Title: Auld Lang Syne
Cast: YunJae/ YooSu/Changmin/ SuJu Member
Dis: Punya SM Entertaiment, Tuhan dan diri mereka ndiri. Kecuali Jaejoong… Jaejoong punya author!#dibantai Cassiopeia#
Genre: Romance; Comfort; Friendship
Rated: Buat awalnya, T dulu deh…
Warning: BoysLove, OOC, gaje, typos
Don't Like, Don't Read yakkk…
Berhubung ini epep pertamanya author, dimaklumin yah kalau agak aneh… Saran dan kritik dalam bentuk apapun author terima. ^^
*…*ALS*…*
Namaku Kim Jaejoong. Aku seorang namja. Aku tak pernah menyukai sebuah pertemuan. Mungkin aku membenci suatu momen yang dinamakan pertemuan. Sama seperti aku membenci satu momen yang disebut perpisahan. Mungkin kalian ingin tahu mengapa aku membenci sebuah pertemuan. Karena sebuah perpisahan tak akan terjadi jika tak ada suatu pertemuan. Apa artinya pertemuan kalau akhirnya hanya akan menjadi suatu perpisahan. Semua selalu kembali ke awal. Ke titik awal. Nol. Jadi mengapa harus ada sebuah pertemuan? Hanya sesuatu yang sia-sia.
"Jaejoong?" Sebuah suara yang cukup familiar terdengar memanggil namaku dari lantai satu.
"Ya, Ahjussi." Aku bangkit dari posisiku dan meraih tas yang tersampir di kursi meja belajarku.
"Jaejoong?" Panggil namja setengah baya yang sudah ada di dekat meja makan sekali lagi tanpa memandangku yang sudah menuruni tangga.
"Ada apa, Teuki-ahjussi?" Aku langsung duduk di salah satu kursi yang kosong. Kelihatannya KangIn-ahjussi berangkat lebih pagi dariku hari ini.
"Kau sudah mau berangkat, kan?" Aku mengambil satu roti lapis yang sudah ada di tengah meja makan. Aku mengangguk sekali sebagai balasan.
"Nanti pulang sekolah, kau mampir ke toko Yesung-ahjussi sebentar, ya. Ambilkan pesanan Ahjussi di sana." Teuki-ahjussi menutup kotak bekal yang sedari tadi ia isi.
"Baik, ahjussi." Aku berdiri dan mengambil kotak bekal itu. Teuki-ahjussi memang selalu membuatkanku bekal. Aku tak tahu kenapa ia senang sekali membuatkanku bekal. Walaupun aku sering ditertawakan karena kotak bekal ini, toh aku tak peduli pada mereka. Dan aku masih tahu terima kasih pada Teuki-ahjussi yang setiap pagi selalu membuatkanku bekal.
"Aku berangkat, ahjussi." Aku duduk dan mengenakan sepatuku. Teuki-ahjussi tiba-tiba sudah ada di belakangku dan membelai rambutku.
"Hati-hati di jalan, Jaejoong." Ucapnya dengan lembut. Oke, aku memang tidak pernah memiliki seorang ibu. Tapi aku tahu tatapan yang diberikan oleh Teuki-ahjussi adalah tatapan sayang yang biasa diberikan seorang ibu pada anaknya. Aneh memang. Sejak Teuki-ahjussi adalah seorang namja. KangIn-ahjussi dan Teuki-ahjussi adalah pasangan yang menjadi pengganti orangtuaku selama ini.
"Baik, ahjussi." Aku tersenyum dan mulai berjalan ke arah sekolahku. Dong Bae High, SMA tempat aku bersekolah sekarang memang terletak tidak jauh dari kediaman keluarga Kim. Keluarga yang telah memungutku.
Oke, apa kalian masih ingin mendengar penjelasan lebih lanjut tentang diriku? Kurasa tidak. Karena kurasa tidak ada yang istimewa pada diri seorang Kim Jaejoong yang bisa diceritakan. Satu-satunya hal yang bisa kukatakan adalah aku adalah seseorang yang membenci pertemuan.
*…*ALS*…*
Aku melangkah memasuki kelasku yang sudah dipenuhi siswa maupun siswi. Aku bisa merasakan pandangan mereka yang menatapku dengan cara aneh. Aku memandang mereka dengan tajam dari depan pintu masuk. Lalu berjalan melewati mereka. Setelah aku duduk di bangkuku yang terletak di pojok kiri belakang kelas, mereka semua kembali ke kegiatan mereka sebelum aku datang tadi. Aku membuka jendela yang ada di sampingku. Cahaya matahari pagi langsung menyerbu masuk bersama semilir angin pagi.
"Hey… Kim Jaejoong, silau, tahu…" Seorang namja yang ada di sebelahku –yang tidak kuperhatikan ada di sana dari tadi- tiba-tiba bangun dari tidurnya.
"Kim Junsu, kalau kau tidak nyaman, tukar bangku saja dengan orang yang duduk di depanmu." Aku menatapnya sambil tersenyum. Mungkin yang kukeluarkan barusan adalah senyum sinis atau senyum seram, karena Junsu langsung menahan tawanya.
"Heh, Jaejoong, kenapa setiap kali kau datang, kau hanya mengganggu ketenangan tidurku, hah?" Tanyanya.
"Oh, ya? Maaf kalau begitu." Aku langsung mengalihkan pandanganku darinya.
"Heh, Jaejoong! Aku bicara padamu! Jangan mengalihkan tatapanmu begitu, dong!" Junsu terdengar kesal.
"Tapi aku tak bicara padamu, Junsu-ssi." Sudah kukatakan kan, kalau aku membenci sebuah pertemuan. Sama seperti pertemanan. Aku hanya tahu dua nama di kelas ini. Itu karena mereka sangat berisik jika ada aku di dekat mereka. Kim Junsu dan Shim Changmin. Aku tak membenci mereka. Tapi aku juga tak menyukai mereka karena mereka adalah tipe orang yang mungkin akan sulit untuk kulupakan saat perpisahan nanti.
"Jaejoong-ah!" Suara lain datang menghampiriku. Tak perlu menatap sang sumber suara. Shim Changmin.
"Kalian berdua berisik sekali." Aku merebahkan kepalaku di atas mejaku. Kurasa mereka sudah mengerti kalau aku tak begitu menyukai mereka. Dengan alasan yang tak mereka mengerti.
"Selamat pagi, anak-anak." Sapa Sungmin-seonsaengnim yang tiba-tiba sudah ada di depan kelas. Rasanya aku belum mendengar bel tanda masuk dibunyikan, tuh. Entahlah, aku malas memperhatikan ke depan kelas.
"Hari ini kita kedatangan teman baru." Ujarnya. Oh. Tidak lagi. Kumohon. Mengapa semakin aku membenci sebuah pertemuan baru, semakin banyak pertemuan itu? Aku sangat tidak tertarik dengan anak baru itu. Biarkan saja anak-anak lain yang berkenalan dengannya. Aku masih mengatuk. Tadi malam aku baru saja menyelesaikan web yang dipesan salah satu klienku.
"Jaejoong-ssi?" Panggil seonsaengnim itu. Sial. Pasti aku akan diceramahi lagi.
"Ya, Seonsaengnim." Aku mengangkat kepalaku dengan malas.
"Kenapa pagi-pagi begini kau sudah mengantuk? Kau tidak tertarik dengan teman barumu?" Aku memandang Sungmin-soesangmin yang sudah menatapku galak.
"Tidak, seonsaengnim. Tidak sama sekali." Aku kembali merebahkan kepalaku di meja itu.
"Oh, ya. Seonsaengnim, bisa cepat mulai pelajarannya? Aku datang ke sekolah bukan untuk berkenalan dengan orang lain." Aku membetulkan posisi dudukku dan mengambil buku pelajaran matematikaku dari dalam tas ranselku. Bisa kulihat dari sudut mataku kalau Junsu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Umm…Maaf, Yunho-ssi… Kim Jaejoong memang sedikit tidak…"
"Tidak apa-apa, Seonsaengnim, aku mengerti alasannya. Dan Kim Jaejoong-ssi, terima kasih atas sambutan hangatmu." Ujarnya dari depan kelas. Apa ini cara baru untuk menyindir orang lain? Lumayan juga. Kurasa orang itu tidak memperhatikanku. Sesuai keinginanku.
"Baik, kita mulai pelajaran hari ini. Ada yang sudah mengerjakan tugas yang seonsaengnim berikan pada kalian sesi lalu?" Tanyanya setelah menunjukkan bangku anak baru tadi. Aku mengangkat tanganku dengan malas. Kurasa ia sudah bosan melihat wajahku berkali-kali. Aku tersenyum dan menurunkan tanganku.
"Tidak ada, ya. Baiklah. Kalau begitu, berarti kalian merasa sudah bisa mengerjakan materi sesi lalu. Berarti Seonsaengnim tidak perlu menjelaskannya pada kalian lagi, kan?" Ujar Sungmin-Seonsaengnim dengan nada menyindir.
"Aniyo! Tidak Seonsaengnim! Bukan begitu, malahan, tugas yang seonsaengnim berikan terlalu berat bagi kami. Kami tidak mengerti cara mengerjakannya." Seorang gadis menyanggah sindiran Sungmin-seonsaengnim.
"Baiklah. Kalau begitu akan seonsaengnim jelaskan sekali lagi materi sesi lalu. Dan Jung Yunho-ssi, sebaiknya kau juga memperhatikan pelajaran ini. Mungkin di sekolah lamamu sudah mengajarkan materi ini?" Ia memukul kepala salah seorang murid di barisan depan dengan bukunya.
"Sudah, seonsaengnim." Katanya.
"Tetap perhatikan penjelasan Seonsaengnim, Jung Yungho-ssi." Ucapnya lagi. Ia kembali ke depan papan tulis dan menulis beberapa baris rumus dan mulai kembali menjelaskan materi yang sudah tak asing bagiku. Aku memutar bola mataku dan merebahkan kepalaku di meja lagi. Mataku kembali menerawang ke langit. Seharusnya, tidak akan terjadi apa-apa sejak sepertinya Sungmin-seonsaengnim sudah tahu kalau aku sudah sangat menguasai materi ini. Maklum, Sungmin-seonsaengnim sebenarnya adalah teman KangIn-ahjussi dan Teuki-ahjussi. Ia sering datang ke rumah ahjussi dan melihat caraku belajar yang sangat freak.
"… Akar dari…" Aduh! Gawat! Kelihatannya tadi malam aku benar-benar kemalaman. Biasanya sebosan apapun, aku tak pernah ngantuk seperti ini. Apakah Sungmin-seonsaengnim akan melepaskanku kali ini? Biasanya kan Sungmin-seonsaengnim akan meminta Kibum-seonsaengnim atau Kyuhyun-seonsaengnim untuk menyiksaku sebagai ganti siksaan yang tak bisa diberikannya. Ah, sudahlah. Itu urusan nanti. Lebih baik aku tidur dulu. Setelah jam Sungmin-seonsaengnim ada jam pelajarannya Kibum-seonsaengnim. Bahasa Korea. Ditimbang-timbang, lebih baik aku tidur sekarang daripada ketiduran nanti.
*…*ALS*…*
Yunho P.O.V.
"Selamat pagi anak-anak." Ujar seorang seonsaengnim yang tadi mengaku bernama Sungmin-seonsaengnim. Sebenarnya, apa sih maunya Appa dan Umma memindahkan sekolahku di pertengahan tahun seperti ini? Mereka kan sudah tahu kalau aku tidak suka dengan orang baru.
"Hari ini kita kedatangan teman baru." Hufft. Aku harus mulai lagi dengan semua perkenalan itu, kan? Merepotkan! Tapi pasti di sini juga akan sama seperti di sekolah-sekolah lamaku. Semua perhatian baik dari yeoja maupun namja akan tertuju padaku. Dan terkadang perhatian berlebihan itu merepotkanku.
"Annyeong. Jung Yunho imnida." Aku melemparkan senyuman, yang kata sepupuku, adalah senyuman maut.
"Annyeong, Yunho-ssi."Jawab semua murid di kelas itu. Kelihatannya semua langsung terkalahkan oleh senyuman palsu mematikanku tadi. Tapi… Ada satu orang yang mengusikku. Ia merebahkan kepalanya di atas meja. Sama sekali tak menaruh perhatian padaku. Sungmin-seonsaengnim tampaknya mengikuti arah pandanganku karena ia langsung menegur namja tadi.
"Jaejoong-ssi?" Tegur Sungmin-seonsaengnim. Namja itu mendongakkan kepalanya menatap Sungmin-ssi dengan malas.
"Ya, Seonsaengnim"
"Kenapa pagi-pagi seperti ini kau sudah mengantuk? Apa kau tidak tertarik pada teman barumu?" Tegurnya.
'Ya! Apa kau tidak tertarik padaku? Namja yang bisa membuat semua yeoja bertekuk lutut? Namja yang begitu menariknya seperti diriku ini?' Pikirku. Tapi bisa kurasakan namja itu menatapku lurus lalu menatap Sungmin-seonsaengnim lagi.
"Tidak, seonsaengnim. Tidak sama sekali." Ia kembali merebahkan kepalanya di mejanya. Gila itu anak! Ia menatapku pun tidak! Penghinaan besar bagi seorang Jung Yunho!
"Oh, ya. Seonsaengnim, bisa cepat mulai pelajarannya? Aku datang ke sekolah bukan untuk berkenalan dengan orang lain." Namja itu membenarkan posisi duduknya dan mengambil beberapa buku dari tas ranselnya. Apa namja itu buta? Ia sama sekali tak tertarik padaku. Menatapku bagaikan aku bukan apa-apa. Belum pernah ada yang menatapku dengan tatapan seperti itu. Apa ia memberikan sinyal persaingan?
"Umm… Maaf Yunho-ssi. Kim Jaejoong memang sedikit…" Jadi nama namja itu Kim Jaejoong. Baiklah. Kau memberiku tantangan. Akan kuterima.
"Tidak apa-apa, Seonsaengnim, aku mengerti alasannya. Dan Kim Jaejoong-ssi, terima kasih atas sambutan hangatmu." Aku memberikan penekanan pada kata hangat. Ia tersenyum. Tapi bukan jeniis senyum yang kuharapkan. Tapi senyum yang terkesan aneh. Seperti bersyukur? Aku tidak mengerti.
"umm, Yunho-ssi, kau duduk di sana." Sungmin-seonsaengnim menunjuk bangku yang sangat amat jauh dari namja itu. Aku hanya menurut saja. Kurasa nanti aku bisa bertukar bangku dengan yang lain.
"Baik, kita mulai pelajaran hari ini." Aku memandangi Kim Jaejoong lagi.
"Ada yang sudah mengerjakan tugas yang seonsaengnim berikan sesi lalu." Kulihat seisi kelas tak ada yang mengangkat tangan. Kecuali satu. Lagi-lagi Kim Jaejoong. Kelihatannya ia sangat bosan.
"Tidak ada,ya? Baiklah. Kalau begitu kalian semua sudah mengerti apa yang diajarkan di sesi lalu. Seonsaengnim rasa, seonsaengnim tak perlu menjelaskan lagi, bukan?"
Kurasa Sungmin-ssi tak memperhatikannya. Atau Sungmin-ssi sengaja membiarkannya? Tapi tadi sepertinya Sungmin-ssi melihat Kim Jaejoong mengangkat tangannya kok.
"Ani! Tidak Seonsaengnim! Bukan begitu, malahan, tugas yang seonsaengnim berikan terlalu berat bagi kami. Kami tidak mengerti cara mengerjakannya." Seorang gadis menyanggah perkataan Sungmin-ssi.
Plukk… kurasakan sebuah pukulan pelan mendarat di kepalaku.
"Baiklah. Kalau begitu akan seonsaengnim jelaskan sekali lagi materi sesi lalu. Dan Jung Yunho-ssi, sebaiknya kau juga memperhatikan pelajaran ini. Mungkin di sekolah lamamu sudah mengajarkan materi ini?"
Rupanya Sungmin-seonsaengnim melihatku tak menaruh perhatian di pelajarannya.
"Sudah, Seonsaengnim." Jawabku asal. Aku masih memperhatikan namja bernama Kim Jaejoong itu.
"Tetap perhatikan penjelasan Seonsaengnim, Yunho-ssi." Aduuhh… Yang ini sepertinya merupakan perintah mutlak. Aku mengalihkan pandanganku ke papan tulis. Sungmin-ssi menuliskan beberapa rumus di papan tulis dan menjelaskannya.
Tapi kurasa barusan sesaat ia menatap Kim Jaejoong.
Aku mengikutinya. Dan sekarang, pemandangan yang kudapati adalah seorang namja yang sangat cantik yang sedang tidur bagaikan sleeping beauty yang hanya ada di dalam dongeng. Tapi anehnya, Sungmin-ssi tak terlihat terganggu dengan itu. Yang lain sepertinya tak menyadari. Ya Tuhan. Sepertinya namja yang kuanggap rival beberapa puluh menit lalu langsung berubah menjadi target pertamaku di sekolah ini.
"Jung Yunho-ssi…" Tegur Sungmin-seonsaengnim petengah berbisik di dekatku.
"Kau bisa mencari tahu tentang Kim Jaejoong nanti. Sekarang perhatikan pelajaran Seonsaengnim dulu." Bisiknya. Murid yang lain sepertinya sedang serius mengerjakan sesuatu.
"Tapi, Seonsaengnim, dia…" Aku menoleh lagi dan Kim Jaejoong sudah membuka bukunya. Wajahnya memang masih terlihat seperti habis bangun tidur. Tapi…
"Tapi apa, Yunho-ssi?" Aku langsung menggeleng. "Tidak, seonsaengnim." Aku langsung menulis semua yang ada di papan tulis.
Lihat saja, Kim Jaejoong. Aku akan mencari tahu semua tentangmu.
*-TeBeCe-*
Author's Note:
PLAKKK!
Author: Ampun Bang Yunho!
Yunho: Ampun-ampun! Kurang ajar lu! Masa gua lu bikin narsis bener begitu! Kaga ada! Tuker!
Author: Yaelah bang… Gantian atuh… Masa My Honey mulu yang narsis, lemah de es be, de el el… sekali-kali Abang atuh…#digeplak Yunho#
Yunho:kurang asem lu, author!
Jaejoong: #senyam-senyum# Gitu dong, thor... Kamu baik banget dehh…
Author:Oh iya, dong… Apa sh yang enggak buat my honey?
#Ditarik Yunho#
Yunho:Kagak ada lu honey-honey-an sama bini gua!
Author:Ampun, Bang! Jaejoong pan laki ane…
#dibantai para Cassiopeia#
Yunho:#bersihin tangan# Udah ya, readers, author gaje kayak gitu mah tinggalin aje…Readers yang bae, jangan lupa ripiu ya…
R n' R
\/
