semangat mereka!" seru Lee yang menyeruak di antara kerumunan.

"Cih, benar-benar merepotkan…" Gerutu Shikamaru di belakang Lee dengan kedua tangan melipat di belakang kepala.

"Lebih berisik daripada kerumunan dengungan serangganya Shino…"

"Lebih berisik dari gonggongan Akamaru…"

"Hm… Sepertinya akan ada kejadian besar di sini, oh, Sasuke. Kudoakan mudah-mudahan Kau bisa selamat nantinya…"

Mulai dari sini, ketidaksukaan Naruto bangkit terhadap Neji. Untuk apa sih Neji tersenyum pada Sasuke? Untuk apa mendoakan Sasuke yang bahkan jauh lebih kuat di banding mereka semua? Dia kan tidak akan membalas senyummu, Neji! Naruto mencak-mencak dalam hati.

Itu belum seberapa, Naruto masih dibuat kesal dengan Sasuke yang membalas pandangan Gaara—menurut Naruto pula, pandangan Sasuke teramat sangat seduktif—harusnya sih Naruto sadar kalau pandangan itu ada hanya untuknya. Kazekage-sama, ini bukan urusanmu...! Rasanya Naruto ingin menjambak rambutnya sendiri.

"Semuanya, kumohon ketenangan. Jika kalian sibuk menyoraki Sasuke, ataupun melempari Sasuke dengan kulit pisang, atau mengelu-elukan Naruto, semuanya tidak akan terlaksana seperti yang kalian inginkan," kata Kakashi tenang. "Jadi, sekarang jelaskan tujuan kalian datang ke sini."

Tanpa melepas pelukannya pada Naruto, seorang anak yang sangat mirip dengan Sasuke, membuka suaranya. "Tentu saja kami datang dengan maksud balas dendam pada Sasuke!"

Sasuke melipat kedua tangannya, siap mendengarkan curhat—yang pastinya—tidak bermutu. Dengan niat mencurahkan perasaan dari hati ke hati. Balas dendam seperti apapun padanya, sungguh tidak masalah. Tapi jangan dekati Naruto…

Posesif.

Sangat.

Seorang bocah laki-laki lagi, berambut kuning tua yang panjang, juga ikut bicara. "Sasuke-san… Sangat kejam!"

Sasuke mulai jengah dengan semua tuduhan tanpa alasan, serta tatapan-tatapan sok mengintimidasi, yang jelas-jelas gagal dan tidak membuatnya takut. Justru ia merasa tertantang.

"…Atas dasar apa kalian bicara seperti itu?" suara dingin dan sangat tajam tersebut, mampu membungkam hiruk-pikuk di sekitarnya.

Seorang gadis dengan berani menghentakkan kakinya ke depan Sasuke. Lihatlah betapa femininnya penampilan gadis itu sekarang, cantik dan… Waw. So sexy.

Sasuke jelas tidak bisa melupakan gadis itu, BUKAN karena terpesona. Melainkan karena kesal dan muak. Seenaknya saja menyentuh Naruto.

"Karena kau pengganggu!" jawab gadis itu. "Kau melemparku ke kapal itu! Aku jelas tidak akan melupakanmu, si tampan laknat yang melemparku dan meninggalkan Naruto-kun!"

'Dia ini tidak berbeda dari gadis-gadis lain. Sama-sama plin-plan,' pikir Sasuke dalam hati. Ia mengeluarkan seringai meremehkan. 'Lebih baik mereka mendekatiku, asal bukan dia…'

"Aku tidak meninggalkannya. Tapi dia yang yang membuatku meninggalkannya," kata Sasuke membela diri.

Tahan, Naruto… Jangan biarkan semburat seindah senja menyapu wajahmu.

"Aaah… Amaru-chan," panggil Naruto gugup.

"Ya, Naruto-kun?" betapa manisnya, Amaru langsung menoleh ketika Naruto memanggil.

"…Kalau tidak ada Sasuke waktu itu, mungkin kita berdua sudah mati," kata Naruto, mencoba membela Sasuke.

"Ah! Bukan itu!" Amaru memandang Sasuke galak. "Tapi… Yang waktu Naruto-kun jatuh. Kan aku memelukmu—"

Sasuke tidak akan melupakan itu.

"KYAAAAAA~ KAU CURAAAANNGGG!!!" terdengar geraman dari seluruh penjuru massa pendukung Naruto.

"—Lalu kita berdua jatuh dari ketinggian, Kau pingsan, Naruto-kun, lalu aku memelukmu, tentu aku tidak akan meninggalkanmu. Tapi… ADA MAKHLUK TERBANG MENCULIKMU!!!" seru gadis tersebut histeris seraya menunjuk Sasuke.

'Tidak ada yang lebih elit dari makhluk apa?' batin Sasuke sarkastik.

"…Maksudmu, Sasuke… Menculikku?" Naruto menyipitkan matanya curiga.

Amaru menganggu antusias. "Ya! Lalu ia MEMELUKMU!"

Seluruh perhatian dihujamkan pada Sasuke yang nampak tenang, dingin dan tidak tertarik. Sementara Naruto mencoba melacak kebenaran yang dikatakan Amaru dengan memandang Sasuke.

Tidak ada penyangkalan. Entah kebenaran, atau kebohongan. Dan terdengar desisan tidak suka dari seluruh penjuru yang jelas diperuntukkan kepada Sasuke.

Amaru melanjutkan, "Ia membawamu terbang entah kemana, setelah memelototiku! Padahal kan, aku memelukmu sebelum jatuh ke laut… Dengan niatan, membalas budi baik dan cintamu, Naruto-kun!"

'Naruto tidak akan dan tidak pernah mencintaimu, BAKA YAROU!'

Entah sudah berapa banyak dosa Sasuke, sekarang, dosanyapun bertambah. Karena-err-memaki banyak orang.

"Apa maksudmu, Sasuke-san?! Kau selalu mengganggu, menyela di antara kami dan Naruto…"

"Ohime-sama…" Naruto kini melirik Sasuke yang tetap tak berekspresi.

Sasuke yang inginnya membuang pandang, justru bertemu pandang dengan Naruto. Sama seperti biasanya, hanya pertemuan ekspresi tawar dan kecewa yang berpadu dengan amarah serta tekad yang luar biasa.

Hanya saja, rasanya ada yang lebih kuat lagi. Satu perasaan yang terus bercokol dalam diri.

Yukie kembali berkata, "Aku heran saja. Mengapa dia senang sekali menyela di antara kami dengan Naruto-san? Bukannya tidak boleh… Tapi, jujur saja, semua itu terasa sangat menyebalkan! Terlebih setelah Naruto jadi keren seperti ini…"

"…Kalian bisa dan membolehkan diri kalian sendiri dekat dengan Naruto. Mengapa Sasuke-kun tidak boleh?" Sakura angkat bicara.

Seseorang gadis cantik lagi berambut pirang, mengeluarkan suara riangnya.

"…Tentu saja tidak boleh! Karena ia orang yang paling berbahaya…"

"Hotaru…" Naruto menatapnya terkejut.

Sekian lama tidak bertemu, apakah Hotaru sudah melupakan Utakata? Dan berpaling pada Naruto?

"Kupikir, kalau kalian mau membenci seseorang karena Naruto, harusnya akulah yang kalian benci…" Kata Sakura sambil lalu.

Naruto menelan ludahnya, bahaya ini…

Sasuke menyipitkan matanya tidak suka.

"Memang kenapa? Ada apa dengan Sakura-san?" tanya Yuukimaru heran.

Sakura baru saja mau menjawab, ketika dia teringat sesuatu.

"EEEEEEEEHH!!!" seru Sakura galak. Dihentakkannya kakinya menuju Naruto. "Kau belum menjawab pernyataanku! Dengan teganya kau meninggalkanku!"

Kalau saja ada yang jeli, tentu mereka sepintas akan melihat mata Sasuke yang membesar sesaat.

Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dengan canggung, "Err, itu… Kan waktu itu sudah kujawab, Sakura-chan!"

Sakura menghentikan langkahnya, mata hijaunya menatap Naruto nanar—cepat sekali ekspresinya berubah. "…Jadi, yang waktu itu, Kau benar-benar jujur?"

Naruto menghela napas, rasanya ia ingin menjadi Zetsu saja. Karena, kalau Zetsu ditagih uang kas Akatsuki oleh Kakuzu—yang sekalian korupsi, ia tinggal menyelam ke tanah. Kakuzu tidak akan bisa mengejarnya.

Out of topic.

Intinya, daripada menjawab pertanyaan Sakura, lebih baik Naruto menerima pukulannya. Tapi tidak juga dua-duanya.

Hell no.

Sebenarnya sih, bukan masalah. Asalkan, si objek yang dipermasalahkan, tidak terdapat di sini, Naruto tentu akan mempertegas setiap perkataannya lagi pada Sakura.

'Kami-sama, mengapa aku jadi kehilangan kepercayaan diri begini?' ratap Naruto dalam hati.

'Yuuuhhuuu~~ sepertinya ini waktu yang tepat untuk balas dendam pada Naruto! Atas semua kejahilan yang telah lampau!' inner Sakura bersorak gembira.

"…Berarti, Kau mengingkari janji," ucap Sakura pelan.

Naruto terbelalak. "A-aku tidak—"

"Iya! Kau bilang… Semua yang Kau lakukan bukan untukku! Mengapa…? Mengapa?!" tanya Sakura—jika ini fict AU, tentu Sakura pasti akan mendapatkan piala Oscar.

"Sakura-chan," Naruto mencoba tetap lembut padanya. "Aku melakukannya untukku, untuknya, dan untukmu… Tapi…"

"Tapi apa?!" sergah Sakura galak.

Perlahan, semua yang memeluk Naruto, melepaskan pelukannya, lalu memandang Naruto dengan tatapan bertanya.

Naruto yang ditatap semua orang, mundur perlahan, selangkah demi selangkah. Ada rasa takut yang belum terjawab, merayapi tubuhnya.

Guren maju selangkah, "Aku rasa aku tahu penyebabnya!"

Dari Naruto, semua mengalihkan perhatian pada Guren yang kini tersenyum maklum.

Naruto terus melangkah mundur. Ingin rasanya jujur, tapi takut tidak mujur.

Lebih baik ia mati bersama Sasuke…

Ngomong-ngomong… Di mana Sasuke?

"Kau tahu, Guren-san?" tanya Kakashi menyangsikan.

Guren mengangguk mantap. "…Tahu tidak, Sakura-san? Waktu terjebak di tempat yang penuh ilusi… Naruto tidak memikirkanmu lho~"

"Terus kenapa?" tanya Sakura, agak-agak judes.

"Terus, siapa orangnya?" Kiba melirik Naruto yang sudah masuk "area terlarang", tanpa Naruto menyadari kalau ia sedang berada dalam bahaya.

"…Jangan katakan Sasuke," Neji mendesis.

"Nah!" Guren bertepuk tangan. "Tentu saja Sasuke! Keren kan?!"

Guren akan diamuk massa.

"ITU TIDAK KEREN NAMANYA, BAKA!!!"

Dan Guren benar-benar 'dilahap' mereka semua.

"KYAAAA~ Ha-habis! A-aku ju-juga merasakan kea-a-nehan!" teriak Guren yang menggapai-gapai langit, seakan meminta pertolongan.

Bahkan Yuukimaru pun turut dalam aksi pemberian "pelajaran" pada Guren.

"…Hei, dengarkan aku!!!" jerit Guren.

Semua tetap tidak mendengarkannya, untung saja Kakashi dan Sakura terjun menolongnya. Walaupun agak tidak membantu juga.

"Naruto-san kan selalu menolong orang! Mati-matian dia menolong kita! Ataupun orang yang kita sayang! Tapi, apa ada yang tahu… Mengapa dia sampai seperti itu?!" tanya Guren, mengindahkan napasnya yang terengah-engah.

Mereka mulai mendengarkan perkataannya.

"…Sampai aku menyinggung tentang Uchiha brengsek kesayangan Orochimaru-sama," mata seagreen-nya menjalajahi tempat itu. "Dia… Benar-benar ingin tahu kabar dari Sa—"

"DIAM!" seru Naruto.

"—Suke, ternyata alasannya selama ini menolong kita, mati-matian dan selalu terlihat sedih—"

"Berhenti! BERHENTI!"

"—karena dia! Itu karena Naruto merasa tidak bisa mengejar Uchiha!" jelas Guren telak.

Tak ada balasan apapun dari Naruto. Dalam hati, semua turut membenarkan apa yang dikatakan Guren.

"Benar begitu, Naruto-kun?" tanya Amaru pelan.

Naruto kembali mundur selangkah.

Merasa tidak bisa mengelak lagi, Naruto akhirnya menjawab. "T-tentu saja! I-itukan karena dia Sahabatku! Masa' aku membiarkan sahabatku begitu saja? Dia yang pertama kali punya ikatan denganku! Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan Konoha karena balas dendam bodohnya lagi! Karena Konoha tempatnya untuk pulang…"

'Konoha bukan tempat untukku pulang, Dobe…'

Kesalahan besar, Naruto benar-benar memasuki zona rawan Sasuke.

Hening.

Sunyi.

Sepi.

Mengerikan.

Menakutkan.

Menegangkan.

Menyenangkan… Eh?

SREEEEET!

Peluk.

"…Kau tahu, Dobe?" katana tersebut berkilat tertimpa sinar matahari, tepat berada di leher berkulit tan tersebut. "…Aku pernah berkata padamu, untuk menyempurnakan sharingan, dibutuhkan mata dari sahabatnya…"

#~**~#

To be continued

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

.

Aaaahhh~Kehebohan kayak gini kurang disenangi sih… Hihihi. Benar, kan? *karena image-nya rusak oleh beberapa fict yang—err maaf—bikin ilfeel* Yang penting, ide ini bisa tersalurkan lewat fict. Nggak ganggu memori otak Light yang mempunyai kapasitas terbatas. Light sebenernya mau menyajikan sesederhana novel-novel teenlit Indonesia yang nggak gaje, tapi cliffie ending. Tapi, Light nggak bisaa~~! HIKS!

Light payah dalam imajinasi buatan ala fantasi gitu…Hiks! Atau yang bener-bener sulit dimengerti, a la novel buatan Dan Brown…*bandinginnya jauh amat*

Terima kasih waktunya untuk menyempatkan membaca! Kritik dan sarannya selalu ditunggu!

Sweet smile,

Light-Sapphire-Chan