Aozora Kataomoi

Summary : Hidup pemuda itu amat monoton, walau cukup menyenangkan dan penuh canda tawa. Rutinitas berulang bukanlah hambatan, demi mencari sebuah arti dari kehidupan. Dia telah menemukannya, di bawah hamparan langit biru, dimana jalinan romansa itu dimulai.

Rate : T

Chara : Natsu.D, Lucy.H

Genre : Romance, hurt/comfort

Warning : Typo, dll

A/N : Terinspirasi dari lagu JKT48 yang berjudul sama, yaitu Aozora Kataomoi. Cerita Author in Fanfiction, Penulis Takdir dan Fairy Tail High School akan dilanjut, setelah author selesai membuat chapter tujuh Penulis Takdir. Selamat membaca dan mohon review-nya! Jujur aja, buka ffn itu sama sekali gak gampang, author membutuhkan waktu berjam-jam hanya untuk mencoba macam2 cara di internet. Syukurlah bisa. Tolong dihargai, amat sangat memohon...

Pergi ke sekolah di pagi hari, menjalani kegiatan belajar yang terkadang kamu benci, pulang sore sekitar pukul empat, apalagi kalau mengikuti ekstrakulikuler. Sesampainya di rumah makan malam, jika ada PR maka dikerjakan, bahkan terkadang tidak karena malas. Lalu, dilanjut dengan bermain sosmed di HP atau game di laptop. Itupun dirasa membosankan, bayangkan saja, jika twitter, facebook, BBM, dan lain-lainnya sepi, bukankah hanya sekedar kebohongan? Apa guna aplikasi itu, kalau tidak dipakai untuk berkomunikasi jarak jauh?

Game online juga, mana menarik jika dimainkan seorang diri? Misal, teman-temanmu tidak online atau mungkin kau tidak memilikinya. Leveling, event, semua jadi hambar tanpa rasa apa pun. Menyenangkan? Merusak mata maksudmu? Manusia terkadang bodoh, sudah tau tidak baik masih dilakukan. Hal buruk memang paling menggoda, dibanding berbuat kebaikan sepenuh hati. Tak jarang lho, kita menemukan orang yang sekedar pamer agar mendapat pujian.

Natsu mengalami fase-fase di atas. Merasa bosan akan kehidupannya sekarang. Kalian boleh mengibaratkan memakai warna abu-abu pekat, nyaris tanpa kuning atau warna lain. Walau dikenal sebagai pemuda baik dari blok G jalan Magnolia, cukup tersohor saentro sekolah, serta wajah tampan nan imut yang mendukung penampilan, pemuda bermarga Dragneel itu beranggapan bahwa, segala kelebihan di dalam diri berbadan tingginya bukanlah apa-apa. Sampah!

"Malam Natsu! Sedang apa?" pertanyaan basi dari wanita di sebrang rumah. Kau mau modus, heh? Natsu sekedar menjawab asal, kegiatanku tidak penting tanpa kandungan nilai emas, kenapa masih bersikeras melakukan pendekatan?

"Tiduran"

"Singkat banget jawabanmu. Ciee yang lagi bad mood" isengnya juga tidak bermutu. Menjawab singkat bukan berarti mengalami patah hati, dilanda masalah sebesar batu karang ataupun suasana hati buruk. Terkadang hanya INGIN SAJA

"Iya kali, mungkin aku emang bad mood" jawab Natsu berbohong, padahal dia merasakan suasana berbeda di kamar berukuran cukup luas tersebut

"Kalo mau cerita, aku ladenin kok" berkisah tentang kesendiraan melanda 'panggung' ini? Jawaban apa yang diperoleh? Paling diledek 'dasar jones'. Dasar anak zaman sekarang, suka mencetus istilah aneh lalu sembarangan dipakai. Bercanda? Lucu darimana? Menurut dirimu sendiri iya!

"Sayangnya aku bukan pendongeng handal. Merangkai kata demi kata pun bagai merakit bom, sulit! Omong-omong, jam menunjukkan pukul berapa Lisanna-san?"

"Sembilan lewat tiga menit. Kenapa?"

"Hohh...ternyata waktu berjalan, aku pikir dia kelelahan dan beristirahat sebentar. Selamat malam dan sampai jumpa besok!"

Panggilan berakhir di menit pertama, ponsel ditaruh kasar menjauh, Natsu menghempaskan diri ke atas ranjang kapuk model single bed. Kepalanya dihadapkan pada seprai putih polos, menunggu sampai kantuk betul-betul menyerang. Memikirkan pergi ke sekolah semakin menambah keaktifan otak, apa besok akan terjadi kejadian menarik? Perang? Peristiwa mendebarkan semacam itu? Pikiran demi pikiran melayang ke atas langit kamar, menguap seiring waktu menempuh.

Sekarang matanya tertutup, membiarkan seluruh tubuh dibenamkan dalam dunia bawah sadar. Menunggu detik-detik matahari siap terbit di ufuk timur.

Keesokan harinya...

Tik...tok...tik...tok...

KRIINNGG!

CKLEK!

"Emm..."

Aneh, bukankah pagi terlalu cepat mampir? Membangunkan seluruh umat manusia di muka bumi dengan sinar terang benderangnya, seenak jidat menerobos kaca jendela, menyilaukan sepasang mata yang menatap langsung. Natsu beranjak bangkit, melakukan rutinitas harian sebelum berangkat sekolah. Menyebutkan satu per satu tidaklah berguna, karena kalian semua mengalami hal serupa.

Sepatu tali berwarna putih itu dipakaikan ke sepasang kaki telanjang, mengikatnya membentuk simpul sederhana, yang terpenting tidak lepas ketika digunakan berjalan. Natsu curi-curi pandang ke sebuah rumah bertingkat dua, buru-buru kabur menyadari seseorang berteriak 'sampai jumpa', dekat daun pintu pula!

"Aku harus lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat!"

Seruan dalam hati itu terus berlanjut, seiring suara langkah kaki yang datang menghampiri. Beberapa orang di pinggir jalan sukses dibuat salah kaprah, sepasang kekasih bermain kejar-kejaran, huh? Natsu menengok ke belakang, jarak di antara mereka terpaut sekitar satu meter. Perjalanan menuju sekolah pagi ini sangat berat bagi Natsu, setengah jalan belum dilalui, nafasnya mulai memburu tidak karuan, nyaris kehabisan oksigen dan terpaksa berhenti sebentar.

"Aku menangkapmu!" ucap wanita bersurai putih girang, memeluk perut Natsu erat lewat belakang, sedikit menimbulkan perih di bagian lambung

"He-hentikanlah! Kau kebablasan Lisanna-san!" teriak Natsu setengah memperingati. Tanpa perlu dua kali dikatakan, dia menurut hendak mengambil jarak beberapa langkah, tersenyum manis yang sedikit mengakibatkan blushing pada kedua pipi Natsu

"Hilangkah imbuhan –san. Kamu pikir kita sebatas teman biasa? Sewaktu kecil tingkahmu padaku lembut, kenapa sekarang berubah?" apa dia tidak pernah diajari, waktu dapat mengubah siapa pun dalam kurun tertentu? Natsu berpua-pura tuli, memperhatikan jalan di depan yang berlubang

"Nee...nee...kamu sudah mengerjakan PR matematika?"

"Belum, memang kenapa? Mau mengejek?" pertanyaan disertai nada setajam pedang. Entah hati Lisanna terbuat dari apa, seringai manisnya tetap dipertahankan dengan sempurna, cacat hanya mitos semata!

"Ini"

Pembicaraan serta langkah kaki mereka terhenti, disodorkannya buku ukuran A5 berbalut sampul merah polos. Natsu sempat merasa enggan, setelah dibentak kasar masih berbaik hati meminjamkan PR. Sesuai fakta yang beredar, Lisanna Strauss adalah siswi baik kesayangan para guru, cewek berambut pendek sebahu paling manis angkatan tahun X780, begitulah dia dinobatkan, sebuah kebanggaan tersendiri bagi setiap wanita mana pun. Siapa sih, yang ogah disebut spesial? Paling Natsu seorang, anak itu memang aneh.

"Maaf, aku tidak pantas menerimanya"

"Jangan dipikirkan, meski sifatmu berubah seratus delapan puluh derajat, aku tetap menganggapmu sebagai Natsu. Lelaki terbaik yang terlahir di dunia!"

"Terima kasih" jawab Natsu pelan tersipu malu. Puluhan pasang mata memperhatikan kelakukan mereka berdua, mulut nakal yang tak lagi mampu menutup rapat mulai bergosip ria. Sampai dua orang lain datang memecah keramaian sekeliling

"Kalian berangkat bersama? Boleh kusebut fenomena langka dan dimasukkan ke majalah sekolah?" goda sesosok pria berambut raven, tersenyum usil sembari menatap bola mata lawan bicara

"Gray, jangan menggoda Natsu. Dia pernah memberitaumu tiga hari lalu, mau berkata lupa?" giliran wanita bermbut scarlet yang angkat bicara, menyorot tajam seakan mengisyaratkan 'berhenti atau mati'

"Ayolah, aku bercanda! Bel masuk berbunyi sepuluh menit lagi, kenapa malah diam mematung? Ingat, Laxus-sensei anti mentolerir keterlambatan walau hanya satu detik!"

"Memangnya kamu bapakku? Diingatkan oleh murid badung macammu sangat memuakkan!"

"Mudah saja, tutup mulutku jika berani dan jangan kabur kalau tertangkap basah guru BP. Mau bertarung tangan kosong?"

"Menarik...bisa kita mulai sekarang?" ujarnya mengambil ancang-ancang, yang satu menit kemudian melayangkan pukulan maut ke arah Gray. Erza keburu berada di tengah, terpaksa Natsu menghentikan serangan lalu memaut jarak. Notes berukuran sedang ditunjukkan tepat di depan wajah pemuda bersurai salam itu, diputar balik mengganti posisi ke arah utara, tempat Gray berdiri saat ini

"Bertengkar lagi atau namanya ditulis!" ancam Erza memancarkan aura jahat. Terpaksa mereka berdua menurut, daripada mengundang satu masalah yang berefek fatal

'Death Note', sebutan yang pantas guna menjuluki buku bercover hijau tersebut. Sekali namamu tertulis di sana...maka variatif hukuman akan menunggu di depan mata, mulai dari yang ringan semacam lari keliling lapangan, membersihkan rumput liar di halaman belakang sekolah, dan 'sang malaikat maut' yaitu drop out. Bukan berarti nyawamu direnggut setelah berurusan dengan ketua OSIS Erza Scarlet, hanya sebatas perumpaan biasa.

Syukurlah, mereka berempat dapat masuk sebelum Laxus-sensei memulai penjelasan kilat mengenai materi baru, dan satu minggu berlalu ulangan harian dilaksanakan, setuju maupun menyalurkan protes, keputusan pria yang berprofesi sebagai guru matematika itu adalah mutlak! Maka tak heran, tiga hari sebelum ujian dimulai, pasti mengadakan kerja kelompok akbar karena merupakan satu-satunya pilihan tersisa. Menyontek sama saja cari mati.

"Baiklah, kita telah selesai membahas materi trigonometri. Kalain ingatkan peraturan saya?"

"Ingat pak..." jawab para murid serempak lesu. Kenapa guru satu ini tak kunjung lenyap dari bumi?!

"Kelas dibubarkan. Selamat beristirahat"

Tiga jam dibakar api neraka, buruk, sangat buruk! Natsu menidurkan kepala di atas meja kayu, berusaha melepas beban pikiran yang menggunung. Tadi membosankan, mau dibilang paham betul tidak, mau dibilang terlalu bodoh untuk mengerti juga tidak. Selanjutnya seni budaya, lagi-lagi melukis sejak minggu kemarin, dilanjut fisika yang selalu jam kosong, Evergreen-sensei sibuk mempersiapkan lomba MIPA, dan pelajaran terakhir di hari Selasa adalah Bahasa Jepang. Oh, sebaiknya aku tidur! Penjelasan Levy-sensei bikin mata berat.

"Lemes amat, semangat dikit dong!" seru Gray menepuk bahu nan kekar Natsu. Yang diajak mengobrol sekedar mengangguk pelan, harus mengumpulkan tenaga hanya untuk mengucapkan beberapa patah kata

"Ulangan matematika Selasa depan. Test berenang gaya bebas besok. Praktek melukis benda geometris usai istirahat pertama. Katakan padaku, dimana bagian yang menarik?"

"Tidak cocok dikatakan menarik, mungkin...melelahkan?"

"Semua itu demi kepentingan pribadi. Natsu, kau tidak boleh bermalas-malasan, tinggal dua bulan sebelum ujian kenaikan kelas" peringat Erza sebagai sahabat sekaligus ketua OSIS. Dimana pun dan kapan pun nada bicaranya tetap tegas, tambah membuat Natsu tertekan

"Mungkin bermain di center game tidak buruk. Tunggu, aku mengunjungi tempat itu empat minggu berturut-turut! Permainan yang sama itu membosankan"

"Online facebook? Eh iya lupa, yang ajak chat gak adaan"

"Makan di café? Memancing? Main game online di warnet? Uji nyali tengah malam? Menangkap kunang-kunang? Baca komik? Atau ini, itu, ana?!"

"NATSU! Apa kau mendengarku?!"

"Yosh! Aku akan berpetualang!" jawaban yang sebenarnya tidak Erza harapkan. Sekali saja si bodoh itu berkata ingin belajar, baginya lebih dari cukup

"Hoi...hoi...! Memangnya kamu mau kemana?" tanya Gray heran, setau dia Natsu jarang keluar, letak pariwisata paling terkenal pun dibalas dengan gelengan kepala

"Namanya juga berpetualang, tujuan ditetapkan nanti!" sifat bodohnya kumat, kalau tersesat bagaimana? Dasar amatiran...gumam Gray pasrah, dibiarkan saja supaya tau rasa

"Tentu sangat menarik. Tetapi...jika kamu tersesat jangan hubungi aku atau Erza. Mengerti?"

"Aku bukan anak kecil, bodoh..."

Atas dasar apa kau mengataiku bodoh?! Gray tau jelas seluk beluk kebiasaan dan sifat Natsu, yang rata-rata buruk dibanding baik. Kelemahan terbesarnya adalah dia buta arah, membedakan mata angin sederhana pun kesulitan setengah mati. Bel masuk berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah, menghasilkan keputusan yang tidak mampu ditentang mereka berdua. Ada maksud tersembunyi dibalik sikap acuh tak acuh tersebut, Natsu harus diberi pelajaran sepadan.

Waktu jam pelajaran kosong...

Gelak tawa tak terhindarkan memenuhi seisi kelas, yang kebanyakan disebabkan oleh Natsu sendiri. Lihat! Keadaan sekarang kurang menyenangkan apalagi? Masih berani mengatakan kehidupanmu membosankan? Lima tahun lamanya bersahabat, baik Erza dan Gray tak mampu mengerti pola pikir si bodoh itu.

Ternyata benar apa kata Laxus-sensei, manusia berpuluh kali lipat lebih rumit daripada matematika, fisika, bahkan kimia sekali pun. Hanya perlu mengetahui tata cara bertahap, masalah terpecahkan. Beda cerita menyangkut jalan pikir seseorang, rumus tidak mengandung nilai penting apa pun, harus mengandalkan perasaan, logika dan hukum sebab akibat.

Tercetus satu pertanyaan, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan nomor satu paling sempurna, kenapa karunia terindah yang diberikan-Nya gagal memahami sesama? Jikalau semudah membalik telapak tangan, apakah di masa lampau perang dibutuhkan? Apakah ada hati yang tersakiti akibat cercaan, ejekan, fitnah? Bohong kalau berkata 'saling mengerti', kenyataan membuktikan sebaliknya. Contoh konkret adalah beberapa hal yang disebutkan di atas.

Ya...tidak ada yang benar-benar mengerti Natsu.

Pulang sekolah...

Belum lama berjalan, Natsu dicegat dekat parkiran sepeda. Permintaan Lisanna tergambar jelas di raut mukanya, walau tetangga lima langkah bukan berarti harus berangkat lalu pulang bersama kan? Ekspresi memelasnya hampir membuat lelaki yang digosipkan lemah terhadap perempuan itu setuju, dia mesti memberi penjelasan jenis apa, agar teman masa kecilnya mau mengerti? Sulit untuk kabur dari pemaksaan terselubung Lisanna, kalaupun nanti berkata 'tidak apa-apa', maka kelakukannya semakin beringas.

"Hari ini tidak dulu, aku ingin reuni di SMP lama" kebohongan yang cukup mengecoh. Lisanna bukan tersenyum evil, melainkan mengembangkan bibir penuh nuansa lembut

"Berhati-hatilah di jalan, Natsu!"

Memanfaatkan status demi memenuhi kepentingan diri sendiri, Natsu tau tindakan mengecoh terebut egois, jika Lisanna sampai mengetahui motif tersembunyinya pasti dia kecewa berat. Jalan yang dikenal sepi bertempatkan markas anggota gangster dimasukkan dalam jurnal petualangan. Mara bahaya bisa berada dimana-mana, dibutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi dan itulah yang menjadi pertimbangan gila Natsu.

"Eh, berbatasan dengan laut?" tanya Natsu memegang erat pagar pembatas tepi, yang di bawahnya terdapat pantai berpasir putih bersih. Siapa sangka, kota kecil yang terkenal ditakuti serta sulit dilewati, karena segerombolan gangster menakutkan mempunyai tempat seindah ini.

Decak kagum yang terpancar di kedua bola matanya menggambarkan pujian tersirat, atas kehebatan Tuhan menciptakan alam semesta. Tiba-tiba...

SRREKK...SREKK...!

Pandangannya dialihkan seorang wanita bersurai pirang, yang muncul dari lebatnya semak-semak belukar. Rok pendek kotak-kotak merah menampilkan keindahan jenjang kaki nan putih itu, tanjakan melandai dinaikinya secepat angin, ibarat ninja menanjaki tembok menjulang tinggi ke atas. Mustahil mau dipikirkan bagaimana pun, terutama dilihat melalui segi gravitasi, tetapi dia berhasil memecahkan keraguan Natsu.

Ketertarikannya meluap-luap, ada apa di atas tanjakan tersebut? Pemandangan yang jauh lebih indah? Natsu memaksakan kaki bersusah payah, sesekali terjatuh, merosot ke bawah, hingga seragamnya kotor terkena debu. Syal putih berkibar pelan dihembus angin, tinggal sedikit lagi, sedikit lagi! Mencapai puncak perjuangan, tangan kanannya diraih seseorang, menarik Natsu ringan agar lebih dimudahkan.

Wajah mereka bertatapan sesaat, memperilihatkan muka tirus yang memancarkan keanggunan tiada batas. Ia bungkam, diam seribu bahasa membiarkan keheningan menyelimuti. Senyum ramahnya menambah ketegangan libido Natsu, gerak kikuk mirip robot memberi kesan lucu tersendiri. Kini dia berdiri di sebelah wanita itu, yang tadi menyambut kedatangannya ramah.

"Langit biru adalah yang terindah, bukan?" Natsu enggan menanggapi. Pertama-tama menengadahkan kepala menatap awan putih berbentuk kapas. Perasaan bercampur aduk perlahan-lahan merasuki jantung, kapan terakhir kali pesona macam ini memikat kehampaan hati? Bunga-bunga seakan bermekaran memutari mereka, dia gagal melukiskan keterpukauannya

"Sangat, sangat indah..."

DEG!

Gejolak rasa sakit menari-nari di dalam batin. Jantung Natsu berpacu cepat serasa ingin meledak. Mulutnya kaku bagai terkunci, semburat pipi semerah tomat, denyut nadi di setiap saraf tubuh yang mematikan indra peraba. Tanda-tandanya mirip gejala umum, kau boleh menerka dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Istilah yang paling Natsu tidak percayai sekaligus dibencinya! Mana mungkin, beritau hatiku tengah berbohong!

"Cinta itupun terlahir di bawah langit..."

Bersambung...

A/N : Harapan author hanya satu, semoga cerita ini bisa mendapat seratus review! Mohon bantuan kalian semua ^_^