Chara:SasuNaru/all
Rating:T-M
Genre:Hurts/Romance
.
.
.
.
.
Menjadi seorang tahanan. Apa kalian pernah memikirkan hal itu? Dikurung dengan tembok mengelilingi ruang batasmu dan pintu terbuat dari pipa-pipa besi memanjang yang siap memperlihatkan kepadamu bagaimana kejamnya keluarga barumu? Menyisahkan deritan setiap dorongan kepadamu ingin segera keluar dari tempat itu. Ya.. Tapi itu akan percuma selain kau akan terus menghitung seberapa banyak waktu yang akan kau habiskan di tempat itu. Tinggal dua pilihan. Menjadi raja atau menjadi budak?
.
.
.
.
TRAP
ch-01-
.
.
.
.
.
.
"Ng...nghh... "
"Woi gantian, giliranku sekarang"
"Se..sebentarh..ngh.. "
Suara deru nafas menjadi alunan terakhir kegiatan dua laki-laki bertubuh kekar disana. Dengan celana sedikit melorot akibat belum benar memperbaiki.
"Job yang sangat bagus, bocah"Salah satu laki-laki berambut kuning gelap itu bersuara. Menjambak sang objek utama dengan keras diselingi tawa membahana sebelum melangkahkan kakinya menjauh dari sang objek. Membiarkan sang objek dengan perawakan tubuh ringkih itu terlungkup dalam keadaan hampir telanjang tak berbusana.
.
Sang objek melenguh pelan. Tubuhnya benar-benar terasa sakit disaat dirinya hendak memposisikan tubuhnya untuk duduk dengan bersandaran dinding bewarna kusam dibelakangnya.
Objek itu kembali menatap kearah sekeliling. Tempat ini sepi. Tidak, bukan sepi melainkan tersembunyi. Dia cukup tahu dibalik dinding kusam yang mungkin banyak pasang telinga yang mendengar jelas apa yang terjadi barusan. Mungkin tanpaku jelaskan kalian tahu apa yang mereka dengarkan.
Dengan menahan sakit bagian bawahnya. Objek dengan rambut kuning cerah itu tampak memperbaiki lembar-lembar pakaiannya. Tidak ingin seseorang melihatnya dalam keadaan mengenaskan seperti memancing hewan buas lainnya untuk segera 'memakannya'. Sudah cukup beberapa pipa besar yang berkali-kali menerobos bagian bawahnya. Dia benar-benar tidak ingin melakukannya lagi hari ini.
Mungkin dia tidak akan menangis. Oh ayolah.. Jika kalian berada di tempat memuakan itu mungkin kalian akan tahu seberapa sering para laki-laki berotak tembok itu terus menjamah setiap inci dari objek itu? Ah.. Baiklah, aku mulai lelah memanggilnya dengan objek. Tapi tanpaku menyebutkan, aku menjamin kalian tahu siapa dia, Naruto, Naruto Uzumaki, Naruto Namikaze, ah.. Entahlah, bahkan dia mungkin tidak menginginkan marga dalam namanya toh semua akan membuatnya ingin mencabik-cabik dua sosok diagungkan itu dan jangan tanya kenapa.
.
.
.
"Hei pelacur, ku pikir kau kemana saja.. Sudah puas dengan batang-batang besar itu?"Naruto menulikan telinganya. Sudah cukup sering mendengar kata-kata pencemooh disekitarnya.
Jika diijinkan untuk menjerit. Mungkin Naruto akan menjerit sekeras-kerasnya dengan mengatakan bahwa dia tidak seperti yang mereka semua katakan. Memang kalian akan senang diperlakukan seperti wadah penampung napsu ? Katakan semuanya akan berakhir dengan desahan kenikmatan dan dalam sekejap itu Naruto akan siap membelah kepalamu. Dia mendesah, oke, tapi.. Apa dia merasa itu kenikmatan? jelas tidak.
Sudah cukup lelah untuk melawan bahkan dia sudah lupa kata 'normal' dalam kamusnya. Mungkin kamus itu sudah rusak kemakan tikus got penjara.
Dia baru setahun dan itu sudah tidak terhitung berapa kali dia harus terpakasa mendesah. Konyol. Bahkan desahan itu membuatnya lupa untuk mengingat tanggal berapa dia akan keluar dari tempat berbau apek itu.
Bel berbunyi dengan suara sangat nyaring. Hampir membuat telinga mendengung beberapa detik sebelum berhasil membuat segerombolan manusia berpakaian warna hitam kebiruan dengan kain berbahan kaos lusuh itu berlarian memasuki gedung berbentuk panjang dengan pintu besar disana. Tampak enam laki-laki berpakaian seragam lengkap dengan tongkat beraliran listrik di ujungnya terpegang erat di tangannya. Siap untuk mengadili sang pembuat onar.
.
Naruto berjalan pelan. Masih merasakan sakit dibagian bawahnya berhasil membuatnya berjalan terseok dengan kaki mengakang. Sedikit lucu atau.. Kasihan?
"CEPAT!"Seorang berseragam kepolisian Jepang tampak membentak. Menajamkan tatapan matanya kepada sosok Naruto yang masih berjalan terseok. Ck, bahkan dia cukup tahu polisi berkepala kosong itu tahu apa yang diderita. Bahkan mungkin mereka juga pernah ikut andil dalam 'pencicipan' itu.
Jalannya masih terseok. Tidak mengindahkan bentakan polisi-polisi itu. Naruto masih berjalan pelan menahan sakit.
"Kau yang dibelakang, cepat jalan!"Bentakan lagi. Tapi Naruto yakin itu bukan ditujukan untuknya. Melainkan laki-laki yang kini tak jauh berada di belakangnya.
Naruto menoleh dan mendapati laki-laki dengan badan tinggi berambut gelap kebiruan berada disana. Naruto kenal laki-laki itu. Sasuke, jika dia tidak salah mengingatnya. Salah satu mafia tingkat tinggi yang mungkin harus dua puluh tahun mendekam dalam penjara. Kabar simpang siur mengatakan laki-laki itu sempat meledakan rakitan bom buatannya sendiri kesalah satu kantor polisi. Perbuatan nekat.
Sedikit merinding sesaat mengingat gosip simpang siur itu. Berbeda dengan laki-laki itu. Naruto hanya melakukan kesalahn kecil hingga dia sampai masuk kedalam ruang pengap bernamakan penjara. Ya.. Hal kecil, hanya membobol bang dengan mengotak atik sedikit jejaringan dalam benda persegi bernamakan komputer. Dia jenius, ya.. saking jeniusnya baru sekali bongkar langsung tertangkap.
Satu perbedaan lagi Naruto dan sang laki-laki berambut emo dengan kulit indahnya itu. Naruto menjadi budak sedangkan ah.. Apa mungkin kita bisa sebut laki-laki bernama Sasuke itu penguasa? Dia ditakuti, mungkin karena tindak kriminalnya. Bahkan Naruto menjamin umurnya jauh lebih tua daripada sosok laki-laki itu ya walaupun tinggi badan mereka berbeda jauh.
.
Ruang makan menjadi hal pertama ditemui Naruto disaat bel telah memanggilnya tadi. Merenggangkan otot sehabis memukul-mukul batu besar di area luas penjara. Tempat yang di peruntukan untuk para tahanan bekerja. Bahkan mungkin mereka tidak akan mendapatkan upah secuilpun. Ya.. Memang siapa yang mau memberi upah sampah masyarakat? Apa ini kata-kata sadis? Ku pikir ya.
Dapat dilihat dari luar dimana meja panjang tertata dengan di selingi bangku panjang sebagai pendampingnya. Tepat di pojok paling kanan terdapat meja lebih tinggi dengan panci-panci berukuran besar berisikan sayur-sayur bekuah ataupun daging dalam ukuran jari jempol bayi berada di dalamnya. Beberapa orang terlihat sudah mengantri disana dengan memabawa piring lebar berukuran lebar untuk menampung makanan mereka.
Naruto ikut mengantri. Dia sudah terlebih dulu mengambil piring besar bagiannya tak lupa jalan terseoknya yang membuat beberapa tahanan membentak untuk membuatnya berjalan lebih cepat. Perut berkuasa sekarang.
Mengamati laauh dengan nasi sedikit di piringnya. Naruto mulai melangkahkan kakinya menuju salah satu kursi kosong. Memilih tempat terpojok untuk menjauhi tahanan lainnya. Dia tidak mau hal itu terulang lagi. Mengingat tangan jahil tahanan lain yang sempat-sempatnya menjamah bagian sensitif tubuhnya.
Naruto sering bertanya. Apa dia memiliki daya tarik seperti wanita? Oh ayolah.. Bahkan dia menyakini 'milik' nya cukup besar untuk diperlihatkan kepada istrinya nanti tapi kenapa laki-laki bertampang kriminal itu tampak terbuai dengan dirinya, dengan dada rata tanpa daya tarik untuk meminta diremas ataupun liang yang lebih sensitip untuk dimasuki. Ck, mungkin di sini hnya dirinya yang memiliki otak pintar untuk membedakan mana laki-laki man perempuan. Mana kenikmatan dan mana siksaan. Sialnya sekarang dia sedang sial, duduk tepat didepan Sasuke sang kriminal besar dan dia tidak menyadarinya. Gugup.
Naruto menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menggerakkan tubuhnya untuk beranjak pergi tapi ada yang mengganjal ah.. Bukan mengganjal melainkan menghalangi langkahnya. Bukan sebuah hadangan ataupun ucapan tapi Naruto dapat merasakan salah satu kakinya diinjak dengan tekanan yang membuatnya tidak bisa melangkah. Mungkin bisa dibilang terasa sangat sakiT dan Naruto tahu itu kaki Sasuke.
Sedikit gugup Naruto menatap kearah depan. Tepat pada wajah Sasuke di depannya dan yang dia dapati adalah laki-laki itu juga menatap kearahnya. Senyuman remeh terpampang di sana dengan kilatan tajam tepat di kedua bola mata hitamnya. Ini masalah.
"Pelacur"
.
.
.
.
.
Tbc
.-. Lanjut/tidak?
