Tittle : Ayah, Aku Harus Pergi
Genre : Romance, Family, Hurt/Comfort
Chara : Castor, Labrador, Teito
Warning : Yaoi, BL, Sho-ai (lengkap), AU, Chara Death! , mpreg (walau ga ada adegannya sih ._.)
Rated : T
Ayah, Aku Harus Pergi
Ayah... Kemana ibu pergi ?
Aku rindu dekapan hangat yang ibu berikan kepadaku...
Aku rindu senyuman ibu yang samar-samar masih tersisa didalam ingatanku...
Aku rindu masa-masa kita berkumpul bersama...
Senyum, canda, tangis, tawa yang kita rasakan selama ini sangat berarti untukku...
Namun,...
Semenjak kepergian ibu dari keluarga kita, semuanya berubah...
Andai saja... Ibu tak melindungiku waktu itu...
Ibu pasti berbahagia sekarang bersama ayah...
Walau aku tak ada pun, ayah tak akan kesepian karena ada ibu yang selalu menemani, kan ?
Walaupun aku dilahirkan, aku hanya menjadi beban untuk kalian...
Aku merusak semuanya...
Ibu selalu bilang, "Ibu akan selalu melindungi Teito kapan saja... Begitu pula dengan ayah..."
"Ayah dan ibu sangat menyayangimu, Teito... Kami akan selalu berada disisimu."
Bohong. Itu bohong, kan ?
Buktinya, ibu pergi meninggalkanku... Kalau ibu sayang padaku, jangan lindungi aku pada saat kejadian itu,... Walaupun kita tak bersama-sama lagi, kebahagiaanku sudah cukup dengan melihat kebahagiaan ayah dan ibu dari surga.
Melihat seulas senyum dari kalian pun aku sudah cukup bahagia.
Tapi kenapa... Kenapa ibu harus pergi ?! Padahal, Aku belum bisa berbuat apa-apa untuk mencoba membahagiakan ayah dan ibu. Tapi kenapa ? Tuhan terlalu cepat menjemput ibu dari kami ?
Aku merasa kehidupan ini terkadang memang tidak adil...
Ibu, apa ibu tahu ? Malam ini bintang-bintang dilangit sangat cantik. Aku senang memandanginya dari kamar rumah sakit ini. Dewi malam pun terlihat sangat terang.
Langit tersenyum, bu.
Apa ibu bisa melihat dari sana juga ? Teito ingin melihat ibu merasakan kebahagiaan yang sama dengan apa yang Teito rasakan...
Pasti melihat pemandangan seperti ini, jauh lebih indah kalau dari surga ya, bu ? Apa ibu melihat Teito sekarang ? Teito bertambah tinggi 10cm bulan ini lho, bu... Kata dokter, keadaan tubuh Teito juga membaik... Ibu pasti sudah tahu soal ini, kan ?
Karena, Teito merasa kalau ibu selalu mengawasi Teito dari surga...
Lalu, apa surga itu indah, bu ?
Teito ingin tahu, bagaimana surga itu... Suatu saat, Teito akan menemui ibu disana dan tidak akan melepaskan genggaman tangan Teito pada ibu.
Tetapi, kalau Teito pergi ke surga... Di dunia ini, ayah akan ditemani oleh siapa ? Aku tidak ingin ayah menikah lagi... Teito hanya memiliki 1 ibu selamanya. Tidak ada yang lain.
Berarti Teito belum bisa pergi, karena masih harus menjaga ayah. Menggantikan posisi ibu untuk menjaga ayah.
Ayah dan Teito sangat menyayangi ibu...
Menurut Teito, ayah dan ibu itu adalah malaikat yang selalu menjaga Teito di dunia ini... 2 malaikat yang selalu setia mendampingi Teito dalam suka dan duka.
Namun, sekarang malaikat yang menjaga Teito tinggal 1. Karena 1 malaikat lagi telah dijemput oleh Tuhan.
Walaupun begitu, ibu tetaplah malaikat Teito... Dimana pun itu...
Castor POV
Melihat anak itu memandangi langit malam setiap hari sambil berbicara 2 arah dengan seseorang yang sangat ia rindukan, yaitu ibunya. Namun, sosok ibunya telah tiada dan dia hanya berbicara sendiri sambil menatap langit bertabur bintang.
Terkadang sebagai ayah, melihat tingkah anaknya sendiri yang belum siap ditinggalkan oleh orangtuanya sangat membuatku terpukul.
Hatiku sakit. Melihat dia seperti itu. Aku ingin mendekapnya erat, berusaha membuatnya untuk benar-benar merelakan kepergian ibunya. Labrador.
Aku menolehkan kepala untuk menyembunyikan wajahku sekarang. Menyembunyikan air bening yang terus membasahi mata ini. Aku harus kuat. Sebagai ayah, aku harus kuat...
Tetapi aku memang bodoh. Aku bodoh dan lemah... Karena aku, kau mengalami hal seperti itu, Lab...
Maafkan aku... Aku akan selalu menjaga anak kita, aku berjanji...
Aku akan selalu mencintaimu, Lab... Sampai kapan pun itu...
Segera kuhapus air mata yang terus membasahi sekitar mataku dengan kemeja lengan panjang yang kukenakan. Kuhampiri anak berambut cokelat itu dari belakang dan menepuk pundaknya pelan.
"Teito... Ini sudah larut malam, waktunya tidur..." ucapku selembut mungkin seraya membelai rambut halusnya.
"Nanti saja ah, aku masih mau ngobrol sama ibu..." ia menggelengkan kepala pelan dan tersenyum kearahku.
Aku terdiam sesaat lalu menundukkan kepala sambil mengepalkan tangan dengan kuat. Sesekali menahan emosi dengan menggigit bibir bawahku sampai darah segar mengalir bebas.
Aku hanya bisa mengucapkan ini dalam hati, "Maafkan ayah, Teito... Andai saja ayah lebih memperhatikan jalan waktu itu, kecelakaan itu tidak akan terjadi dan kamu tidak perlu berada di rumah sakit ini terus menerus, kamu bisa hidup seperti anak-anak normal yang lain... Kamu bisa bermain, berlari, dan lainnya yang sesuai dengan usiamu sekarang. Bahkan, kalau itu tidak terjadi, ibumu masih berada disisimu. Kamu bisa memeluknya kapan saja. Kehangatan dan keharmonisan keluarga kecil kita, tidak akan redup seperti sekarang."
Kemudian, kuraih kembali pundak mungil itu perlahan.
"Ibu juga pasti sudah lelah... Berjam-jam kamu ajak bicara seperti itu, membutuhkan tenaga juga, kan ? Ibu juga membutuhkan istirahat, di surga..." dengan sedikit kebohongan yang kubuat, hanya untuk menjaga kondisi tubuh anakku ini membaik, atau minimal mempertahankan kondisinya agar tetap stabil.
"Benar juga ya, yah... Ibu pasti lelah..." sesaat dia menoleh kearahku dnegan tatapan menyesal, lalu kembali menatap langit sesaat.
"Ibu... Hari sudah larut malam, Teito akan istirahat agar cepat sembuh,.. Ibu juga istirahat ya, jaga kondisi tubuh ibu disana... Kalau ibu sakit, Teito dan ayah tidak dapat menjenguk kesana... Surga itu kan jauh sekali dari bumi, bu... Jadi, ngobrolnya kita lanjutkan besok saja ya, bu..." seulas senyuman terlukis dibibir anak ini, senyuman itulah yang membuat semangat hidupku belum mati sampai sekarang setelah kepergian Labrador.
"Ne, Oyasumi..." ucap Teito masih sambil mentap langit lekat-lekat sambil meraih tanganku.
"Ayah,... Ucapkan selamat beristirahat untuk ibu..."
Kulihat dirinya, masih dengan pandangan matanya yang tertuju ke langit bertabur bintang, lalu kugenggam erat tangan mungilnya. Menandakan aku setuju.
"Ne,.. Oyasumi, Labrador... Have a nice dream..." ucapku sepenuh hati. Untuk orang yang paling berarti dalam hidupku dan hidup Teito.
Lalu Teito melambai-lambaikan tangannya kelangit dan segera menutup jendela kamar rumah sakit ini dengan perlahan sambil terduduk dikursi rodanya.
"Teito pintar... Besok lagi ya, ngobrol sama ibu..."
"Iya, ayah... Sekarang Teito mau istirahat... Ibu juga sedang beristirahat..." seulas senyuman yang sangat ceria sempat menghiasi wajahnya sesaat.
"Tapi jangan lupa, sebelum tidur Teito harus apa ? Ingat kata ibu waktu dulu, kan ?"
"Iya ! Sikat gigi !" ia menggerakan kursi rodanya kearah kamar mandi dalam ruangannya.
Aku hanya bisa melihatnya yang mulai menghilang dibalik pintu sambil mengacungkan ibu jariku.
TBC
