Surat...

Itu artinya, kita harus membawanya ke kantor pos untuk mengirim surat tersebut kepada alamat yang telah kita tuju. Namun, ada juga cara untuk memberikan surat kita kepada orang yang tuju tanpa melalui kantor pos...

Surat juga...

Sering kita tujukan, bagi keluarga, saudara, teman, bahkan kepada sang kekasih kita.

Surat juga...

Digunakan untuk menanyakan kabar tentang keluarga, saudara, teman kita. Tapi, daripada hal-hal itu, surat juga sering digunakan...

... sebagai pernyataan cinta.

BLEACH © Tite Kubo

Letter © Kuchiki Rukia-taichou

RUKIA POV

Udara pagi hari yang dingin nan sejuk ini mengikutiku menuju ke sekolahku. Kelihatannya hari ini cuaca akan cerah. Langkah kaki mungilku membawaku ke sebuah gedung sekolah bertingkat yang megah.

Karena sekarang sudah dekat musim dingin, udaranya pun ikut mendingin, seragam kami pun ikut disesuaikan. Tak terasa aku telah sampai di depan pintu kelasku, kelas Ilmu Alam 2.

Aku pun segera masuk dan yak... sepertinya aku memang yang paling pertama datang pada hari ini. Maklum, aku memang suka datang pagi-pagi.

TOK TOK TOK

"Eh..?" pikiranku teralihkan ketika mendengar suara pintu kelasku yang diketuk.

Siapa sih yang iseng-iseng di pagi hari? Pikirku. Sesampainya di pintu, akupun membuka pintu itu. Tapi, tak menemukan siapa-siapa hingga...

"HAH!"

"Kyaaa!" sontak saja aku sangat kaget hingga membuatku terjatuh. Namun, sebuah tangan besar menahanku agar tidak terjatuh.

"Ups... maaf Rukia. Kukira kau tidak akan sampai jatuh begini," ujar seorang cowok. Dan yang paling mencolok dari cowok ini adalah rambutnya yang oranye seperti jeruk itu.

Yup... dia adalah Kurosaki Ichigo. Cowok berambut oranye ini berada satu kelas diatasku. Dan sama sepertiku, dia juga masuk dalam kelas Ilmu Alam.

"Kau seperti tidak ada kerjaan saja, Kurosaki-senpai."

"Hei... kan sudah kubilang kalau panggil saja aku dengan Ichigo. Lagipula, kau kan manager tim kami," katanya seraya melepaskan pegangannya dariku.

Sebagai informasi, aku ini adalah seorang manager klub voli di sekolah. Dan tim dari si 'jeruk' ini adalah anak buahku.

"Oke, oke... ada keperluan apa kau kemari, Ichigo?" cetusku.

"Lho, kau marah ya?"

"Kalau iya kenapa?" jawabku tanpa melihat kearahnya.

"Ah tidak,tidak... ya sudah, aku kembali dulu ke kelasku. Jangan lupa untuk datang ke tempat latihan ya," katanya sambil mengacak-acak rambutku dan pergi.

"Seharusnya aku yang mengingatkanmu, jeruk," namun nihil, si jeruk itu telah pergi ke kelasnya.

Setelah itu, aku kembali ke tempat dudukku. 20 menit kemudian, seseorang lewat di depan kelas. "Tatsuki..." panggilku.

Gadis berambut hitam itu membalikkan padannya ketika mendengar namanya dipanggil. "Oh Rukia... ada apa?"

"Ah tidak... tumben kau datang telat."

"Yah... ada sedikit hal yang perlu kubereskan di rumah tadi. Kalau begitu, aku sedang buru-buru ke kelas nih. Aku permisi dulu ya..." pamitnya.

"Oke."

Arisawa Tatsuki, salah satu teman baikku sejak kami SMP. Dulu kami sering sekelas. Namun saat kenaikan kelas 2, Tatsuki masuk di jurusan Ilmu Sosial dan aku di Ilmu Alam. Walau beda kelas, kami tetap akrab seperti ini.

"Aduh... untung saja aku tidak terlambat," kata seorang gadis berambut coklat-orange panjang.

"Inoue..."

"Ah, Kuchiki-san... ohayou," sapa gadis itu.

Inoue Orihime, teman baruku. Kami berteman sejak aku masuk di kelas ini. Dia merupakan gadis yang selalu ceria.

"Ohayou, Inoue. Kau terlihat terburu-buru sekali?"

"Hehe... jam wekerku nggak nyala. Lalu aku bangun kesiangan, jadi pergi ke sini juga buru-buru deh."

Aku hanya menanggapinya dengah ber-'oh' ria saja. Kelas pun mulai ramai, begitu pula dengan kelas-kelas lainnya. Sepertinya jam pertama akan segera mulai.

"Masuklah, tidak lama lagi pelajaran akan mulai."

"Oke," dan tak lama kemudian bel tanda jam pertama dimulai pun terdengar.

END OF RUKIA POV

TENG TENG TENG

Bel tanda istirahat siang pun berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar untuk menikmati istirahat siang mereka. Sebelum meninggalkan kelas, Rukia membereskan buku-bukunya. Hingga Inoue datang menghampiri mejanya.

"Ne Kuchiki-san... apa hari ini klub voli akan latihan?" tanya Inoue.

"Iya, memang kenapa?" tanya Rukia balik.

"Ini... tolong kau berikan pada Kurosaki-kun ya," bisik Inoue pada Rukia seraya memberikan Rukia sepucuk surat.

"Ah... jangan-jangan surat cinta ya?" goda Rukia. Untung saja kelas sudah kosong karena semua murid pergi menikmati istirahat siang mereka.

"Hahahaha... tenang saja. Aku pasti akan mengantarkan surat ini sebaik seorang tukang pos," canda Rukia.

"Arigatou ne, Kuchiki-san."

Inoue pun pergi keluar kelas. Sambil melihat surat yang ada di tangannya dengan seksama, Rukia merasa ada yang ganjal. Jika Inoue memang suka pada Ichigo, apa urusannya dengan diriku, pikir Rukia.

Apa jangan-jangan aku...ARGH! Nggak mungkin! Nggak mungkin walau dunia ini kiamat kalau aku menyukai si jeruk itu!

Tak mau memikirkan hal tersebut, Rukia pun segera bangkit dari kursinya dan keluar dari kelasnya.

Tak terasa akhirnya jam pulang telah tiba. Semua murid satu-persatu mulai membereskan buku-buku mereka dan berjalan keluar dari kelas. Namun, ada satu murid yang belum pulang.

Ya... murid itu adalah Kuchiki Rukia.

Setelah membereskan barang-barangnya, Rukia bergegas menuju ke gedung olahraga dimana klub voli sedang berlatih. Rukia berlari dari kelasnya di lantai 3 menuju ke gedung olahraga yang berada di sebelah gedung sekolah utama.

Sesampaianya di depan gedung olahraga, Rukia membuka pintu gedung itu dan mendapati anak-anak dari klub voli sedang berlatih.

"Kau telat, cebol," ucap seseorang dari belakang Rukia. Tanpa membalikan badan pun, Rukia sudah tau siapa orang tersebut.

"Memangnya kenapa? Ada yang salah, jeruk," balas Rukia lalu membalikkan badannya dan menatap langsung ke arah lawan bicaranya.

"Iya, memang salah. Kau kan manager, seharusnya kau yang datang duluan dan menyiapkan segalanya, baka," balas Ichigo tak mau kalah sambil mengacak-acak rambut Rukia.

Kesal dengan kelakuan Ichigo, Rukia pun menginjak kaki Ichigo dengan sepatu vantofelnya. Alhasilnya saudara-saudara, terdengar teriakan yang sangat keras menggema di gedung olahraga tersebut.

"AAAAAAWWWWWWWWWWWWWWWW...!"

"Rasain tuh, jeruk baka. Makanya, jangan suka mengganggu orang kalau tidak mau dapat akibatnya," ketus Rukia dengan kedua tangan di pinggangnya.

"Hahaha... kayaknya pertengkaran suami-istri sedang dimulai ya," ucap salah satu pemain voli berambut coklat dengan tampang seperti orang mesum.

"Ya... kau benar, Asano-san," balas seorang pemain lainnya dengan rambut hitam dan sedang memainkan handphone-nya.

Kita balik lagi ke duo 'Tom and Jerry'

Ichigo masih menahan kakinya yang sakit karena diinjak oleh kaki kecil Rukia. Walau badannya kecil, namun kekuatannya bisa dibilang sebanding dengan Ichigo (walau Ichigo lebih kuat tentunya).

"Teme..."

"Sudahlah. Berdebat lebih lanjut denganmu tak akan pernah selesai. Ini..." kata Rukia sambil memberikan sepucuk surat kepada Ichigo.

Seperti tidak merasa sakit apapun, Ichigo berdiri seperti biasa dan menerima surat Rukia tersebut. "Surat apa ini?"

"Baca saja sendiri."

"Jangan-jangan surat cinta darimu ya? Oh, Ruki-chan, kau tak usah ma-..."

BRUK

Ichigo tak dapat menyelesaikan kata-katanya karena Rukia telah menendang perutnya hingga dia ambruk.

"Jangan pikir yang aneh-aneh, baka!"

Para pemain klub voli hanya sweetdrop melihat pertengkaran kedua orang tersebut. "Rasanya kita dikacangin," ucap Asano.

"Huh... kalau begini sebaiknya aku pulang saja," kata Rukia lalu hendak berjalan ke pintu keluar. Namun, langkah Rukia ketika seseorang menahan tangannya.

"Oke oke... maaf deh. Jadi ini surat dari siapa?"

"Dari temanku. Pokoknya baca saja. Akupun tidak tau apa isinya," ucap Rukia sambil membalikkan badannya.

"Ehmm..." deheman dari seseorang mengalihkan perhatian Rukia dan Ichigo.

"Halo... di sini masih ada kami, kalian ingat?" ucap Asano Keigo.

"Jadi, kita akan latihan atau tidak?" tambah Mizuiro.

"Tentu saja latihan. Sana pergi latihan jangan ganggu kami," usir Ichigo.

"Hoy... Ichigo lagi ganggu adik kelasnya..." teriak Keigo ke arah teman-teman se-klub voli. Alhasil Keigo pun terlempar ke lapangan dengan tidak elit.

Rukia yang melihat kejadian tersebut hanya bisa mendesah pelan. 'Dasar, semuanya nggak waras deh.'

Sang matahari telah bersembunyi dan digantikan dengan sang bulan yang bercahaya nan indah akibat pantulan cahaya dari matahari. Itu artinya malam hari telah tiba.

Rukia sedang belajar di kamarnya sambil membaringkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Sesekali dia berhenti dan mengambil cemilan yang terletak di atas meja dekat kasurnya.

Walau sekeras apapun, pikiran Rukia tidak bisa terkonsen pada apa yang dibacanya. Pikiran Rukia selalu terarah pada surat Inoue yang dia berikan pada Ichigo tadi sore.

'Kira-kira, apa isi dari surat itu?' itulah yang selalu dipikirkan Rukia.

"Apa jangan-jangan itu benar surat cinta? Apalagi Inoue sering cerita kalau dia menyukai Ichigo sejak dia masuk sekolah ini. Lalu, kira-kira, si jeruk itu terima atau tidak cinta Inoue?"

"ARGH! Kenapa aku malah mencemaskan antara Ichigo menerima cinta itu atau tidak? Dia kan bukan apa-apanya aku! Lagian dia sering menjahiliku! Apalagi Inoue adalah temanku, harusnya aku mendukungnya, bukan?"

"Sudahlah. Kalau dipikir-pikir terus, pasti tidak lama lagi aku akan menjadi orang gila. Iih... amit-amit deh," Rukia pun menghentikan belajarnya (baca: pikirannya) ketika dia mendengar suara bel pintu.

TING TONG TING TONG

"Rukia... tolong bukakan pintunya," teriak kakaknya, Hisana, dari arah dapur. Rukia pun segera bangkit dari kasurnya dan pergi menuju ke pintu depan. Ketika pintu di buka, munculah sosok yang dikenal Rukia...

"Ichigo? Ada apa malam-malam begini?" tanya Rukia heran melihat kedatangan Ichigo ke rumahnya di malam hari.

"Itu... aku mau mengembalikan bukumu yang kupinjam ini," jawab Ichigo sambil menyerahkan sebuah buku pada Rukia.

"Oh... arigatou. Ngomong-ngomong, apa kau sudah membaca surat itu?"

"Gomen, aku lagi ada urusan jadi belum sempat membacanya. Oya, aku permisi dulu ya. Masih ada yang harus kukerjakan. Jaa ne..." Ichigo pun segera pergi meninggalkan rumah Rukia. Rukia yang masih bediri di depan pintu hanya bisa bengong melihat Ichigo yang dirasanya kelihatan berbeda.

'Kenapa dia terlihat terburu-buru begitu?' pikir Rukia.

Tak mau memikirkan lebih panjang lagi, Rukia segera menutup pintu depan lalu berjalan lagi kembali ke kamarnya.

Rukia memutuskan untuk melanjutkan acara belajarnya. Dia lalu duduk di meja belajarnya dan meletakkan buku yang baru dibalikkan Ichigo tadi di atas meja. Ketika Rukia membuka halaman per halaman, Rukia menemukan sepucuk surat terselip di sebuah halaman buku.

"Surat apa ini? Perasaan aku tidak pernah menyelipkan surat di buku ini. Apa mungkin ini milik Ichigo?"

Penasaran, Rukia pun membuka surat itu lalu membaca isi dari surat tersebut.

Dear Kuchiki Rukia,

Aku sangat menghargai perasaan temanmu ini. Tapi, aku minta maaf karena aku tidak memiliki perasaan terhadap temanmu.

Kalau kau ingin tau siapa yang kusukai dia adalah orang yang sedang membaca surat ini.

Ya, aku menyukaimu, Kuchiki Rukia.

Dibalik sikapku padamu selama ini, sebenarnya aku memiliki perasaan ini padamu. Sebenarnya, aku ingin mengatakan padamu terus terang, namun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakanya.

Aku menunggu jawabanmu, Rukia.

With love,

Kurosaki ichigo

Selesai membaca surat itu, Rukia sangat kaget. Dia pun tanpa sadar menjatuhkan surat yang dipegangnya tadi. Matanya membesar mengingat kembali kata-kata yang tertulis di surat tersebut. Dia tak menyangka bahwa seorang Kurosaki Ichigo bisa memiliki perasaan padanya.

"Oh Kami-sama... apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menerima perasaannya ini? Tapi, bagaimana dengan Inoue? Dia adalah temanku, dan aku tidak mau menyakitinya."

"Tapi... aku juga... menyukai Ichigo."

"Jauh di dalam hatiku, aku menyukainya."

"Tapi, aku takut menyakiti hati temanku, Inoue."

"Apa yang harus kulakukan?"

Begitu banyak pikiran yang terlintas di otak Rukia. Dia sangat bingung, cemas, namun juga senang karena orang yang disukainya juga menyukai dirinya.

Namun, Rukia juga tidak mau menyakiti perasaan temannya sendiri. Rukia menjadi sangat bingung.

"Sebaiknya aku tidur saja. Mungkin jawabannya akan kutemukan keesokan harinya," dan Rukia pun segera membereskan surat tersebut dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuknya. Tak lama kemudian, Rukia pun tertidur dengan berbagai pertanyaan menghantui pikirannya.

Yeah! Akhirnya publish fic baru lagi. Bagaimanakah menurut para readers sekalian. Baguskah atau hancurkah fic saya ini?

So, please review ya...^^