Awalnya Ru lagi nyari ide buat bikin fanfic Sand Sibling. Tapi entah kenapa, malah Shikamaru yang nyangkut di pikiranku -_-;
Dan..kebetulan hari ini ulang tahunnya Shikamaru, anggaplah ini birthdayfic buat dia. Hehehe... Happy Birthday Shikamaru!
Title: One Night in Sunagakure
Rating: T
Summary: Shikamaru mendapat tugas pergi ke Sunagakure untuk menyampaikan berkas-berkas tentang ke-akademi-an (apa lagi? Tugas dia emang sekitar itu kan?). Bagaimana kalau dia terpaksa menginap semalam di Sunagakure?
Pairing: ShikaTema
Disclaimer: Shikamaru dan Sand Sibling masih punya Kishimoto-sensei… Hiks… Pengen Shikamaru & Gaara…
_ONE NIGHT IN SUNAGAKURE_
-PoV Shikamaru-
Aku merapatkan jubah yang kukenakan, berusaha melindungi kulitku dari sengatan sinar matahari langsung. Mataku memandang sekeliling, tapi sejauh mata memandang, yang kutemukan hanya warna pasir. Bangunan pun berwarna pasir. Rasanya membosankan. Dan yang pasti, perjalanan menuju tempat membosankan ini sangatlah merepotkan.
Kalau saja utusan Suna tidak sibuk sehingga tidak bisa datang ke Konoha seperti biasanya atau Godaime menemukan orang lain yang bisa diutus untuk mengantarkan berkas ke-akademi-an ini, mana mungkin aku sampai di sini. Sayangnya, tiba-tiba saja semua orang sibuk. Jadilah aku terdampar di desa yang panas dan membosankan ini. Benar-benar merepotkan…
Ups, cewek itu bisa marah besar kalau tahu aku bicara seperti ini tentang desanya.
Tanpa sadar aku tersenyum tipis.
"Baru sampai?"
Aku agak terkejut saat mendengar suara dari belakangku. Ternyata cewek itu, Temari. Aku memang sudah diberitahu kalau yang akan menjemputku di gerbang Sunagakure adalah perempuan berkuncir empat itu.
"Bagaimana kesan pertamamu pada desa kami?" tanyanya.
"Panas," jawabku singkat. Ia tersenyum geli, senyum yang jarang sekali diperlihatkan olehnya kecuali kepada kedua saudaranya.
Rasanya..manis juga.
EEH?!
"Ng.. Ini dokumennya." Aku menyerahkan dokumen itu sambil membuang muka, menyembunyikan wajahku yang rasanya agak memerah.
"Buru-buru sekali. Memangnya setelah ini kau ada urusan lain?" tanyanya heran.
Aku mengangkat bahu dengan malas. "Perjalanan ini merepotkan," kataku. "Aku ingin cepat pulang dan…"
"Bersantai sambil menatap awan." Temari menyelesaikan kalimatku dengan tampang kesal. "Sudah sewajarnya kan kalau sekali-sekali utusan Konoha yang mengunjungi Suna, bukan Suna terus yang mengunjungi Konoha!" protesnya.
"Hai, hai…" Aku mengiyakan dengan malas. Kalau berurusan dengan wanita, memang sebaiknya kalian menuruti saja kata-katanya daripada dia mengoceh panjang lebar. Apalagi cewek di hadapanku ini memang terkenal galak.
"Ya sudah kalau kau memang mau cepat-cepat pulang. Tapi kita ke tempat Gaara dulu. Biar bagaimanapun, kalau masuk ke desa orang, kau harus beri salam pada Kage tau!" kata Temari. Aku pun terpaksa mengikuti langkahnya memasuki desa.
Saat melewati pasar, mataku mulai disuguhkan warna lain selain warna pasir. Walaupun gedung-gedung di sana hampir semuanya berwarna pasir, tetapi pasar ini lebih berwarna. Terutama karena banyak orang yang lalu-lalang di sana. Rupanya Sunagakure ramai juga.
"Bagaimana? Kesanmu terhadap desa kami sudah berubah?" tanya Temari.
"Berubah bagaimana? Tetap panas," jawabku seadanya.
Temari agak merengut.
"Oh iya! Ada berkas yang ingin kusampaikan untuk Konoha, tapi aku meninggalkannya di rumah," kata Temari tiba-tiba. "Bagaimana kalau kita ke rumahku dulu, baru menghampiri Gaara?" tanyanya.
Aku mengangkat bahu. "Terserah."
Kami pun mengganti tujuan, bukan menuju kantor Kazekage melainkan menuju kediaman Kazekage.
"Ayo masuk." Temari mempersilakanku masuk.
"Shitsurei shimasu," kataku, lebih mirip gumaman.
Aku menatap ruang keluarga yang mungil itu. Kelihatannya nyaman.
"Ya ampun! Kankurou seenaknya saja menaruh bajunya sembarangan! Gaara juga! Pasti tadi pagi mereka terlambat dan buru-buru. Baru sebentar aku tinggal sudah berantakan begini!" Temari menggerutu sambil memunguti beberapa potong pakaian yang berceceran di lantai dan sofa.
"Ah, maaf, ya berantakan begini," kata Temari. Sepertinya tadi dia sempat lupa kalau aku ada di sana. "Tadi aku berangkat ke akademi pagi-pagi sekali, jadi tidak sempat membangunkan mereka," jelas Temari.
"Kau duduk saja dulu di situ. Anggap saja rumah sendiri. Aku bereskan ini dulu," kata Temari sebelum pergi meninggalkanku sendirian di ruang mugil itu.
Aku duduk di sofa panjang yang ada di sana. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Tidak ada foto keluarga (maksudku lengkap dengan ayah dan ibu) seperti yang ada di ruang keluargaku, tetapi ada sebuah foto yang ukurannya cukup besar yang tergantung di dinding itu. Foto Temari bertiga dengan Kankurou dan Gaara. Sepertinya diambil saat Gaara sudah menjadi Kazekage.
"Maaf menunggu." Temari tiba-tiba datang membawa secawan teh.
"Berkasnya?" tanyaku.
"Iya, aku ambil." Temari berkata dengan agak kesal. "Paling tidak biarkan aku menjamu tamuku dengan teh, dong!" gerutunya sambil berjalan meninggalkanku lagi.
Sepertinya dia tersinggung? Bukan bermaksud begitu sih.. Tapi aku kan sudah bilang kalau aku mau cepat-cepat pulang.
Aku menyeruput teh-ku.
Eh, aku baru sadar kalau di ruangan ini ada jendela yang cukup besar. Kalau melihat awan dari sini, bagaimana ya? Tapi, ini kan Suna, pasti yang terlihat cuma cahaya matahari yang menyilaukan.
Aku mendekati jendela itu dan memandang ke luar, menatap langit Suna yang… mendung? Masa' sih??
"Hei Tuan Pemalas, aku sudah menemukan berkasnya nih." Temari muncul sambil membawa sebuah amplop coklat. "Nah, sekarang kita bisa ke…"
Perkataan Temari terpotong oleh suara rintik hujan yang tiba-tiba.
"Hujan?? …Gawat! Jemuran!" Temari langsung berlari menuju tangga. Aku sempat terpaku sesaat sebelum memutuskan untuk membantunya.
Kami berhasil menyelamatkan semua pakaian sebelum hujan bertambah deras. Tapi tetap saja kami basah kuyup.
"Makasih sudah membantuku. Tapi kamu jadi basah kuyup begitu. Tunggu sebentar, biar aku carikan baju yang bisa kau pakai," kata Temari sebelum meninggalkanku.
"Nih. Keringkan badanmu dan kau bisa mengganti pakaian di kamar mandi." Temari memberikan handuk dan pakaian ganti untukku lalu menunjuk sebuah ruangan.
"Aku juga harus ganti baju," katanya sebelum berjalan menuju lantai atas.
Aku sendiri segera menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian.
***
Setelah selesai mengganti pakaianku dengan baju panjang plus celana panjang berwarna hitam, aku memutuskan untuk kembali duduk di sofa sambil menunggu Temari. Menyesal juga aku tidak membawa pakaian ganti. Rasanya aneh memakai pakaian ini. Sepertinya milik Kankurou?
Kualihkan pandanganku ke jendela. Rupanya hujan semakin deras. Kalau begini, aku tidak mungkin bisa pulang ke Konoha.
Terdengar suara orang menuruni tangga. Temari.
"Maaf sudah me…"
Tak sempat menyelesaikan ucapannya, cewek berkuncir empat itu terpeleset.
"Bahaya!"
Fiuh.. Ternyata aku cukup sigap juga. Aku berhasil menangkapnya sebelum ia jatuh.
Sekarang wajahnya hanya selisih beberapa senti dari wajahku. Kalian tahu, Temari sangat..ehem..cantik kalau dilihat secara dekat seperti ini.
Kami bertahan dalam posisi itu cukup lama. Tanpa sadar wajah kami pun semakin dekat….
=To Be Continue=
Sebetulnya sih pengen bikin jadi oneshot aja, tapi apa boleh buat.. Blum maju2.. Mungkin bakal jadi 2 chapter aja. (ato 3? –ditimpuk-)
RnR!
