DISCLAIMER
Uta no Prince-sama is belong to Broccoli
Story is mine
CAST
Nanami Haruka
STARISH member
Kurusu Syo as Nanami Syo
Quartet Night Member
WARNING
AR, gaje, abal, amatiran, OOC
.
^^ Happy Reading! ^^
.
.
.
.
.
"Gomen ne, Jinguji-san …"
Mata laki-laki itu membesar seiring degup jantungnya yang semakin berdebar.
Buket bunga itu terjatuh. "Aku tidak bisa," Nanami Haruka, pemilik rambut bewarna orange itu melepas genggaman tangan pemuda yang baru saja menyatakan perasaannya dan berlari menuruni tangga.
Ditolak. Jinguji Ren baru saja ditolak.
Bisik-bisik terdengar dari murid-murid Saotome Gakuen yang menyaksikan peristiwa besar itu.
Di bawah, Haruka berbelok. Dari sudut matanya Ren dapat menangkap sosok biru yang selama ini menjadi rival abadinya tengah menatapnya datar dengan jemari yang bertaut dengan milik Domba Kecil-nya yang sedang terengah-engah.
"Hijirikawa!" desis Ren.
.
.
.
"Heeeee bukankah kau sudah bersama Hijirikawa-san? Pasti hubungan keduanya semakin memanas," ujar gadis bersurai merah, Shibuya Tomochika.
"Ja-jangan keras-keras Tomo-chan," Haruka malu, pasalnya mereka sedang berada di kantin sekolah.
"Lalu Jinguji-san bagaimana?" Tomochika memelankan suaranya.
Haruka menggeleng. "Aku langsung lari."
"Pasti sulit berada di antara kedua pemuda itu. Kasihan Jinguji-san, seandainya kau maupun Hijirikawa-san tidak menyembunyikan hubungan kalian, pasti dia tidak akan terus mendekatimu dan pada akhirnya sakit hati. "
"Jadi, bagaimana Masa mengatakannya, Haruka? Aku ingat Cecil pernah mengatakan meski terlihat tenang, keren, dan dapat menguasai diri tapi Masa menyembunyikan perasaan yang meledak-ledak di hatinya," tanya pemuda yang juga memiliki warna surai sama dengan Tomochika.
"Etto … ano … ba-bagaimana ya …"
"Ayolah ceritakan … beri tahu aku … sedikit saja … ayolah, Haruka … jadi, jadi, bagaimana?"
"Ittoki-kun … aku jadi malu,"
"Sudah 3 bulan tapi belum ada yang mau mengatakan bagaimana hubungan kalian bisa terjadi," eluh Tomochika.
Di pintu masuk kantin, Haruka melihat sosok biru yang juga sedang menatap ke arahnya dengan tatapan teduh dan senyum kecil.
"Etto … aku harus latihan piano sekarang. Jaaa …"
"Hee … dengan Masa? Haruka, kau belum mengatakan apapun!" Ittoki Otoya, pemuda bersurai merah memasang ekspresi kecewa. "Huaaaaaaaa …"
.
.
.
Usai berlatih Masato dan Haruka berbincang di tepi danau sekolah, di bawah pohon rindang.
"Terima kasih untuk latihan hari ini Hijirikawa-san. Aku senang kau mau mengajarkanku lagu Knocking on the Mind. Aku suka lagu itu," ujar Haruka bersemangat.
Masato tersenyum kecil. "Aku yang harusnya berterima kasih." Haruka memandang ke arahnya. "Karena telah bersedia menjadi bagian dari hidupku," pemuda itu mengelus kepala Haruka, membuat gadis berponi itu blushing.
Tiba-tiba Haruka merasakan getaran dari saku roknya. Satu panggilan dari "Otouto" di layar ponselnya. Begitu Haruka mengangkatnya, terdengar suara cempreng dari seberang sambungan.
"Nee-chan ... di mana kau?! Aku sudah menunggu di parkiran! Ayo pulang!"
"Go-gomen, Syo. Aku habis berlatih …"
"Heee… dengan Hijirikawa-senpai? Hayaku!"
"Ha-hai …" lalu sambungan putus. Haruka menghela nafas. "Ano … Hijirikawa-san,"
"Masato,"
"Eh?"
"Mattaku,kau ini masih canggung saja padahal kita sudah 3 bulan pacaran. Panggil aku Masato," Masato geleng-geleng melihat tingkah kikuk kekasihnya.
"Ne … Masato-kun, sepertinya aku harus pulang. Syo sudah menunggu."
"Hn, hari sudah hampir gelap. Salam untuknya," Masato mengangguk. Baru saja Haruka akan pergi ketika ia kembali menyebut nama gadis itu. "Haruka ..."
"Doushite, Masato-kun?"
"Di audisi kelulusan nanti, aku ingin mengejar impian bersamamu."
Haruka tertegun, lalu mengangguk. "Hai! Ayo menjadi partner!"
"Mata ashita, Haruka."
Begitu gadis itu sudah tak tampak lagi sejauh matanya memandang, pemilik rambut jingga yang sedari tadi berada tidak jauh dari tempat itu menghampiri Masato. Mengejutkan pemuda tersebut dengan suara langkah kakinya yang bergesekan dengan rerumputan.
Masato berbalik dengan terkejut, namun masih bisa mengontrol keterkejutannya. Pemain saxophone yang terkenal seantero Saotome Gakuen tepat di hadapannya memandang dengan dingin. Keduanya pun saling beradu tatapan menusuk.
"Sejak kapan, Hijirikawa?"
Masato memalingkan diri, lebih memilih menatap danau dibanding lawan bicaranya. Kemudian ia mendengar decak kesal dari lawan bicara karena diabaikannya. Masato meliriknya sesaat. "3 bulan."
Tangan Ren terkepal di kedua sisinya. Ia merasa kecolongan. Dalam kurun waktu itu bisa-bisanya hal tersebut luput dari pengetahuannya. Masato berbalik melangkahkan kaki pergi dari tempat itu.
Kepalan tangan Ren semakin menguat. Seakan membendung emosi pemiliknya. "Kuso!"
~Only Me~
Cecil dan Ranmaru sangat tahu betul bagaimana keadaan mood salah satu sahabat mereka ini sekarang. Buruk. Sangat buruk. Bahkan jika ada kata yang lebih tepat untuk mendeskripsikannya mungkin itulah keadaan mood Ren sekarang. Tapi meski pun begitu, bukan Natsuki namanya jika tidak selalu beraura positif.
Cecil duduk di kusen jendela sambil memandang langit. Ranmaru menonton TV dengan tangan yang menumpu pipinya di lengan sofa, terkekeh melihat keadaan Ren yang sedang tidak ingin diganggu.
"Aku sudah buatkan kue dan teh untuk kalian," sambil tersenyum riang Natsuki memasuki ruangan. Di tangannya terdapat nampan berisi empat cangkir, sebuah teko, dan sebuah piring berisi kue berbentuk anak ayam.
Di siang hari akhir minggu ini keempatnya tengah berada di paviliun selatan rumah keluarga Jinguji. Tempat pribadi sang anak kedua. Leader dari genk tersebut.
"Jangan muram begitu, Ren. Ayo dicicipi … Cecil dan Ranmaru juga," dengan riangnya Natsuki memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti.
"Jangan ganggu dia, Natsuki," Ranmaru terkekeh.
"Dia baru saja ditolak Haruka, ditikung teman sejak kecil yang menjadi saingan, dan parahnya sebagai seorang playboy sekolah ia baru saja dipermalukan," sambung Cecil.
"Urusai," desis Ren.
"He? Sudah … sudah … mungkin hubungan antara dua pewaris akan semakin memanas. Tapi kau kan masih bisa memperbaiki hubungan dengan Haru-chan, sebagai sahabat?" cetus Natsuki. "Kami juga pasti akan membantu!"
Semuanya menoleh kepada pemuda berambut pirang yang baru saja memasukkan sepotong kue ke dalam mulutnya.
"Ne … kau tak perlu segitunya, Ren. Kami sebagai sahabatmu siap membantu jika kau butuh sesuatu," ujar Cecil.
"Katakan saja jika ada yang kau ingin kami lakukan," tambah Ranmaru.
Sebuah ide terbesit dalam otak Ren. Saat itu juga senyum miring tampak di wajahnya. "Hn, mungkin untuk sekarang benar kata Shinomiya, sebaiknya aku minta maaf pada Nanami."
~Only Me~
Suara bel rumah mengejutkan Haruka yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di dapur. "Heeee? Itu pasti Masato-kun!" sebelumnya Masato sudah mengatakan akan berkunjung malam ini ke rumah Haruka. Sekarang malam minggu, sudah biasa bagi Masato untuk bertandang ke rumah itu atau jalan dengan Haruka. "Syo-kun tolong bukakan pintunya!" seru Haruka dari dapur ke ruang tengah di mana Syo sedang bermain PS.
"Hai!" putra keluarga Nanami itu langsung menanggalkan konsol game-nya dan bergegas membukakan pintu. "Dare k-? Hijirikawa-senpai! Ku kira siapa. Masuklah!"
Syo menutup pintu setelah Masato masuk. Anak itu langsung kembali pada konsol game yang sudah ditinggalkannya beberapa waktu lalu. "Nee-chan ada di dapur."
Bertepatan setelah Syo menyampaikan, Haruka keluar dari dapur sambil melepas celemek bergambar Piyo-chan hadiah ulang tahunnya yang ke-17 dari si maniak anak ayam Shinomiya Natsuki. "Masato-kun, etto ... mau mengobrol di halaman belakang? Aku sudah siapkan teh dan kudapan," Haruka tersenyum.
Masato mengangguk lalu berjalan menuju halaman belakang rumah tersebut. Sementara Haruka kembali ke dapur untuk mengambil hidangan. Ketika pewaris utama Hijirikawa Group itu sampai di halaman belakang, tak butuh waktu lama untuk Haruka menyusul. Mereka duduk di pinggiran teras menikmati suasana malam.
"Kau hanya berdua dengan Syo?"
"Obaachan sedang istirahat di kamarnya."
Hening. Jangkrik-jangkrik mulai mengambil alih. Sudah 3 bulan dan keduanya memang terkadang masih seperti ini. Masato menggambil cangkir teh yang disediakan untuknya.
"Ano ... Hijiri- Masato-kun," Haruka hampir kembali memanggil Masato dengan panggilan lama. "Soal Jinguji-san, maaf sud-"
"Bukan salahmu, Haruka," potong Masato. Laki-laki itu mengehela nafas. "Tidak ada yang bisa mengetahui perasaan manusia sesungguhnya kecuali Kamisama. Dicintai dan mencintai adalah hak semua makhluk hidup. Kita tidak dapat menyalahkan perasaan tersebut datang dan tertuju kepada siapa. Tapi terkadang waktu dan keadaan yang membuatnya jadi salah," ekspresi Masato serius.
Haruka mencerna baik-baik perkataan Masato.
"Kau tidak usah khawatirkan soal hubunganku dan Jinguji yang mungkin dapat menjadi semakin memburuk karena hubungan kita. Lagipula aku tidak masalah jika kau tetap menjaga hubungan baik dengannya."
"Masato-kun ..."
Masato tersenyum kecil dan menatap Haruka dengan tatapan sayu. Yang Haruka sadari sekarang adalah ia merasakan sesuatu yang lembab dan hangat bersarang di keningnya. Sulung Hijirikawa itu mengecupnya di kening. "Kimi ga suki," bisik pemuda itu. "Besok akhir pekan, mau jalan?"
Haruka mengangguk dengan semburat merah di pipinya.
"HIJIRIKAWA-SENPAI! OMAE!"
Masato dan Haruka terkejut mendengar suara tersebut. Keduanya menengok ke belakang hanya untuk mendapati Syo sudah berdiri di ambang pintu sedang menjambak rambutnya.
"Berani-beraninya kau!" Syo berjalan ke arah Haruka. "Mencium Nee-chan di depan mataku?!" ia merangkul kakaknya. Nanami Syo memang tidak suka jika ada yang berbuat macam-macam dengan kakaknya apalagi jika sampai menyakiti. Nanami Syo, 15 tahun, kelas 1 di Saotome Gakuen, memang sangat over protective kepada Nanami Haruka sang kakak. Bahkan Masato sampai dibuatnya mati kutu ketika adik dari kekasihnya itu mengetahui hubungan mereka. Bagaimana tidak? Ia ditanyai macam-macam habis-habisan layaknya bertemu calon ayah mertua. Mungkin karena Nanami bersaudara tinggal terpisah dengan kedua orang tua mereka, sebagai anak laki-laki Syo merasa bertanggung jawab menjaga Haruka.
"Eeeehh ... Syo-kun da-daijoubu. Aku tidak apa-apa, sungguh," Haruka mulai keringat dingin jika harus menangani perangai sister complex adiknya. Apalagi ini sudah menyangkut laki-laki lain di sekitar Haruka.
"Jangan membelanya nee-chan! Dia baru saja mengibarkan bendera perang kepadaku!" Syo menggulung lengan bajunya.
Masato menelan ludah.
"Jika kau ingin maaf dariku ..."
Masato dag-dig-dug menunggu kelanjutan ucapan Syo.
"Ajak aku bersama kalian besok!"
"Nani?"
"Syo-kun ..."
"Kalian belum mentraktirku bulan ini," Syo melipat kedua tangan di dada.
Masato menghela nafas lega. Mungkin ini akan menjadi kencan pertamanya dengan Haruka yang melibatkan pihak ketiga. Tapi tak apalah dari pada harus menjauh dari haruka seperti bulan lalu di mana Syo selalu muncul ketika Masato ingin menemui Haruka. Alasannya ia jadi kurang mendapat perhatian dari Haruka setelah kakaknya itu memutuskan berpacaran dengan seorang pewaris Hijirikawa Group. "Baiklah, kau boleh ikut," ucap Masato akhirnya.
"Hehe ... arigatou senpai!" Syo meloncat bersemangat lalu menghilang di balik pintu.
"Masato-kun. Daijoubu?"
"Tidak apa Haruka. Jarang-jarang, kan, kita kencan sambil mengasuh anak?"
"APA KAU BILANG?!" tiba-tiba anak itu muncul lagi dari balik pintu dengan death glare-nya.
"Nandemonai Syo-kun," Haruka refleks berbalik sambil geleng-geleng dan sweat drop.
Dan begitulah Hijirikawa Masato menghabiskan beberapa jam malamnya di rumah keluarga Nanami.
~Only Me~
Waktu luang di sekolah Haruka gunakan untuk bermain dengan Kuppuru, seekor kucing hitam yang ditemukannya di lingkungan sekolah. Ia sering berbicara tentang curhatan-curhatannya kepada kucing itu di halaman sekolah yang begitu luasnya. Pendengaran Haruka menangkap sepasang langkah yang mendekat ke arahnya. Begitu menoleh dan mengetahui siapa sosok tersebut, tiba-tiba suasana menjadi canggung.
"Kohitsuji-chan ..."
.
.
.
=To Be Continue=
A/N : Nani nani? Apa ini?! Cerita abal apa ini?! ._. Sumimasen jika tidak memuaskan T.T Di RL, Renma dikenal orang terdekat sebagai penulis dengan genre Sci-fi, Psychology, Crime, Fantasy yang jelas tidak pada Romance. Tapi terkadang imajinasi Renma dapat juga bergerak liar jika sudah dipancing oleh anime-anime tertentu. Jadilah Renma mencoba peruntungan di sini dengan fanfic pertama ini .-.
Maafkan jika di chapter ini sangat membosankan :'3 Renma cuma menulis apa yang mengalir dipikiran. Chapter selanjutnya mungkin akan mulai memperlihatkan apa-apa yang akan dilakukan seorang Jinguji Ren untuk meraih apa yang diinginkannya. Jadi, kalau memang ada yang membaca, RnR? ._.
Arigatou gozaimasu~ *ojigi 90°*
