Lost Scene
Disclaimer Masashi Kishimoto Sensei
Cand hanya pengagum berat Naruto-kun saja
Pairing Utama : NARUTO x HINATA
Sight : SASUKE x SAKURA
Semi Canon, Romance, Rate T, Mencoba untuk tidak ada typo, Bahasa sedikit tidak baku (Semoga semuanya benar)
Don't Like Don't Read ^^
Agar tidak bingung, Cand suka membedakan tanda kutip untuk percakapan.
'blablabla' Cand gunakan untuk percakapan dalam hati.
"blablabla" Cand gunakan untuk percakapan langsung dengan lawan bicara.
"blablabla" Cand gunakan untuk mengulang flashback percakapan langsung.
Happy Reading Minna-san ^,^
…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…XXX…
Naruto Chapter 699
"Sakura, aku…" Suara Sasuke terdengar lemah dan sedikit serak di telinga Sakura.
"Jangan! Aku sedang konsentrasi." Perasaan Sakura yang masih kacau setelah melihat bagaimana keadaan Sasuke dan Naruto yang kehilangan tangan dominan mereka masing-masing di depannya, membuat gadis musim semi ini menyela ucapan Sasuke cepat dengan suara yang dibuatnya setegar mungkin.
"…" Dalam diam Sasuke berfikir jika Sakura mungkin sudah membencinya.
Setelah apa yang dilakukannya selama ini, Sasuke tahu wajar jika Sakura akan membencinya. Tapi entah bagaimana tiba-tiba Sasuke merasa takut jika Sakura benar-benar membencinya. Sasuke ingin Sakura tahu dia sudah berubah. Sasuke bukan lagi seorang pemuda labil dengan beban kebencian yang berlebih di dalam hatinya. Sasuke tak takut membuat sebuah ikatan dengan temannya ataupun orang lain. Dan Sasuke memutuskan untuk tak melarikan diri dari perasaannya kepada Sakura lagi.
"Maafkan aku." Ucap Sasuke penuh penyesalan.
Entah sadar atau tidak, cakra berpendar kehijauan milik Sakura beberapa detik sempat meredup. Sakura tak bisa membodohi dirinya jika dia merasa terharu mendengar kata maaf dari Sasuke. Kata yang hampir tidak pernah diucapkan oleh Sasuke pada siapapun sepanjang kebersamaannya bersama Sasuke yang tidak singkat.
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Sakura balik dengan suara bergetar. Digigitnya kuat-kuat bibir bawahnya.
"Untuk segala yang kuperbuat." Sasuke tak sedikitpun melepaskan tatapannya pada Sakura, yang kentara sekali mati-matian berjuang agar air matanya tak tumpah ruah terdorong oleh rasa sesak di hatinya. Rasa sesak karena rasa senang, rasa sesak karena rasa haru, rasa sesak karena banyak rasa lain yang bercampur aduk tanpa seizinnya.
"Kau sebaiknya… aduh…"
Naruto tersenyum, bahkan Sasuke sekalipun walau tak selebar Naruto. Bukan senyuman mengejek karena berhasil membuat satu-satunya gadis di tim 7 ini menangis,
"Kau benar-benar bermasalah. Bodoh!"
tapi sebuah senyuman lega karena Sakura akhirnya berhenti untuk berpura-pura kuat di depan mereka.
Kakashi masih setia mengawasi ketiga anggota tim 7 di bawah sana. Ingatannya kembali ke masa lalu, dimana Kakashi berpura-pura terjebak oleh jebakan penghapus yang diletakkan Naruto diatas pintu geser, saat tim 7 dibuat Kakashi bosan menunggu kehadiran jounin pembimbing mereka.
"Mereka akhirnya kembali." Kakashi menurunkan ikat kepala ninjanya, menutupi mata kirinya walau sebenarnya tak ada sharingan yang harus ditutupnya. Itu dilakukannya refleks begitu saja sebagai sebuah kebiasaan.
Keempat anggota tim 7 mengekspresikan kebahagiaan yang mereka rasakan dengan cara mereka masing-masing. Senyum tulus dibalik masker khas Hatake Kakashi. Cengiran lebar khas Uzumaki Naruto. Seringai tipis khas Uchiha Sasuke. Dan berbeda dari ketiga laki-laki itu, Sakura masih saja berjuang menghentikan air mata bahagianya yang tak mau berhenti mengalir walau sudah ribuan kali Sakura menggosok mata emeraldnya yang sembab dengan punggung tangannya.
.
.
Sasuke dan Naruto, dengan wajah lebam dan terluka disana sini, menatap patuh pada Sakura yang berkacak pinggang di depan mereka.
"Jadi bagaimana caraku membawa kalian bertiga, hah?!" Omel Sakura.
Setelah semua momen penuh haru terlewatkan, akhirnya Sakura kembali menjadi gadis cantik yang sedikit galak.
Sasuke dan Naruto saling melirik dalam diam. Jika salah bicara, kepala mereka tak akan selamat dari jitakan Sakura. Dengan keadaan mereka berdua yang mengenaskan, tak ada kesempatan sedikitpun untuk menghindar jika Sakura mengamuk. Terlebih untuk Naruto karena selama ini sepanjang ingatan kedua pemuda ini, Sakura hampir tak pernah sekalipun menjitak kepala Sasuke.
Dua pemuda ini tiba-tiba merasa iri dengan Hatake Kakashi yang menunggu dalam damai di atas tebing sana.
"Ah, kau bisa menggendong kami bertiga, Sakura-chan!"
"Bertumpukan!"
"Biar Sasuke yang ada di urutan paling bawah." Usul Naruto penuh semangat. Jari telunjuknya teracung ke atas seolah memberitahu Sakura bahwa dia yang menyampaikan usul.
"A-a-atau tidak," Nyali Naruto menciut segera begitu mendapatkan deathglare dari Sakura.
"Cih." Sasuke berdecih mendengar usulan konyol Naruto.
Ya, walau sedikit konyol dalam hati Sasuke tak sepenuhnya menolak usulan Naruto sebenarnya. Asal benar dia yang ada di urutan paling bawah. Jadi punggung Sakura tak akan ternoda oleh Naruto ataupun Kakashi.
"Buat saja dua bunshin." Usul Sasuke dengan wajah yang merona sangat tipis, terlalu tipis hingga kau harus mendekat jika ingin menyadari rona itu.
"…" Sakura tak segera menjawab.
Membuat bunshin biasa akan terlalu lemah untuk membopong ketiga laki-laki, yang pasti lebih berat karena sedang berada dalam kondisi tak berdaya, untuk sampai di tempat para shinobi yang terjebak Mugen Tsukoyomi. Tapi untuk membuat 2 kagebunshin, Sakura tak terlalu yakin bisa membagi cakranya sebanyak itu.
"Akan aku coba." Naruto segera mengerucutkan bibirnya lucu saat Sakura mengangguk pelan tanpa penolakan berarti terhadap usulan Sasuke.
Sakura membuat sebuah segel tangan untuk melakukan jutsu andalan Naruto. Sementara itu Sasuke dan Naruto menatapnya dengan serius. Berharap cemas apa Sakura benar-benar bisa membuat dua kagebunshin.
Sakura sendiri mendapat tatapan tak percaya dari kedua rekan satu timnya, tiba-tiba menjadi gugup dan yah, Sakura mulai ikut meragukan kemampuannya untuk bisa membuat dua kagebunshin. Tapi apapun hasilnya, Sakura harus mencoba karena hanya Sakura yang bisa diandalkan sekarang. Dan Sakura sudah menunggu kesempatan seperti ini sangat lama. Untuk membuktikan pada kedua rekan satu tim dan gurunya bahwa dia sama kuatnya dengan mereka.
"Oiroke no Jutsu." Sakura merapalkan jutsunya.
Poft…
"Huwaaaa…!"
Crooot...
Bruak. Bruak.
Sasuke dan Naruto jatuh terkapar di tempat mereka masing-masing. Pingsan untuk yang kedua kalinya karena mimisan hebat saat dari balik asap putih, Sakura berdiri hanya dengan mengenakan bikini berwarna merah menantang yang terlalu seksi.
"Kyaaaa…" Sakura menjerit panik dengan kedua tangan menutupi bagian atas tubuhnya. Karena tak berkonsentrasi penuh, Sakura salah menyebut nama jutsu andalan Naruto yang seharusnya Kagebunshin no jutsu menjadi Oiroke no jutsu.
"Ya ampun," Kakashi menepuk ikat kepala ninjanya yang miring ke samping kiri sweatdrop meihat tingkah konyol ketiga muridnya di bawah sana.
oOo oOo oOo
"Ngggh…" Sasuke menggerang kecil sebelum membuka mata onyxnya perlahan, dan membiasakan diri dengan cahaya matahari yang menyilaukan.
"Ka-kau sudah bangun, Sasuke-kun?" Tanya Sakura masih membawa rona merah di kedua pipinya.
"Hn." Jawab Sasuke singkat, masih dalam posisi berbaring dan menatap Sakura dengan mata kirinya yang terpejam.
Kepala Sasuke masih terasa sakit karena menghantam tanah terlalu keras tadi Sial sekali. Sasuke tak tahu jika Sakura memiliki jutsu mematikan seperti itu.
"A-aku bantu." Sakura membantu Sasuke untuk duduk dengan menarik tangan kanan Sasuke. Sakura masih belum berani beradu pandang secara langsung dengan mata onyx tajam Sasuke.
Setelah berhasil duduk dengan tegak, Sasuke menoleh ke samping kirinya. Tempat Naruto masing terbaring pingsan. Melihat hidung Naruto yang sudah bersih dari darah, Sasuke refleks menyentuh hidungnya.
'Sudah bersih,' Batin Sasuke menatap dalam diam jari telunjuk dan jari tengah kanannya.
"A-aku sudah membersihkannya." Jelas Sakura.
Sasuke mengangkat kepala ravennya, menatap Sakura yang masih salah tingkah di depannya dan menundukkan kepala mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Hehehehehe…" Sakura mengangkat kepalanya yang tertunduk, tak yakin dengan pendengarannya sendiri.
"Hahahahahaha," Sakura hanya bisa menganga tak percaya melihat Sasuke tertawa begitu lepas.
"Hahahahahaha…" Sasuke bahkan masih tak mau berhenti tertawa walau sudah 3 menit terlewati, seolah berusaha melepaskan semua tawa yang dikuncinya rapat-rapat di dalam hatinya selama ini.
"Sasuke-kun," Desis Sakura mulai merasa sedikit sweatdrop.
"Nnnnggh…" Naruto menggerang pelan tanpa mendapatkan sedikitpun perhatian dari Sasuke yang masih tertawa, ataupun Sakura yang masih terperangah melihat tawa lepas Sasuke.
.
.
'Naruto.'
'Kini aku ingat kata-kata yang pernah kau ucapkan padaku.'
'Saat kau bersamaku, kau akhirnya punya perasaan seperti memiliki saudara. Dan saat aku berfikir seperti itu, perasaan itu, akhirnya aku mengerti.'
Sasuke dan Naruto, yang sudah mampu berdiri tegak walau dengan bantuan Sakura, membentuk segel tangan Ne.
Dimulai dari Hyuuga Hinata, satu per satu shinobi yang terjebak Mugen Tsukoyomi mulai terbebas dari balutan akar pohon Shinju. Hokage Tsunade, Raikage A, dan Tsuchikage Oonoki ikut menyusul terlepas dari balutan akar pohon Shinju.
'Aku sudah menjelajahi seluruh dunia.'
Guru Gai, Lee, dan Kazekage Gaara juga terbebas. Disusul kemudian oleh Mizukage Mei Terumi, Kabuto, Orochimaru, dan Tenten.
Para Daimyo, warga Konoha, Guru Iruka, Kiba, Ino, Chouji dan Shikamaru juga mulai terbebas dari lilitan akar pohon Shinju.
'Aku seperti teringat semua kenangan itu.'
'Kita sendirian dan haus akan kasih sayang. Anak-anak yang hidup di dunia yang penuh kebencian.'
'Dan dari titik itu, kita melangkah di jalan yang berbeda dan bertarung.'
'Tapi waktu telah berlalu dan aku mulai berfikir.'
Sasuke tak hanya melepaskan semua orang dari Mugen Tsukoyomi, Sasuke pun melepaskan Kyuubi dari kurungan Chibaku Tenseinya.
'Mungkinkah bahwa seperti bagaimana harapan dan kebencian dari ayah, ibu, dan kakakku Itachi mengalir padaku.'
Sasuke dan Naruto melepaskan tangan mereka masing-masing saat Mugen Tsukoyomi telah benar-benar digagalkan keduanya.
'Aku jadi mengerti tentang rasa sakit dan harapanmu, Naruto?'
'Karena kau tidak pernah meninggalkanku, tak peduli apapun yang terjadi.'
Sasuke dan Naruto berdiri diam melihat Kyuubi dihadapan mereka. Kyuubi menyeringai bangga pada Naruto sementara Naruto tersenyum lega melihat Kyuubi baik-baik saja.
'Dan kau tak pernah menyerah terhadapku. Selalu mendekat bahkan saat aku menjauh.'
oOo oOo oOo
Slap. Tap.
Bunshin Sakura mendarat di medan perang tempat senpainya, Kato Shizune, terjebak sebelumnya dalam Mugen Tsukoyomi.
"Shizune-san!" Panggil Sakura dengan sedikit mengeraskan suaranya pada Shizune yang berdiri membelakanginya.
Nampaknya Shizune sibuk mengawasi beberapa ninja medis yang sedang mengalirkan cakra berpendar kehijauan untuk mengobati luka beberapa shinobi yang belum sempat mendapat pertolongan saat Mugen Tsukoyomi berlangsung.
"Sakura? Kakashi-san?" Gumam Shizune ditengah keterkejutannya melihat kondisi Kakashi yang sepertinya sangat lemah sampai harus bersandar sepenuhnya pada bahu Sakura.
Slap. Tap.
Shizune melompat dan mendarat tepat di depan bunshin Sakura dan Kakashi yang memang tadi berada sedikit jauh darinya.
"Apa yang terjadi padamu, Kakashi-san?" Tanya Shizune dengan wajah khawatir.
"Banyak yang terjadi, dan yah, aku berakhir dalam kondisi mengenaskan lagi." Kakashi tersenyum kikuk di balik maskernya.
"Ano, Shizune-san." Bunshin Sakura tak memberi banyak waktu pada Shizune untuk mencerna jawaban Kakashi.
"Aku hanya sebuah bunshin. Karena itu bisakah aku minta tolong padamu untuk merawat Kakashi-sensei?"
"Aku harus segera menghilang, kau tahu?" Pinta bunshin Sakura sedikit memaksa.
"Sou ka?"
"Wakatta, Sakura. Maksudku bunshin Sakura. Aku akan menggantikanmu merawat Kakashi-san." Shizune mengangguk setuju.
"Arigatou gozaimasu,"
Poft…
Bunshin Sakura tersenyum manis nan jahil pada Shizune sebelum menghilang begitu saja tanpa peringatan.
"Eh?!" Kakashi dan Shizune terkejut bersamaan.
Kakashi terkejut karena tiba-tiba kehilangan sandaran berdirinya, sementara Shizune terkejut karena Kakashi yang jatuh oleng ke arahnya dan…
Brug.
Kakashi sukses menindih Shizune yang memang tidak berada dalam posisi siap mengambil alih tubuh Kakashi.
Blush!
Wajah Shizune memerah padam karena tubuh Kakashi menempel erat diatas tubuhnya. Posisi yang akan membuat siapapun yang melihat mereka sekarang akan salah paham jika mereka berdua sedang berbuat mesum di tengah medan perang.
"Ka-kashi-san, ce-cepat ber-di-ri!" Shizune berusaha mendorong tubuh Kakashi menjauh darinya. Jantung yang berdetak terlalu cepat membuat Shizune khawatir akan meledak begitu saja.
"Sudah aku bilang aku sangat lemah! Aku tak bisa bergerak sendiri!" Jawab Kakashi tak kalah panik.
"Siapa saja, tolong aku!" Jerit Shizune.
'Sakura, sialan!' Umpat Kakashi dalam hati.
Sakura bukan hanya membuat Kakashi malu pada banyak shinobi yang mulai berdatangan satu per satu membantu mengangkat tubuhnya dari atas Shizune, Sakura juga membuat Kakashi ditertawakan oleh banyak shinobi dari berbagai desa yang kebetulan berada di sekitarnya dan mendapat cap "Hentai Nin".
Dalam posisi bersandar pada bahu seorang shinobi dari Komugakure, Kakashi berjanji dalam hati jika ada kesempatan, Kakashi akan membalas perbuatan iseng satu-satunya gadis dalam timnya itu.
.
.
Slap. Tap.
Kali ini bunshin Sakura yang membawa Naruto mendarat di tempat Hyuuga Hinata terjebak Mugen Tsukoyomi.
"Oi, Sakura-chan. Kenapa kau membawaku terpisah dari Teme dan Kakashi-sensei?" Tanya Naruto tak mengerti.
"Apa kau tidak mengkhawatirkan keadaan Hinata?" Tanya bunshin Sakura balik.
"Eh? Ehm. Ya, tentu saja aku ingin tahu." Bunshin Sakura menyeringai geli melihat Naruto salah tingkah.
"Kau tahu? Aku bisa melihat wajahmu bersemu merah." Goda bunshin Sakura.
"Ja-jangan bercanda!" Elak Naruto setengah memekik. Bunshin Sakura terkikik geli saat berhasil menggoda Naruto lebih jauh.
"Naruto-kun, Sakura-san."
Naruto dan Sakura menoleh bersamaan demi menatap seorang kunoichi cantik bermata amethyst yang baru saja mendarat di depan mereka.
"Hinata!"
Senyum sumringah yang disungging Naruto menjadi bukti kuat bahwa elakan Naruto pada godaan bunshin Sakura sebelumnya hanya sebuah kebohongan. Naruto diam-diam memang sangat mengkhawatirkan keadaan Hinata dan ingin sesegera mungkin tahu bagaimana keadaannya.
Hinata sebelumnya merasa sangat senang saat tanpa sengaja melihat bayangan Naruto dan bunshin Sakura. Hinata bersyukur Naruto terlihat baik walau harus dipapah Sakura. Karena itu Hinata segera melompat mendekat dengan membawa rasa syukurnya.
Tapi alangkah terkejutnya Hinata saat ini. Dari dekat dapat dilihatnya sangat jelas wajah Naruto yang babak belur disana sini. Sakura memang sudah membersihkan darah pada wajah Naruto dan Sasuke, tapi Sakura tak bisa menyembuhkan begitu saja luka lebam diwajah kedua pemuda itu.
Hinata menggigit bibir bawahnya keras-keras berusaha menahan air mata yang mulai banyak menggenang di pelupuk mata amethystnya setelah menyadari juga tangan kanan Naruto hancur hingga setengah bagian.
"Hinata?" Panggil Naruto kembali, kali ini bukan dengan suara penuh semangat seperti sebelumnya, karena Hinata tak kunjung menjawab sapanya.
Bunshin Sakura tersenyum tipis, mengerti sepenuhnya kenapa Hinata membuat ekspresi sedih tanpa melepaskan tatapannya pada tangan kanan Naruto yang hancur. Ya, sebagai sesama wanita, bunshin Sakura tahu seperti apa sakitnya melihat pemuda yang disayangi berada dalam keadaan mengenaskan dan bahkan kehilangan satu tangan mereka.
"Ano-Hinata, boleh aku minta tolong padamu?" Bunshin Sakura berhasil menarik perhatian Hinata.
"Ya, Sakura-san?" Jawab Hinata dengan suara bergetar.
"Kau tahu? Aku hanya sebuah bunshin. Jadi aku harus segera menghilang secepatnya."
"Jadi bisa kau ambil alih tugasku merawat si bodoh ini?"
"Dia terlalu lemah untuk berjalan sendiri." Jelas Sakura.
"Un." Hinata mengangguk lemah tanpa banyak berfikir.
"Arigatou gozaimasu,"
Bunshin Sakura menyungging sebuah senyuman tipis sesaat sebelum tiba-tiba menghilang.
Poft.
"Eh?!" Naruto dan Hinata terkejut bersamaan.
Naruto terkejut karena tiba-tiba kehilangan sandaran berdirinya, sementara Hinata terkejut karena Naruto yang jatuh oleng ke arahnya dan…
Grep.
"Ittai!" Naruto refleks memekik sakit saat Hinata melompat cepat dan mencengkram kedua bahunya agar Naruto tak jatuh terjerembab ke depan.
"Go-gomenasai!" Hinata menurunkan cepat kedua tangannya.
"Tak apa, Hinata." Jawab Naruto sambil berusaha berdiri dengan benar.
"Gomenasai." Hinata kembali meminta maaf.
"Gomenasai. Gomenasai."
"…" Naruto mengerutkan keningnya saat Hinata tak lagi mampu menahan kesedihannya.
"Hiks. Hiks. Hiks. Gomenasai." Tangis Hinata semakin tak terbendung walau gadis Hyuuga itu mencoba meredam tangisnya dengan satu tangannya yang menekan kedua mata amethystnya yang penuh air mata.
"Hhh…" Naruto menghela nafas berat. Merasa bersalah sudah membuat Hinata banyak menangis selama perang ini.
Naruto mengulurkan tangan kirinya dan perlahan membimbing kepala biru Hinata untuk bersandar pada dadanya yang hanya tertutup oleh baju jaringnya.
"Kenapa kau menangis?" Tanya Naruto dengan lembut. Walau dengan gerakan lemah, Naruto dapat merasakan gelengan kepala Hinata.
"Aku baik-baik saja, sungguh!" Naruto mencoba meyakinkan Hinata. Tapi sepertinya usahanya tak seperti harapan karena Hinata tak kunjung berhenti menangis.
Naruto semakin menenggelamkan kepala Hinata pada dadanya, mencoba meredam tangis Hinata. Naruto tak tahu kenapa tapi hatinya terasa sesak mendengar suara tangis Hinata.
"Hinata berhentilah menangis, kau tahu? Banyak anggota klanmu yang menatapku dengan tatapan membunuh." Bujuk Naruto dengan sebuah gurauan, tanpa tahu bahwa banyak mata byakugan yang benar-benar mengawasinya.
"Hiks. Hiks. Hiks." Hinata masih tak dapat menghentikan tangisnya walau ingin.
Entah sadar atau tidak, Naruto mulai mengelus surai biru Hinata. Satu pelajaran penting lain yang bisa diambil Naruto. Memeluk gadis dengan satu tangan ternyata sangat susah.
.
.
Sasuke mengerutkan keningnya bingung melihat untuk kedua kalinya Sakura tersenyum tanpa sebab.
"Apa ada yang lucu?" Tanya Sasuke penuh rasa penasaran.
Sakura menoleh memandang Sasuke masih dengan senyum tersungging di wajahnya.
"Bukan sesuatu yang penting," Jawab Sakura penuh rahasia.
Sasuke tak terlatih untuk berdebat panjang lebar memang, karena itu Sasuke lebih memilih melanjutkan perjalanannya dalam diam. Tak seperti Kakashi dan Naruto yang dibawa bunshin Sakura dengan cara melompat, Sakura yang asli menitih santai tubuh Sasuke menuju ke tempat dimana Tsunade terjebak Mugen Tsukoyomi.
"Aku akan membawamu menemui Godaime Hokage, Sasuke-kun." Jelas Sakura.
"Hn." Jawab Sasuke singkat.
"Dan bertemu dengan teman-teman kita," Sakura sedikit ragu menyampaikan kalimat terakhirnya.
"…." Sasuke kembali mengerutkan keningnya tipis, berfikir.
"Apa menurutmu mereka masih mau menerimaku?" Tanya Sasuke penuh keraguan, tanpa menoleh pada Sakura. Sasuke memang tak suka terlihat lemah di depan Sakura.
"Kau jangan khawatirkan itu!" Jawab Sakura cepat.
"Jika ada yang berani mengganggumu, aku akan memukul kepala mereka saat itu juga!" Janji Sakura penuh semangat.
Sasuke diam-diam melirik Sakura, dan diam-diam pula tersenyum tipis melihat semangat Sakura. Sesuatu yang sebenarnya sangat dirindukannya selama 2 tahun perjalanannya keliling dunia, selain kehebohan Naruto dan bagaimana menyebalkannya Guru Kakashi.
"Shisho!" Teriakan Sakura membuyarkan lamunan Sasuke. Sasuke mengangkat kepala revennya pelan dan memperhatikan dalam diam bagaimana sang Godaime berjalan cepat menujunya dan Sakura.
"Sakura! Kau baik-baik saja?!" Tanya Tsunade penuh rasa khawatir.
"Ya. Aku baik, Shisho." Sakura mengangguk cepat.
Perhatian Tsunade segera teralihkan oleh wajah lebam dan tangan kiri Sasuke yang buntung.
"Apa yang terjadi dengan tangan kiri bocah nakal ini?" Suara nan berat dan sedikit menggelegar membuat Sasuke memutar kepala mencaritahu siapa pemiliknya. Ternyata Raikage A. Orang yang pernah Sasuke buat kehilangan tangannya.
"Sasuke-kun dan Naruto bertarung di lembah kematian dan tangan mereka berdua hancur, Raikage-sama." Cerita Sakura hati-hati karena tak ingin menyinggung perasaan Sasuke.
"Hmmm…" Raikage A merasa wajar jika dia memanfaatkan situasi ini untuk membalas Sasuke yang sudah membuatnya kehilangan satu tangannya. Tapi melihat keadaan Sasuke yang sudah babak belur tak berdaya, kepolosan wajah Sasuke yang tanpa dendam, dan rasa hormatnya pada Godaime Hokage membuat Raikage A memutuskan untuk menghapus dendamnya saat itu juga pada Sasuke.
"Kau yakin kau baik-baik saja, Sakura? Ada apa dengan lengan bajumu?!" Tsunade memberondong Sakura dengan pertanyaan.
"Ada banyak hal yang perlu di ceritakan, tapi percayalah aku baik-baik saja, Shisho." Jawab Sakura tanpa menghilangkan senyum bahagia di wajahnya. Sasuke diam-diam kembali melirik Sakura.
'Sakura ternyata sangat cantik jika sedang tersenyum,' Batin Sasuke dalam hati.
Grep.
"Nghk!" Sasuke dan Sakura membulatkan matanya kaget saat tiba-tiba Tsunade memeluk mereka berdua sangat erat.
"Yokatta," Ucap Tsunade penuh rasa syukur.
"Se-sak!" Desis Sakura dan Sasuke berbarengan.
"Hahahahaha…" Tawa besar Raikage A menggema hebat melihat lucunya wajah Sasuke dan Sakura yang memerah biru akibat kekurangan pasukan oksigen.
oOo oOo oOo
"Apa kau sudah mau pergi?" Tanya Sakura dengan tatapan sendu.
"Tsunade-sama hampir menyempurnakan tangan buatan untukmu dari sel Hashirama-sama." Sakura masih mencoba merubah keputusan Sasuke.
"Aku harus melihatnya sendiri bagaimana dunia bekerja." Jawaban Sasuke menjadi sebuah penolakan atas bujukan Sakura.
"Segalanya yang telah ku abaikan. Aku rasa aku bisa melihatnya lebih baik sekarang."
"Dan jika aku kehilangan kesempatan ini, aku rasa tak ada lagi kesempatan yang akan datang."
"Lagipula ada beberapa hal yang mengganjalku." Jelas Sasuke panjang lebar.
Kakashi mau tak mau tersenyum di balik maskernya. Sasuke sudah berubah. Murid tertampannya di tim 7 sekarang sudah pandai mengungkapkan isi hatinya.
"Bagaimana… Jika aku bilang… Kalau aku… Ingin ikut… juga?" Tawar Sakura dengan wajah bersemu merah.
Sakura tahu ini sedikit memalukan, Sakura sangat memahaminya. Sakura tahu pasti banyak orang yang berprasangka buruk padanya dan menganggapnya sebagai wanita tanpa harga diri yang walau sudah berkali-kali mendapat penolakan dari Sasuke, masih saja tak mau menyerah untuk memenangkan hati Sasuke. Tapi Sakura tak ingin jadi gadis munafik. Tak ingin sedikitpun membohongi perasaannya. Rasa cintanya pada Sasuke yang tak tertahankan. Yang tak mampu diungkapkan dengan bahasa dunia.
'Ah,' Kakashi membuat seringai jahil. Akhirnya tiba kesempatannya untuk membalas dendam pada Sakura atas keisengan Sakura padanya dulu.
"…" Sakura mengangkat wajah bersemu merahnya yang sebelumnya ditundukkan saat Sasuke tak kunjung memberi jawaban.
"Ini adalah jalan penebusanku. Kau tak ada kaitannya dengan dosa-dosaku." Sasuke memejamkan mata karena Sasuke tahu jika dia tak menutup mata, dia tak akan dapat menahan diri untuk tak memeluk Sakura. Wajah tersipu Sakura benar-benar menggemaskan. Tapi kehadiran Kakashi yang sangat tak mengerti keadaan membuat Sasuke tak punya pilihan lain selain menahan diri mati-matian.
"Tak ada kaitannya katamu…" Sakura menunduk frustasi. Sekali lagi mendapatkan penolakan dari laki-laki yang disukainya bukan hal mudah untuk diterima dengan lapang dada bagi seorang gadis.
Sasuke melirik dalam diam Kakashi yang benar-benar tak mengerti keadaan. Bukan pergi memberi kesempatan baginya dan Sakura, Kakashi justru berdiri diam menatap Sakura yang sedang frustasi.
'Ayolah, Sensei! Pahami posisimu dan enyahlah sejenak dari sini!' Gerutu Sasuke dalam hati.
"Hahh…" Sasuke menekan suara helaan nafas beratnya selirih mungkin.
Tak tega melihat Sakura yang menunduk frustasi di depannya, Sasuke melangkah maju.
Tap.
"Aku akan segera menemuimu." Sasuke tersenyum penuh arti pada Sakura. Berharap Sakura mengerti pesan tersembunyinya untuk menunggunya sedikit lebih lama, untuk memberi Sasuke kesempatan menyampaikan perasaannya pada Sakura walau tahu itu terlalu egois bagi Sakura.
Nafas Sakura tercekat tak mempercayai apa yang saat ini terjadi padanya. Seperti sebuah mimpi bisa melihat senyum Sasuke yang begitu hangat dan yang lebih penting itu bukan sebuah seringai. Ya. Bukan seringai yang biasa disungging Sasuke untuk menyamarkan senyum ataupun tawanya. Bukan pula tawa penuh dendam yang mampu membuat tubuh Sakura bergetar ketakutan.
"Terima kasih." Sasuke menundukkan pandangannya. Lagi-lagi jika tak melakukannya, Sasuke tahu dia tak akan bisa menahan diri untuk tak memeluk Sakura yang begitu menggemaskan menatapnya dengan wajah bersemu merah. Hey, bagaimanapun juga Sasuke adalah laki-laki normal. Kau harus ingat itu, Sakura.
.
.
Sakura masih setia berdiri terpaku di tempatnya, mengawasi punggung Uchiha Sasuke yang semakin lama terlihat semakin kecil.
Sakura mengangkat satu tangannya, meraba bagian keningnya yang baru mendapat sentilan cinta dari Sasuke.
'Ya, Sasuke-kun. Aku akan menunggumu.'
'Berapa lamapun tak masalah.'
'Aku akan menunggumu pulang ke rumah.'
Kakashi melirik Sakura yang wajahnya masih bersemu merah. Entah kenapa tiba-tiba Kakashi merasa sedikit bersalah pada Sakura dan Sasuke. Sepertinya Kakashi sedikit keterlaluan membalas keisengan Sakura padanya.
"Kau tak ingin kembali? Sasuke sudah tak terlihat lagi." Tawar Kakashi.
"Aku masih ingin disini, Sensei." Tolak Sakura tanpa menurunkan tangannya yang menyentuh kening tempat Sasuke menyentilnya.
"Baiklah kalau begitu."
Poft.
Kakashi menghilang dari balik asap putih setelah sebelumnya tersenyum tipis dibalik masker hitamnya.
oOo oOo oOo
"Huh! Ternyata kau datang…" Sasuke sadar dia tiba-tiba menjadi lebih cerewet dari dirinya yang dulu. Tapi Sasuke tak peduli. Sasuke ingin bebas sepenuhnya.
"Mmmm…" Gumam Naruto tak jelas.
"!" Sasuke terkejut untuk beberapa saat sebelum kemudian membuat wajah sendu melihat benda yang diulurkan Naruto padanya.
"Ini lagi…" Gumam Sasuke. Naruto tak segera membalas gumaman Sasuke, sebaliknya menyungging sebuah seringai yang sialnya membuat Naruto terlihat ganteng maksimal.
"Ini, aku kembalikan." Naruto mengulurkan benda di tangannya semakin dekat pada Sasuke.
"Aku akan menyimpan ini sampai kita benar-benar menyelesaikan segala sesuatu diantara kita." Ucap Sasuke sembari menerima benda yang terulur di depannya, yang ternyata adalah ikat kepala ninja berlambang Konoha yang tergores di bagian tengahnya.
Seolah ingin menambah kesan dramatis perpisahan mereka, Sasuke dan Naruto mempertahankan posisi mereka yang saling melempar senyum penuh arti.
.
.
"Baiklah, Naruto. Bisa kau berhenti tersenyum dan menatapku lekat seperti itu?" Protes Sasuke setelah beberapa lama posisi mereka berdua tak kunjung berubah.
"Heh! Apa kau tidak suka karena aku sekarang jauh lebih tampan darimu?!" Cibir Naruto. Sasuke memutar bola matanya bosan.
"Lepaskan dan biarkan aku pergi!" Sasuke menarik paksa ikat kepala ninjanya dari tangan Naruto dan tanpa banyak berbicara lagi melangkahkan kaki menjauh dari Naruto.
"Oe, Sasuke! Kau sudah menyatakan cinta pada Sakura-chan?!" Naruto sengaja berteriak keras agar benar-benar terdengar oleh Sasuke.
Sasuke melanjutkan jalannya tanpa halangan. Jika dia terpancing dan membalikkan tubuhnya sekarang, Naruto akan dapat melihat rona merah di kedua pipinya dan akan mengejek Sasuke habis-habisan sampai salah satu diantara mereka mati. Sasuke 100% yakin dengan pikirannya itu.
"Sasuke! Aku masih menyukai Sakura-chan!" Kali ini teriakan Naruto sukses besar menghentikan langkah Sasuke.
"Jika kau masih tak menyukainya, biarkan aku menyatakan cintaku padanya!" Sasuke mengepalkan tangan kanannya erat.
"Hati-hati dijalan, Sasuke!"
"Kau! Brengsek!"
Naruto tentu saja akan menyungging seringai geli karena berhasil menjebak Sasuke jika saja Naruto masih ada ditempatnya berdiri. Kedua bola mata Sasuke membulat penuh saat tak melihat kehadiran Naruto di sekitarnya.
"Usaratonkachi brengsek!"
Segera setelah menyelesaikan umpatannya untuk Naruto, Sasuke menghilang di balik asap putih. Tujuan utamanya tentu saja tempat Sakura melepas kepergiannya tadi.
.
.
Poft.
"Sasuke-kun?" Lirih Sakura tak mengerti.
Bukankah Sasuke sudah mengucapkan salam perpisahan padanya, kenapa Sasuke tiba-tiba muncul didepannya.
"Apa ada yang tertinggal?" Tanya Sakura polos masih dengan membawa rona merah di kedua pipinya.
Pssshh!
Wajah Sasuke mulai bersemu merah. Sasuke tak berhenti mengumpat dalam hati baru menyadari jika dia terjebak oleh omong besar Naruto.
Grep.
Kepalang tanggung dan mumpung tak ada Kakashi disekitar mereka, Sasuke menarik Sakura ke dalam pelukannya. Sasuke diam menunggu protes dari Sakura lalu Sasuke akan menjelaskan semuanya. Begitu rencana dadakan Sasuke. Tapi sekali lagi nasib Sasuke sangat sial. Sakura begitu tenang dalam pelukannya.
'Sakura, katakan sesuatu. Apapun itu.' Batin Sasuke.
Sakura tersenyum didalam pelukan Sasuke saat pendengarannya berhasil menangkap suata detak jantung Sasuke yang tidak normal. Sakura perlahan mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Sasuke.
"Sasuke-kun," Lirih Sakura.
"Terima kasih." Sakura menyamankan dirinya dalam pelukan Sasuke.
Psshh!
Dengan wajah yang semakin bersemu merah Sasuke mengukir sebuah senyum bahagia. Ini pertama kalinya Sasuke berpelukan dengan Sakura bukan karena keadaan genting atau karena sekarat dalam misi. Dan ternyata rasanya sangat menenangkan. Dunia jadi terasa hening. Keheningan yang paling disukai oleh Uchiha Sasuke.
Sementara itu di salah satu pohon besar di sepanjang jalan, duduk dengan tenang Uzumaki Naruto dan Hatake Kakashi.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Kakashi. Sepengetahuan Kakashi, Naruto sangat menyukai Sakura sejak kecil.
"Yeah!" Jawab Naruto singkat dibalik seringai penuh artinya.
Kakashi tersenyum lega. Sepertinya Naruto benar baik-baik saja. Mungkin karena Naruto sudah dewasa dan memahami bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Dan mungkin juga Naruto sudah mulai menyukai Hyuuga Hinata, seperti gosip yang didengarnya dari Kiba.
oOo oOo oOo
Hyuuga Hinata berjalan pelan dengan membawa sebuket kecil bunga lili putih. Dibiarkannya angin berhembus memainkan rambut panjangnya yang terurai dalam perjalanannya menuju makam kakak sepupunya Huuga Neji. Wajah sendu tak bisa lepas dari gadis Hyuuga ini. Kenangan tentang Neji dan rasa sakit kehilangan Neji masih bisa dirasakannya dengan sangat jelas.
Hinata berhenti berjalan sejenak dan mengerjapkan mata indigonya beberapa kali untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa pemuda yang duduk di depan makam kakaknya benar Uzumaki Naruto.
Dalam pikiran Hinata, Naruto sudah lama berada di makam Neji. Tanpa tahu jika sejak keluar dari rumah utama dan membeli bunga di toko bunga Ino, Naruto diam-diam mengikuti Hinata. Tapi memang karena Hinata terlalu lama berada di dalam toko, mungkin Ino mengajaknya mengobrol banyak hal untuk menghibur Hinata, Naruto akhirnya memutuskan untuk lebih dulu pergi ke makam Neji.
Hinata kembali melanjutkan langkahnya, kali ini selain sebuket kecil bunga lili putih, Hinata juga membawa rona merah tipis di kedua pipinya. Hinata semakin malu untuk bertemu Naruto jika ingat bagaimana dulu dia tanpa sadar menangis dalam pelukan Naruto di medan perang.
"Ko-konnichiwa, Na-Naruto-kun," Sapa Hinata pada Naruto yang terlihat melamun.
Suara lembut seorang gadis mengembalikan kesadaran Naruto yang sebelumnya tenggelam dalam kenangannya bersama Neji dan Rookie 11 dulu.
"Ah, Hinata." Senyum sumringah segera tersungging di wajah berkumis Naruto.
"Konnichiwa," Balas Naruto kemudian.
Hinata mulai berjongkok di samping Naruto dan meletakkan sebuket kecil bunga lili putih yang dibawanya di atas makam Neji. Naruto hanya mengawasi dalam diam semua gerakan yang dilakukan Hinata dengan mata langitnya.
Hinata menangkupkan kedua tangannya dan memejamkan kedua mata amethystnya, berdoa untuk Neji.
Naruto bisa melihat dengan jelas rona merah yang menghiasi pipi Hinata, membuat gadis itu terlihat sangat manis baginya. Tunggu dulu. Bukan hanya sekarang. Tapi akhir-akhir ini Naruto sadar ada yang aneh dengannya. Naruto merasa mulai sering merindukan Hinata dan rona merah dikedua pipi gembul gadis itu.
"Mmm…" Naruto menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal. Terlalu lama memandang wajah manis Hinata yang bersemu itu, entah kenapa tiba-tiba Naruto merasa wajahnya memanas.
Hinata sebenarnya sudah selesai berdoa akan tetapi Hinata tak kunjung membuka matanya. Karen walau matanya terpejam, Hinata bisa merasakan Naruto sejak tadi tak berhenti memandanginya. Karena itu Hinata sedikit menundukkan kepala birunya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang semakin bersemu merah.
.
.
"Jadi Sasuke-kun benar-benar pergi?" Tanya Hinata memastikan.
Hinata dan Naruto berjalan berdampingan menuju Rumah Sakit Konoha untuk menemui Tsunade. Pembuatan tangan baru untuk Naruto dari sel Hashirama membuat pemuda jabrik kuning itu harus sering-sering berkunjung ke tempat yang kental dengan bau obat itu.
"Yeah." Jawab Naruto singkat.
"Bagaimana dengan Sakura-san? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Hinata penuh rasa penasaran. Naruto membuat sebuah seringai tipis penuh arti.
"Mereka baik-baik saja, Hinata. Bahkan lebih baik dari sebelumnya." Jawab Naruto.
Hinata mengerutkan keningnya tipis mendengar jawaban Naruto yang tidak terlalu jelas itu. Tapi Hinata berdoa semoga seringai tipis yang disungging Naruto menunjukkan bahwa Sakura dan Sasuke benar baik-baik saja.
"Kau tahu, Hinata? Sial sekali nasibku. Tsunade Baa-chan memaksaku menemuinya setiap hari di Rumah Sakit Konoha." Keluhan Naruto membuyarkan lamunan Hinata.
Hinata ingin menanggapi gerutuan Naruto dengan mengatakan itu untuk kebaikan Naruto, tapi sayang Hinata memilih untuk tak melakukannya. Hinata merasa sudah sedikit terlambat untuk memberi tanggapan pada Naruto.
Hinata tak tahu sebenarnya Naruto sangat mengharapkan tanggapan darinya. Mungkin dengan menawarkan diri untuk menemani Naruto ke Rumah Sakit Konoha setiap hari. Karena memang untuk alasan itulah sebenarnya mengapa Naruto tiba-tiba mengeluh dengan suara sekeras ini pada Hinata.
"Aku hampir mati bosan karena menunggu," Naruto menoleh pada Hinata, memancing kembali tanggapan Hinata.
"Un." Naruto segera meringis sweatdrop saat Hinata hanya menganggukkan kepala sebagai tanggapan keluhan Naruto.
"Hahh…" Naruto berhenti berjalan dan menghela nafas berat. Naruto kini tahu seperti apa rasanya menghadapi orang yang tak sensitif dengan perasaan oranglain.
Psssh!
Wajah Hinata sangat cepat berganti warna menjadi merah padam saat Naruto mengangkat tangan kirinya dan tiba-tiba memberinya tatapan yang sangat serius.
"Dengarkan aku Hinata!" Naruto tahu pasti sekarang wajahnya yang memanas ikut bersemu merah seperti Hinata.
"Yang ingin aku katakan adalah temani aku." Naruto ingin cepat-cepat menyelesaikan kalimatnya. Seingat Naruto saat dulu dia menyukai Sakura, tak pernah sekalipun rasanya kesulitan bicara pada Sakura seperti ini. Tapi entah kenapa saat gadis yang mulai disukainya adalah Hinata, semuanya berbeda. Naruto bisa merasa gugup dan terlihat bodoh seperti saat ini.
Swiiing…
Angin kembali berhembus memainkan rambut jabrik kuning Naruto dan surai panjang Hinata kesana kemari. Naruto mengumpat dalam hati kenapa Hinata tak kunjung menjawab pertanyaannya. Apa Hinata tak tahu bagaimana Naruto merasa sangat malu saat ini.
"Hm?" Naruto merasa tangan Hinata mulai membalas genggaman tangannya.
"A-aku mau," Jawab Hinata dengan suara lembutnya.
"Terima kasih." Naruto mengeratkan genggaman tangannya pada Hinata. Ingin memberitahukan kebahagiaannya pada Hinata yang tersenyum begitu hangat padanya. Senyuman sehangat matahari yang etah sejak kapan, secara perlahan namun pasti, ikut menghangatkan perasaan Naruto setiap kali melihatnya.
oOo THE END oOo
Author Note :
Ya sebenarnya Cand buat fic ini khusus untuk Cand dedikasikan pada acara NARUHINA Goes To Canon Island. Tapi entah kenapa kok banyak moment SasuSakunya? LOL. Jadi Cand gak pd publishnya di grupnya.
Chap 699 ini Cand rasa Masashi sensei buat khusus di dedikasikan buat SasuSaku Lover karena NaruHina Lover memang sudah mendapatkan banyak bagian di film The Last Movie.
Jujur Chap ini membuat Cand yang mengakui bahwa interaksi SasuSaku walau tak digambarkan secara eksplisit oleh Sensei, tapi kesan manisnya terasa kental sekali. Cand salut dengan kehebatan Sakura yang walau sudah berkali-kali ditolak secara tidak langsung dia masih teguh mempertahankan perasaannya pada Sasuke.
Gak banyak loh gadis sehebat Sakura. Cand aja sekali ditolak sesuka apapun langsung menyerah. Hahahaha kok malah curhat.
Yah, walau sedikit kecewa gak bisa dipublish di NARUHINA Goes to Canon Island karena syarat-syaratnya kurang memenuhi. Cand cukup senang bisa mempublishnya di FFN.
Salam terakhir dari Cand.
Congrats buat NHL dan SSL yang Canon. Cand harap kita saling mendukung dan tidak membashing chara-chara favorit kita ^,^
Keep Calm and Love NaruHina.
Cand_Chan.
